Tugumalang.id – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GNMI) menggelar Kelas Pemikiran Sarinah dengan menghadirkan sejumlah narasumber. Salah satunya, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang, Dr Ari Sapto.
Dalam acara yang digelar di Gazebo Agroedu Park Unitri Malang pada 16-18 Juni 2023 itu Dr Ari Sapto memberikan paparan bertajuk ‘Memahami Pemikiran Bung Karno dalam Buku Rarinah’.
Dalam paparannya, Ari mengulas habis buku tentang keberanian seorang perempuan itu. Buku itu menurutnya, sangat konsisten menggunakan istilah perempuan dari pada istilah wanita. Sebab 2 istilah itu memiliki makna hirarki yang berbeda.
Baca Juga: Tugu Media Group dan Lapasila UM Selenggarakan Sarasehan Nasional Pancasila dan Haul Bung Karno 2023
Selain itu, Ari juga memberikan pandangan dari sisi pemikiran sejarah dalam buku tersebut. Mulai peristiwa sejarahnya hingga pemikiran pelaku sejarahnya. Buku tersebut menurutnya juga terselip pikiran-pikiran Bung Karno.
Ide utama soal kedudukan dan peran perempuan pasca kemerdekaan, meningkatnya peran perempuan hingga konstruksi sosial juga dibeberkan.
“Dalam buku itu menegaskan bahwa emansipasi bukan menggantikan laki-laki. Lalu ada ajakan untuk menciptakan masyarakat yang lebih egaliter, adil dan lebih baik,” ucapnya.
Baca Juga: Wakil Ketua MPR RI Dukung Haul Bung Karno, Ajak Masyarakat Meneladani Sikap Gandrung Persatuan
Ketua GNMI Malang, Donny Maulana, yang juga sebagai penanggungjawab kegiatan Kelas Pemikiran Sarinah menyampaikan bahwa Bung Karno menghadirkan gagasan tentang perempuan karena peran perempuan pernah dikesampingkan dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
“Soekarno tidak pernah melihat perempuan dan laki-laki sebagai suatu entitas yang yang terpisah. Bagi Soekarno keduanya harus dipandang sebagai manusia. Anggaplah manusia itu sebagai koin mata uang, maka perempuan dan laki-laki adalah kedua sisinya yang sama sekali tidak bisa dipisahkan,” kata dia.
Dalam kesempatannya, Donny menyampaikan bahwa kegiatan Kelas Pemikiran Sarinah ditujukan untuk mempersiapkan kader-kader Sarinah yang kompeten untuk mengaktualisasi pemikiran marhaenisme dalam kehidupan bermasyarakat.
“Intinya untuk meningkatkan kualitas intelektual kader dengan memberikan pendidikan dan pelatihan agar mampu menjadi trendsetter atau motor penggerak dalam mengaktualisasikan ideologi,” jelasnya.
“Kemudian mempersiapkan kader sarinah untuk menjadi motor penggerak lembaga semi otonomi atau lembaga taktis gerakan sarinah Malang dalam memerangi masalah-masalah kekerasan
terhadap perempuan dan anak yang ada di Malang,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A