Kota Batu, tugumalang.id – Meski ditutup untuk umum, operasional TPA Tlekung di Kota Batu sebenarnya masih tetap berlangsung. Selain hanya menerima sampah residu, mereka menyelesaikan pengolahan sampah yang masih menggunung sisa sebelumnya.
Sejauh hasil kerja maraton selama sebulan, timbulan sampah dengan ketinggian semula 20 meter, hingga per 31 Agustus 2023 telah menyusut menjadi 5 meter. Penyusutan ketinggian volume sampah itu diakui terjadi sejak adanya protes warga pada 29 Juli 2023 lalu.
Kepala DLH Kota Batu, Aries Setiawan mengatakan dengan penurunan tumpukan sampah ini, bau yang ditimbulkan juga berkurang. Begitu juga untuk aliran air lindi yang berpotensi mencemari tanah dan air sungai juga telah diantisipasi sedemikian rupa.
Disebutkan bahwa air lindi pada 25 Juli 2023 dan juga pemasangan pipa agar air lindi langsung mengalir ke kolam sementara dan dialirkan ke kolam lindi.
Selain itu juga dilakukan penataan sel aktif sampah dilakukan dengan mengerahkan peralatan berat 4 eksavator dan 1 unit dozer dan pemilahan sampah sebelum masuk ke TPA.
“Kami juga sudah melakukan uji laboratorium air dan udara, tidak ada pencemaran,” jelas Aries, Rabu (6/9/2023).
BACA JUGA: Pj Wali Kota Batu Inventarisir Tata Kelola Sampah Pasca TPA Tlekung Ditutup
Selama ini, kata Aries, pengolahan sampah di TPA Tlekung terkendala karena operasional mesin, baik mesin insinerator dan pirolisis. ”Sekarang sudah bisa berfungsi,” katanya.
Kendati begitu, semua upaya itu memang tidak bisa langsung mengurangi sampah secara signifikan jika tidak dibarengi dengan pemilahan sampah di level masyarakat.
Terlepas dari hal itu, DLH melakukan penambahan tim pilah sampah yang beranggotakan para warga sekitar. Dari semula hanya 28 orang, kini bertambah menjadi 60 orang.
Di sisi lain, pengaktifan TPS 3R di masing-masing desa dan kelurahan akan disokong oleh APBD yang akan disiapkan melalui PAK 2023. ”Semoga TPS 3R ini bisa segera aktif dalam waktu dekat,” urainya.
Sementara itu, Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai menuturkan jika tantangan masyarakat Batu kedepannya adalah pola pengelolaan sampah di tingkat masyarakat.
“Yang terberat adalah bagaimana mengubah pola sikap masyarakat dalam pengelolaan sampah hingga kesadaran atas dampak yang ditimbulkan,” kata Aries.
Sejauh ini, berbagai upaya dilakukan. Berdasarkan data dari DLH Kota Batu, hasil kerja maraton selama sebulan untuk mengatasi persoalan sampah tercatat, pada 30 Juli 2023 ketinggian sel sampah aktif mencapai 20 meter, dan per tanggal 26 Agustus 2023 telah menyusut menjadi 5 meter.
Selain itu juga dilakukan penataan sel aktif sampah dilakukan dengan mengerahkan peralatan berat 4 eksavator dan 1 unit dozer dan pemilahan sampah sebelum masuk ke TPA.
Pada tanggal 22 Agustus 2023 dilakukan uji kualitas udara di sana. Dari hasil uji kualitas udara, didapati adanya penurunan kandungan gas berbahaya, antara lain amonia diangka 0,03 ppm dibawah batas baku 2 ppm, timbal diangka kurang dari 0,01 pg/m2 dibawah batas baku 2 pg/m2, Nitrogen Dioksida diangka kurang dari 29,6 pg/m2 dibawah baku 200 pg/m2 dan kandungan karbon monoksida kurang dari 1000 pg/m2 dibawah baku 10.000 pg/m2.
Kendati demikian, berbagai upaya yang dilakukan tidak bisa selesai dalam kurun waktu 30 hari, sekali pun Pemkot sudah bekerja secara maraton untuk mengatasi persoalan sampah.
“Kinerja sebulan ini merupakan langkah awal dan akan terus berlanjut hingga permasalahan tuntas. Waktu satu bulan memang tidak cukup jika harus semua diselesaikan. Saya rasa warga sangat memahami,” jelasnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
reporter: ulul azmy
editor: jatmiko