Penulis: Jakfar Shodiq*
Tugumalang.id – Tahun 2024 berjalan dua bulan. Beberapa waktu lalu suasana terasa sangat panas dan tegang lantaran ada kontestasi politik yang sering disebut pesta demokrasi.
Penamaan kata pesta demokrasi ini sangatlah relate dengan kondisi dan situasi yang ada di lapangan di mana semua elemen berpesta dengan dunia dan caranya masing-masing.
Ada yang berpesta dengan cara menghambur-hamburkan uangnya, ada pula berpesta dengan cara melakukan pembodohan masal dengan menyebarkan berita-berita bohong ke hadapan masyarakat awam.
Baca Juga: Ketua Umum PP Muhammadiyah: Etika dan Moralitas Politik Pemilu 2024 Patut Dijaga
Ada juga yang berpesta dengan kemenangannya, dan yang umum dipestakan oleh masyarakat ini adalah berpesta dengan menerima logistik dari masing-masing calon yang sedang memiliki hajat.
Namun seperti kita rasakan hari ini Indonesia kembali pada setingan awal sebagai bangsa yang adem, ayem serta rukun tanpa konflik besar padahal masih beberapa hari pasca pencoblosan yang penuh dinamika dan fitnah yang mewarnai dalam perjalanan-nya.
Hal tersebut sangat berbeda dengan keadaan pesta yang lalu, tepatnya pada tahun 2019 bangsa ini juga melaksanakan pesta yang sama namun temperaturnya bertahan cukup lama hingga banyak yang menjadi korban atas penolakan hasil dari rekapitulasi KPU kala itu.
Baca Juga: Bawaslu Kabupaten Malang Dalami Dugaan Politik Uang di Gondanglegi
Namun kali ini kondisinya sangat berbeda walau seperti yang kita ketahui bersama bahwa cukup banyak dinamika politik yang terjadi kemarin seiring dengan rangkaian menuju pesta itu.
Kami-pun cukup heran dan bertanya-tanya dengan keadaan ini, dinamika yang sebegitu besarnya terjadi beberapa pekan lalu sekarang seolah-olah terselesaikan dengan sendirinya.
Apakah ini pengondisian dengan skenario yang ditulis oleh sutradara handal atau memang berkat kesuksesan presiden Jokowi dalam mencerdaskan masyarakatnya atau malah masyarakat kita sudah kehilangan trust pada KPU dan pemerintah hingga bersikap sedewasa ini?
Hal tersebut timbul karena mengingat segala upaya kasar yang dilakukan oleh masing-masing kontestan beberapa waktu lalu itu menurut akal sehat Rocky Gerung tidak akan se-adem dan se-ayem sekarang ini ketika kita berkaca ke peristiwa tahun 2019.
Namun apapun jawabanya kenyataan yang dihadapkan adalah bangsa ini sudah mulai dewasa dalam menghadapi dinamika politik, dari serangan personal nan frontal saat debat capres cawapres hingga serangan berbasis data dan intelektual yang dilakukan oleh Dirty vote.
Intimidasi verbal yang dilakukan oleh oknum bupati dan kepala desa hingga pengeboman rumah salah satu ketua KPPS. Namun hal itu bak angin lalu yang tidak lama di permukaan berita media dan buah bibir masyarakat.
Terlepas dari kemungkinan apa pun dari praduga di atas kami sangat mengapresiasi stabilitas politik para elit bangsa dewasa ini yang sudah sukses mencerdaskan bangsa seperti ini.
Presiden dengan tampilan sederhana itu kami pandang sudah sukses mengkondisikan semua elemen masyarakat untuk bisa mencapai Indonesia emas 2045 seperti yang dicita-citakan.
Dia mampu menggerakkan POLRI untuk bisa menjaga stabilitas dan keamanan negara yang kami anggap itu bagian dari bentuk evaluasi dari kejadian lima tahun silam.
Tanpa terasa juga kita semua akan segera kehilangan sosok lemes tapi tegas itu dari kursi RI satu negara ini, yang pembuktiannya sudah bisa kita lihat di seluruh pelosok negeri.
*Akademisi dan pengelola lembaga riset di bidang politik hukum dan HAM
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News