Kota Batu, Tugumalang.id – Bunga hias menjadi salah satu komoditas pertanian di Kota Batu, Jawa Timur yang unggul. Salah satu sentra penghasil bunga hias itu ada di Desa Gunungsari, desa yang berada di kaki Gunung Paralayang.
Lokasi geografisnya yang strategis dan memiliki kualitas tanah yang baik membuat desa tersebut menjadi sentra penghasil bunga hias terbesar. Bahkan tak jarang hasil budidaya mereka mampu menembus pasar di seluruh daerah di Indonesia.
Hampir setiap harinya, masyarakat di sana berkutat dengan bunga-bunga. Mulai dari menanam, merawat hingga mengemas berkoli-koli bunga hias dan potong berbagai jenis untuk dikirim.
Salah satu pemasok besar bunga hias itu datang dari Andira Rose Supplier. Ninik Arifah (60), pemilik usaha bunga hias itu mengatakan, hampir setiap minggu selalu melayani pengiriman bunga hias ke luar kota.
Baca Juga: Bisnis Bunga Hias di Kota Batu Mulai Menggeliat
“Seminggu bisa 3 kali kirim. Ada sekitar 1-3 koli, itu per koli biasanya sampai 1.500 tangkai,” ujar Ninik pada tugumalang.id , Kamis (25/1/2024).
Ninik sendiri sudah bergerak di bisnis bunga hias itu sejak 1999 silam. Pengalaman itu membuatnya dipercaya hampir sebagian besar masyarakat desa untuk memasok hasil budidaya bunganya ke Ninik.
”Sampai sekarang sudah ada 35 petani bunga di sini yang nitip hasilnya untuk kami kirim,” jelasnya.
Ninik mengaku kebanyakan pemesan datang dari luar daerah, mulai Malang Raya, Jakarta, Bali, Kalimantan hingga Palembang. Meski juga kerap mengalami pasang surut, Ninik mengaku tingkat perekonomiannya bergantung utama di situ.
Jika dikalkukasikan, harga bunga hias per tangkai saat ini berada di kisaran harga Rp 2 ribu untuk bunga mawar putih. Sementara untuk bunga mawar merah bisa mencapai Rp 3 ribu.
Kebanyakan, jelasnya, Ninik banyak kebanjiran pesanan ketika momen-momen musim menikah, hari raya Natal hingga Imlek. ”Kalau sedang ramai itu ya bisa sampai nambah 4-5 koli,” ungkapnya.
Ia berharap, Pemkot Batu bisa mendukung upaya keberlanjutan bisnis agrowisata tersebut. Petani di sana sangat senang sekali jika mendapat bantuan seperti alat kompres obat, bibit dan lain-lain.
Terpisah, Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai menuturkan jika Pemkot Batu selama ini juga sadar akan besarnya potensi dari sektor budidaya bunga hias tersebut. Pemkot Batu sejauh ini kerap melakukan pendampingan kepada para petani tanaman hias maupun potong.
Selain itu, pemerintah juga turut berperan sebagai penyedia akses pemasaran melalui fasilitasi dengan para mitra bersama Gapoktan untuk penguatan digital marketing dalam rangka perluasan pasar.
“Ada juga Pemkot memberi bantuan permodalan, penyedia bibit bermutu dan melakukan pengawasan bagi petani bunga potong,” ungkapnya.
Menurutnya, peran pemerintah daerah ini sangat penting peranannya dalam meningkatkan ekonomi petani bunga hias di Kota Batu. Ini menjadi salah satu visi Pemkot Batu mensukseskan Kota Batu sebagai Kota Agropolitan.
”Tidak heran jika Kota Batu juga kerap dijuluki Kota Bunga. Dimana beragam jenis bunga bisa tumbuh hingga menjadi penggerak ekonomi masyarakat utama,” jelasnya.
Baca Juga: Bunga Tabebuya di Kawasan Arhanud Kota Batu Mulai Bermekaran
Berdasarkan data BPS Kota Batu, terdapat belasan jenis tanaman yang dihasilkan petani Kota Batu. Mulai anggrek, anthurium bunga, bromelia, bugenvil, dracaena, hanjuang, herbras, krisan, mawar, pakis, palem, pedang-pedangan, philodendron, pisang-pisangan, soka hingga sri rejeki.
Diantara sekian jenis tersebut, mawar menempati urutan pertama dengan tingkat produksi tertinggi. Terakhir pada 2022, terjadi peningkatan luasan panen bunga mawar dari luasan lahan 1.008.600 m² dari semula pada 2021 di angka 1.005.260 m².
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter : M Ulul Azmy
editor: jatmiko