MALANG, Tugumalang.id – Lebaran selalu identik dengan ketupat yang tidak hanya menjadi sajian kuliner khas Lebaran Idul Fitri tetapi juga sebagai simbol. Artikel berikut ini menyajikan informasi filosofi dari ketupat yang selalu identik sebagai simbol Lebaran.
Ketupat sejatinya adalah makanan berbahan dasar dari beras dikemas di dalam daun kelapa yang dianyam berbentuk persegi. Biasanya ketupat disajikan sebagai menu santapan bersama keluarga saat Lebaran dan juga saat menjamu tamu.
Ketupat akan disandingkan dengan menu kuliner lainnya seperti opor, lodeh, sambal goreng, dan menu lainnya.
Baca Juga: Berkah Lebaran, Pedagang Ketupat di Kota Malang Panen Rezeki
Tetapi bukan hanya menu kuliner khas Lebaran, Ketupat memiliki makna dan filosofi yang berkaitan dengan makna dari Hari Raya Idul Fitri yakni kembali ke fitrahnya atau kembali suci.
Berikut ini rangkuman Tugumalang.id tentang filosofi ketupat yang selama ini selalu identik dengan Lebaran sebagai berikut.
Filosofi Ketupat
Filosofi ketupat sebagai simbol yang identik dengan Lebaran sejatinya diangkat dari filosofi masyarakat Jawa. Ketika silaturahmi ke rumah kerabat atau sesama umat Islam saat Lebaran, ketupat menjadi suguhan untuk dimakan secara bersama-sama sebagai bentuk perjamuan.
Diyakini perjamuan dengan ketupat itu adalah bentuk peleburan khilaf dan permohonan permintaan maaf kepada sesama. Kekhilafan di antara keduanya terhapus secara otomatis.
Selain itu filosofi lainnya adalah ketupat terbuat dari tiga bahan utama yakni janur kuning, beras, dan santan. Janur melambangkan tolak bala atau simbol menolak bahaya sedangkan beras merupakan simbol dari kemakmuran agar setelah Hari Raya Idul Fitri kehidupan masyarakat semakin makmur.
Sementara santan adalah simbol dari permohonan maaf karena hampir sama dengan kata permintaan maaf dalam bahasa Jawa yakni ngapunten.
Kata ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa juga diyakini berasal dari kata lepat yakni kesalahan atau ngaku lepat. Ketupat simbol pengakuan atas kesalahan atau kekhilafan kepada sesama manusia yang diwujudkan dalam bentuk ketupat sebagai bentuk permintaan maaf.
Sehingga tradisi menjamu tamu dengan ketupat atau berkirim ketupat dengan tetangga saat Lebaran merupakan simbol dari pentuk permohonan maaf dan terbebas dari kekhilafan selama ini. Bagi yang menjamu atau mengirim ketupat lengkap dengan lauknya sebagai permohonan maaf.
Baca Juga: Jelang Lebaran, Pemkot Batu Benahi Fasum di Kawasan Ramai Wisatawan
Sementara bagi yang menerima adalah wajib memberi maaf dan mengikhlasan segala kekhilafan yang pernah terjadi.
Bentuk ketupat yang persegi juga menyimbolkan kiblat lima pancer melambangkan keharmonisan dan keseimbangan seperti mata angin. Maknanya adalah bahwa kehidupan manusia, kemanapun mereka pergi hendaknya tidak pernah melupakan pancer yakni Sang Maha Pencipta, Allah SWT.
Demikian informasi tentang filosofi ketupat yang selalu identik sebagai simbol Lebaran Idul Fitri. Semoga informasi ini bermanfaat!.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Bagus Rachmad Saputra
editor: jatmiko