MALANG, Tugumalang.id – Bagi sebagian orang, reptil merupakan binatang yang menakutkan. Namun, bagi anggota Reptile Addict Malang (RAM), binatang melata justru terlihat unik dan cantik.
RAM merupakan komunitas yang beranggotakan 30 orang penggemar reptil dari seluruh wilayah Malang Raya. Berawal dari ngopi bareng, komunitas ini berdiri pada Februari 2015.
Di dalam komunitas, para anggotanya memiliki berbagai jenis hewan reptil, baik yang berasal dari Indonesia, maupun dari luar negeri. Beberapa hewan yang banyak dipelihara oleh anggota RAM di antaranya adalah ular, iguana, gecko, biawak, dan sebagainya. Satu orang bisa memelihara hingga lima ekor herwan.
“Setiap anggota punya fokusnya sendiri-sendiri. Ada yang fokus di biawak, ada juga yang fokusnya ular berbisa,” ujar Humas RAM, Moch Nur Rozikin saat ditemui di sebuah event di Kota Malang beberapa waktu lalu.
Di mata anggota RAM, hewan reptil memiliki daya tarik tersendiri. Selain unik dan eksotis, mereka bisa dijinakkan. Sehingga, jika sudah jinak, hewan tersebut cukup ramah pada manusia dan bisa dipegang. Selain itu, mereka juga bisa menjadi hewan pajangan di rumah yang bisa menarik perhatian tamu.
“Kalau ular-ular berbisa gini bisa dibuat pajangan. Warnanya bagus,” imbuh Zikin.
Di samping itu, hewan reptil juga bisa menjadi sarana edukasi bagi anak-anak. Zikin mengatakan bahwa RAM sering melakukan edukasi ke TK dan SD. Mereka mengenalkan ragam hewan reptil kepada anak-anak kecil.
“Kalau ke TK atau SD kami bawa (reptil) yang bisa dipegang-pegang. Itu bisa jadi materi dasar ini hewan apa saja,” terangnya.
Mereka juga melakukan edukasi ke siswa SMP dan SMA, namun dengan materi yang berbeda. Kepada siswa SMP dan SMA, RAM banyak menyampaikan materi tentang rescue, pertolongan pertama jika digigit reptil, serta cara memelihara yang baik.
Tak terbatas di edukasi dan sharing pengetahuan, RAM juga aktif dalam melakukan rescue. Mereka kerap menolong warga yang rumahnya dimasuki ular. Ular tersebut kemudian mereka lepasliarkan di alam terbuka yang jauh dari pemukiman penduduk.
Di samping itu, beberapa dari mereka melakukan konservasi dengan mengembangbiakkan hewan dan melepasliarkannya. “Kalau yang asli Indonesia seperti reticulatus python (sanca batik). Sebagian (hasil kembang biak) dilepasliarkan,” kata Zikin.
Memelihara reptil masih dipandang tak lazim oleh masyarakat. Bahkan, beberapa anggota RAM juga mengalami penolakan dari orang tua mereka sendiri. Akan tetapi, mereka berhasil meyakinkan bahwa memelihara reptil itu tidak susah dan tidak mengganggu.
“Biasanya yang protes orang tua. Tapi lama-lama tahu kami merawatnya. Terus (memelihara reptil) itu enak, nggak ribet kayak hewan berbulu,” pungkas Zikin.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko