MALANG – Seorang Aremania asal Blitar bernama, Andrian Sutikno (66) rela menghabiskan waktunya mendampingi keluarga korban Tragedi Kanjuruhan di rumah sakit. Dia bahkan mengaku belum pulang sama sekali ke rumahnya di Blitar sejak peristiwa kelam 1 Oktober 2022.
Adrian mengaku juga turut berada di Stadion Kanjuruhan saat peristiwa memilukan itu memuncak. Dia mengaku mendapati jenazah-jenazah bergeletakan di lobi Stadion Kanjuruhan.
Dia bahkan turut membantu mengevakuasi jenazah itu ke truk TNI dan ambulans. Adrian kemudian turut menuju ke RS Wava Husada Kepanjen. Di situ, dia menemukan seorang suporter asal Blitar yang juga meninggal dunia.
“Pagi-pagi saya melihat keluarga korban asal Blitar menangis, memeluk jenazah. Saya enggak tega melihat itu,” kata Adrian, Selasa (25/10/2022).
Dia membantu mencarikan ambulans untuk memulangkan jenazah itu ke rumah duka di Blitar. Kemudian, dia bergeser untuk bertakziah ke rumah duka Sam Nawi di Singosari.
Berikutnya mendapat kabar di RSSA Malang banyak korban belum teridentifikasi, Adrian merapat ke RSSA Malang dan lagi-lagi melihat isak tangis para keluarga korban.
Dia memutuskan untuk tidak pulang ke Blitar demi mendedikasikan waktu dan tenaganya menemani para keluarga korban yang masih menanti ketidakpastian di RSSA Malang.
Tidak Berkorban tapi Melihat Korban
“Saya tidak berkorban, tapi saya melihat korban. Mereka sampai meninggal separah itu. Remaja, anak-anak hingga pasutri jadi korban. Mereka sudah membeli tiket tapi meninggal dengan cara demikian. Gak sebanding dengan apa yang saya lakukan ini,” tuturnya.
Selama mendampingi keluarga korban di RSSA Malang, dia menemukan beberapa cerita keluarga yang harus meninggalkan pekerjaan, meninggalkan anak di rumah untuk menanti kabar korban Tragedi Kanjuruhan.
Bahkan di antara mereka kehabisan biaya hidup selama menanti kesembuhan korban Tragedi Kanjuruhan. “Ada yang cerita kehabisan uang untuk makan sehari-hari. Alhamdulillah Aremania yang mengenali saya ikut membantu mereka,” ucapnya.
Dia juga membantu memberitahukan kepada keluarga korban bahwa seluruh pembiayaan perawatan sudah ditanggung pemerintah. “Jadi saya pesankan kepada mereka jangan sampai ada yang mengeluarkan uang sepeserpun walau ada yang minta,” ujarnya.
Kini 24 hari Tragedi Kanjuruhan berlalu, Adrian masih di RSSA Malang, tidur di ruang tunggu rumah sakit tersebut. Untuk biaya hidup sehari-harinya berasal dari uang saku pribadi dan dukungan atasan tempat dia bekerja di Blitar dan teman-temannya. Dia mengatakan akan pulang ke Blitar setelah semua korban di rumah sakit telah pulang.
“Kalau semua korban sudah kembali ke rumah masing-masing, Alhamdulilah. Saya akan kembali ke Blitar melaksanakan pekerjaan sehari-hari. Tapi saya berharap para keluarga korban ada yang mendampingi di tempat mereka masing-masing,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A