MALANG – Sego banting, namanya biasa saja, tapi rasanya dijamin di luar ekspektasi. Ya, Sego Banting Cak San namanya. Bisa jadi alternatif makan enak, terlebih jika malam hari menjelang. Makanan modelan nasi kucing ini bisa ditemukan di Jalan Jombang Gang 1, Kota Malang. Lokasinya tersembunyi, menyusuri gang-gang kecil kampung.
Bisa dibilang, kuliner satu ini cukup legendaris dan dikategorikan hidden gems kulinernya Malang. Cak San mulai populer dari mulut ke mulut. Dan ternyata, kuliner ini sudah ada sejak 1989 dan eksis hingga kini. Jika dilihat dari antreannya, jelas makanan ini bukan kaleng-kaleng.
Warung ini bukan seperti warung umumnya, karena bertempat di dapur rumah si empunya. Namanya Ibu Sunarsih, yang kini sudah berusia 57 tahun. Dulu, kuliner ini dipopulerkan sang suami, Ikhsan Bukhori atau akrab dipanggil Cak San. Namun, Cak San sudah berpulang di usia 67 tahun pada 2020 lalu.

Praktis, kini hanya Sunarsih yang meneruskan usaha ini bersama anak-anak dan keponakannya. Jangan heran kalau ketika anda kesini harus rela antre agak lama karena memang pelanggannya bejibun. Mulai dari mahasiswa hingga kelas pekerja. Porsi kecil dihargai hanya Rp3 ribu saja.
Konsep Sego Banting ini tak ubahnya seperti nasi kucing kalau di Jawa Tengah, namun beda lauk dan porsi. Komponennya sederhana, hanya nasi dengan porsi sekepalan tangan, oseng tahu dan tauge, bihun dan sambal terasi otentik. Akan semakin paripurna jika ditambah gorengan tepung telur, bakwan atau tahu goreng.

Begitu kombinasi lauk-lauk ini mampir di lidah anda, dijamin anda seolah terhipnotis dan tidak sabar untuk membuka bungkus kedua. ”Rasanya enak, tapi relatif sih ya, affordable. Mungkin disajikan fresh pana-panas itu yang bikin enak. Gurih, nagihi dan ngangeni,” begitu menurut seorang pelanggan, Nikita (25) pada reporter, Minggu (1/8/2021).
Kepada reporter, Ibu Sunarsih cerita kalau dulunya dia berawal dari jualan ketan bubuk di emperan Jalan Terusan Surabaya. Hingga akhirnya, para pelanggan ada yang minta dibikinkan makanan buat pengganjal lapar.
”Dulu ganti-ganti, kadang masak bumbu bali dan masakan sederhana lain. Sampe akhirnya anak-anak cocok sama oseng tauge itu dan minta jualan itu aja. Biar jadi ciri khas katanya,” kisah ibu dari 3 anak dan 2 cucu ini.
Dari situ, kuliner ini seolah menjadi ikon dan populer dari mulut ke mulut, kira-kira mulai tahun 2000-an. Hingga kemudian, seorang pelanggan berinisiatif menamai makanan ini dengan istilah Sego Banting.
Ceritanya begini, jadi karena penyajian makanan ini fresh, si ibu bakal sibuk bungkus-membungkus nasi. Karena pesanan yang banyak dan biar cepat, maka setiap nasi yang selesai dibungkus akan dilempar-lempar kecil, seolah dibanting ke dekat pelanggan.
”Ya dari situ istilah Sego Banting itu muncul, ya dari pelanggan sendiri. Akhirnya ya saya menamainya begitu juga,” tutur perempuan asal Jodipan ini.
Soal harga, kemurahannya tak pernah berubah. Awal dulu berjualan dihargai mulai Rp250 hingga kini mentok di angka Rp3 ribu. Namun pelanggan juga bisa memesan nasi sesuai selera dari harga Rp5 ribu, Rp8 ribu dan Rp10 ribu. Lauknya tetap sama, hanya beda porsi.
”Tapi kebanyakan pelanggan beli yang Rp3 ribu sama Rp5 ribu. Kata mereka itu sedikit-sedikit tapi nagihi. Biasanya 1 orang itu beli 2 sampai 4 bungkus. Kadang pelanggan juga ada yang beli sampai 20 bungkus,” ungkapnya.
Sebagai informasi, untuk mencari lokasi dapur Sego Banting Cak San ini, anda cukup masuk ke Jalan Jombang Gang 1. Nanti tak jauh dari gapura, anda akan menemui plang nama TPA Al-Ihsan. Di sisi kanan, terdapat gang kecil. Jika masih tak jelas, bisa ditanyakan ke warga sekitar.
Sego Banting Cak San hanya buka khusus di malam hari mulai pukul 21.00 – 01.30 WIB. Disarankan untuk datang lebih awal atau anda akan merasakan sensasi mengantre disana. Pasalnya, banyak per orang disana memesan hingga 20 bungkus.
Sebagai alternatif, anda bisa menggunakan jasa driver online. Jangan lupa kasih uang lebih ya karena antrenya bisa berjam-jam. Tentu, ini bisa jadi pilihan tepat berburu kuliner jika harimu sudah kelewat malam.
Reporter: Azmy
Redaktur: Sujatmiko