MALANG – Rasa trauma warga Desa Majang Tengah, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, yang digoyang gempa magnitude 6,1 pada 10 April 2021 lalu masih meninggalkan bekas.
Akibat trauma gempa bulan April lalu itu, maka ketika terjadi gempa pada Jumat (21/05/2021) sekitar pukul 19.00 WIB, berkuatan 6,2 magnitudo, akhirnya membuat sebagian warga Desa Majang memilih tidur di teras rumah.

Saat Jurnalis tugumalang.id mengecek langsung kondisi terkini di Desa Majang Tengah, banyak rumah yang baru saja diperbaiki kembali mengalami kerusakan. Ada yang temboknya runtuh dan bolong, ada juga rumah yang fondasinya mulai miring, dan musholla yang semakin parah.

Salah satu warga, Nur Halima, mengatakan jika saat kejadian dirinya dan warga sekitar sedang duduk-duduk santai. Bahkan dia dan keluarganya sedang ngobrol dengan keluarga di ruang tengah.
“Saat gempa itu ya orang-orang di sini pada kumpul-kumpul dan ngobrol-ngobrol seperti biasa. Ya seperti biasa, saya tidak menyangka akan terjadi gempa sekali lagi,” terangnya.
Setelah gempa terjadi, wanita yang akrab disapa Ima ini langsung berlarian panik bersama warga sekitar.
“Lalu waktu gempa lagi itu kita panik sekali. Karena trauma kami belum selesai. Tadi banyak yang panik, dan ke luar rumah semua,” ungkapnya.
Ia mengatakan, jika rasa trauma yang dialami semakin bertambah, pasalnya baru genap sebulan gempa pertama memporak-porandakan desanya.
“Jelas rasa trauma kami bertambah lagi, karena gempa yang kemarin banyak susulan, ditambah tadi (gempa) agak besar juga kayaknya (magnitude) 6,2. Dan belum bisa hilang rasa trauma,” ujarnya.
Belum lagi kerusakan di rumah-rumah warga belum selesai diperbaiki, tapi sudah digoyang gempa yang cukup besar.
“Sekarang kerusakan-kerusakan ringan bertambah. Jadi, tembok-tembok yang belum selesai diperbaiki itu runtuh-runtuh lagi. Dan yang tadinya tembok retaknya kecil jadi semakin lebar,” tuturnya.
“Lalu rumah yang sudah rusak akibat gempa pertama sekarang jadi semakin miring dan semakin mau roboh,” sambungnya.
Ima juga menceritakan jika dirinya baru saja memulai merenovasi rumahnya yang rusak. Namun apa daya kerusakan kini bertambah parah.
“Saya sendiri banyak bangunan yang baru diperbaiki langsung runtuh-runtuh lagi. Saat ini temboknya runtuh lagi, lalu atapnya juga belum sempurna,” ujarnya.

Melihat kondisi itu, dirinya beserta tetangganya tidak berani tidur di dalam rumah malam ini. Ia memilih tidur di teras rumah bersama para tetangganya karena takut terjadi gempa susulan.
“Sekarang kita tidur di luar kayaknya untuk sementara, soalnya takut nanti malam ada gempa susulan lagi,” tegasnya.
“Saat ini warga berjaga dan tidak tidur, lebih tepatnya tidak bisa tidur. Kita tetap waspada takut ada gempa susulan, kalau mau tidur ya tidur di teras rumah,” pungkasnya.