Tugumalang.id – Warganet dihebohkan dengan kehadiran pihak aparat di rumah tokoh aktivis senior di Kota Batu, Jawa Timur, Agung Shinta. Ia merupakan salah satu tokoh senior yang kini banyak bergelut di bidang kesenian dan budaya Kota Batu.
Terkait hal itu, Agung Shinta membenarkan bahwa kedatangan aparat ke rumahnya akibat imbas dari orasinya di hadapan ribuan massa aksi demonstrasi di Universitas 17 Agustus (Untag), Surabaya pada Rabu (6/12/2023). Keesokan harinya, rumahnya yang berada di Songgoriti, Kota Batu didata.
Baca Juga: Viral! Polisi Datangi Tokoh Sepuh Kota Batu Pasca Orasi Demo di Untag, Warganet: Neo Orba Reborn
Agung Shinta mengatakan kedatangan aparat tak berseragam itu dalam rangka klarifikasi atas materi orasi yang dia sampaikan. Perempuan berusia 67 tahun itu juga mengakui kesalahannya karena dalam orasi itu ia menyebutkan nama instusi secara general.
Hanya saja, kekhawatiran dalam orasinya itu bukan tanpa alasan. Shinta sendiri pernah merasakan atmosfer politik seperti era 1998 di mana seluruh aparatur negara digerakkan untuk membatasi hak masyarakat menyampaikan aspirasi. Ia merasa situasi itu kembali dia rasakan di jelang Pemilu 2024 mendatang.
Baca Juga: Pj Wali Kota Malang: Tanpa Narkoba Kita Mbois Ilakes
“Zaman 1998-1999 itu semua tentara, polisi, ASN dan perangkat desa itu digerakkan. Faktanya begitu kok, jangan dikira saya bodoh banget. Saya tahu semua kepala desa dipanggil semua mengamankan Pemilu. Kalau tidak mau, diancam dana desanya,” bebernya kepada tugumalang.id, Jumat (8/12/2023).
“Belum lagi kejadian kayak Aiman, jurnalis itu kan dia dipanggil tengah malam. Apa itu bukan bentuk intimidasi? Budayawan Mas Butet itu juga disuruh tanda tangan sama polisi agar tidak boleh bicara politik. Nah, kalau saya? Ya gak mau,” imbuhnya.
Namun, kedatangan aparat ke rumahnya ternyata bukan untuk keperluan surat pernyataan seperti dialami Butet Kertaredjasa. Mantan anggota DPRD Provinsi Jatim periode 1999-2009 itu mengaku aparat datang hanya untuk klarifikasi.
Dalam pertemuan itu, Agung Sinta membeberkan semua alasannya. Sebagai orang tua, ia hanya tidak ingin peristiwa 1998 kembali terulang di zaman sekarang. “Cukup saya orang tua seperti kami saja yang mengalami. Kalau itu terjadi, saya sebagai nenek tidak terima,” tegasnya.
Shinta meminta maaf jika orasi yang ia sampaikan berujung menjadi polemik. Terlepas dari itu, Shinta berpesan agar pihak aparat negara bersikap netral dalam politik dan seharusnya mengayomi rakyat.
“Dari hal ini pesan saya adalah kami mohon pada aparat, ASN menjaga netralitasnya. Saya hanya tidak ingin tragedi 98 terulang lagi,’ imbaunya.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A