MALANG, Tugumalang.id – Adanya teknologi seperti ponsel dan laptop membuat anak-anak lebih mudah dalam belajar. Di sisi lain, ini berarti pedagang buku anak-anak pun kehilangan pasarnya karena semua materi belajar bisa diakses melalui ponsel dan laptop.
Sumaji (51), seorang pedagang buku keliling merasakan turunnya pembelian buku sejak masyarakat beralih ke teknologi. Penurunan ini terutama ia rasakan pasca-pandemi karena banyak pelajar yang sudah memiliki ponsel untuk mengikuti kelas online.
Sejak berjualan buku pada tahun 1991, Sumaji merasakan omzetnya menurun drastis saat pandemi COVID-19. Namun, pascapandemi, omzetnya tak kunjung naik, justru semakin menurun.
“Sebelum pandemi enak, pas pandemi nggak enak, setelah pandemi malah lebih nggak enak,” ujarnya saat ditemui di Stadion Kanjuruhan, tempat ia mangkal di hari Sabtu dan Minggu, beberapa waktu lalu.
Saat pandemi, omzetnya menurun 40 persen. Setelah pandemi, khususnya setelah Tragedi Kanjuruhan, omzetnya menurun hingga 60 persen.
Salah satu faktor penyebabnya adalah para pelajar telah memiliki handphone atau laptop saat pandemi, sehingga mereka tidak lagi membutuhkan buku-buku.
“Teman saya ada juga yang jualan. Penjualannya juga sama, turun banyak,” kata Sumaji.
Meski demikian, ia tetap menjalani profesinya ini demi bertahan hidup. Toh, setiap hari selalu ada buku yang laku terjual.
Sebelum berjualan buku di tahun 1991, Sumaji yang merupakan warga Kecamatan Blimbing, Kota Malang ini bekerja sebagai penjual koran. Lambat laun, ia mengembangkan usahanya dengan berjualan kitab kuning untuk santri pondok. Kini, ia juga menjual buku mewarnai, buku belajar membaca dan berhitung, novel, hingga Al-Quran. Tak hanya buku baru, ia juga menjual buku-buku bekas yang kondisinya masih bagus.
Per buku ia jual dengan harga mulai dari Rp 2 ribu hingga Rp 100 ribu. Selain di Stadion Kanjuruhan, Sumaji juga berjualan di Pasar Tumpang pada hari Rabu dan Kamis. “Selebihnya saya jualan keliling,” imbuhnya.
Ia berharap, anak-anak kembali memiliki minat baca dan mengurangi penggunaan ponsel, khususnya untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. “Kalau untuk belajar masih nggak papa, tapi anak sekarang belajarnya cuma sebentar, lanjut main media sosial atau game,” kata Sumaji.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko