Tugumalang.id – Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman jenis ikan tertinggi di dunia. Ikan memiliki banyak manfaat tetapi sayangnya merupakan sumber daya alam yang terbatas.
Artinya, seiring dengan peningkatan pemanfaatan ikan maka populasinya juga kian menurun. Kini banyak ikan mulai terancam punah dan harus menjadi satwa yang dilindungi.
Berikut 5 spesies ikan yang terancam punah dan dilindungi di Indonesia berdasarkan Kepmen KP No 1 Tahun 2021.
1. Arwana Kalimantan (Scleropages Formosus)

Ikan yang memiliki nilai jual tinggi ini sering dieksploitasi secara berkelanjutan sedangkan siklus reproduksinya sangat lambat menyebabkan penurunan populasi hingga terancam punah.
Ikan ini berhabitat di sungai-sungai besar yang tertutup vegetasi pepohonan, di perairan yang mengandung gambut dengan sebaran di wilayah Kalimantan dan Sumatera. Ikan ini dilarang untuk diperdagangkan secara internasional kecuali dari hasil budi daya.
2. Pari Gergaji Lancip (Anoxypristis Cuspidata)

Ikan ini sering diburu karena sering dikonsumsi, dijadikan dekorasi pada upacara adat, bagian tubuhnya memiliki nilai yang tinggi di pasaran dan merupakan pengobatan tradisional di China, Myanmar dan Australia.
Ikan ini tersebar di wilayah Kepulauan Aru (Maluku), Papua, dan Sulawesi. Biasanya ikan ini hidup di estuari, perairan pantai dan perairan sungai yang memiliki kedalaman hingga 40 meter. Sama dengan ikan arwana, perdagangan internasional ikan ini dalam bentuk apapun dilarang.
3. Pari Gergaji Besar (Pristis Pristis)

Ikan ini merupakan ikan yang kritis atau sangat terancam punah dan memiliki kedewasaan serta kesuburan yang rendah. Ikan yang dilarang untuk diperdagangkan secara internasional ini berhabitat di dasar perairan estuari, sungai, danau dan perairan pantai dengan kedalaman hingga 60 meter.
Ikan ini tersebar di pantai timur Sumatera, wilayah perbatasan Indonesia-Australia dan pernah ditemukan di Danau Sentani, Jayapura.
4. Ikan Raja Laut (Latimeria menadoensis)

Ikan ini merupakan ikan yang rentan akan ancaman kepunahan karena pertumbuhan dan kesuburan yang rendah serta populasinya yang sedikit. Ikan ini tersebar di wilayah Raja Ampat (Papua Barat), Sulawesi Utara dan Biak. Sama dengan ikan-ikan yang disebutkan sebelumnya ikan ini tidak boleh diperdagangkan secara internasional.
5. Ikan Balashark (Balantiocheilos Melanopterus)

Ikan ini merupakan ikan hias yang sangat populer dan memiliki permintaan yang tinggi di kalangan pecinta ikan hias. Hal tersebut menyebabkan penangkapan yang berlebihan sehingga ikan balashark rentan akan kepunahan. Ikan ini tersebar di wilayah Kalimantan dan Sumatera dan dapat ditemukan di rawa dan sungai berarus.
6. Wader Goa (Barbodes Microps)

Ikan ini berhabitat pada goa perairan tawar di wilaah Jawa. Kini habitat ikan wader goa mengalami kerusakan akibat aktivitas penambangan kapur dan pertanian yang mencemari tanah sekitar goa. Hal tersebut mengakibatkan ikan wader goa menjadi ikan yang rentan akan kepunahan.
7. Ikan Batak (Neolissochilus Thienemanni)

Ikan ini merupakan ikan yang sakral dan dipakai dalam upacara adat masyarakat Tapanuli. Ikan ini rentan akan kepunahan karena pencemaran perairan akibat aktivitas pertanian, penangkapan yang berlebihan dan adanya keramba apung. Ikan ini berhabitat di perairan tawar dan tersebar di endemik di Danau Toba dan sungai sekitarnya.
8. Pasa (Schismatorhynchos Heterorhynchos)

Ikan ini merupakan ikan yang sering dikonsumsi dan dijadikan ikan hias. Keberadaanya rentan akan kepunahan dikarenakan rusaknya habitat akibat penebangan hutan, penambangan batu bara seta emas dan aktivitas pertanian serta penangkapan yang berlebihan. Ikan ini berhabitat di rawa dan sungai berarus serta tersebar di wilayah Kalimantan dan Sumatera.
Demikian 8 spesies ikan yang terancam punah dan dilindungi di Indonesia. Dalam pemanfaatannya, ikan-ikan ini hanya boleh diperdagangkan jika merupakan hasil pengembangbiakan mulai generasi kedua (F2) dan bukan diambil langsung dari alam. Untuk orang yang ingin melakukan pemanfaatannya harus memiliki Surat Izin Pemanfaatan Jenis Ikan (SIPJI).
Penulis : Angelinne Ivana Simandalahi (Magang)
Editor: Herlianto. A