MALANG – Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapedda) Kabupaten Malang, Tomie Herawanto mengatakan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus terus ditingkatkan agar Kabupaten Malang tidak bergantung pada dana transfer dari Pemerintah Pusat.
Hal ini disampaikan pada Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Malang yang dilaksanakan Senin (28/3/2022) di Pendopo Agung Kabupaten Malang.
“Kekuatan fiskal kita saat ini 70 persen berupa dana transfer dari pusat, 30 persennya kekuatan PAD. Pak Bupati mengatakan itu harus dibalik. Pada tahun 2026, kekuatan fiskal berbalik 70 persennya PAD dan 30 persen dana transfer,” ujar Tomie.
Kemandirian ini akan dimulai dari tingkat desa. Para kepala desa diimbau tidak mengandalkan Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD) dan membuat program-program yang melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang bisa meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes).
Pada kesempatan tersebut, Tomie juga menyebutkan tiga desa di Kabupaten Malang yang sudah memiliki program-program yang akan meningkatkan PADes melalui BUMDes mereka.
Desa pertama adalah Desa Wonorejo, Kecamatan Poncokusmo yang memutuskan untuk membangun dan menjalankan Desa Digital. Ini berarti pelayanan internet di desa tersebut dikelola oleh BUMDes Wonorejo.
“Jika pelayanan internet dikuasasi perorangan, maka tidak ada pemasukan ke desa. Kami melihat peluang bahwa jika pelayanan internet di desa dikelola oleh BUMDes, maka sangat besar potensi penambahan PADes,” tutur Muhammad Ahmal Zainuddin, Kepala Desa Wonorejo.
Desa kedua yang memiliki program menjanjikan untuk peningkatan PADes adalah Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau yang mengembangkan BUMDes pariwisata.
Di desa ini terdapat Kawasan Wisata Terpadu yang berisi 78 kafe dan restoran, pasar, kebun durian, tempat berolahraga, hingga tempat edukasi pengelolaan sampah. Kawasan Wisata Terpadu ini selalu ramai dikunjungi oleh mahasiswa, khususnya saat akhir pekan. Ini tak lepas dari lokasinya yang strategis dan dekat dengan kampus.
“Kawasan Wisata Terpadu ini segmen pasarnya sudah ada, jadi tinggal mengembangkan. Estimasi kunjungan satu malam sekitar 3.000 mahasiswa. Kisaran uang yang didapat dari parkir dalam satu malam sudah hampir Rp 4 juta,” jelas Suheri, Kepala Desa Mulyoagung.
Desa yang terakhir adalah Desa Ngebruk, Kecamatan Poncokusumo yang kini tengah mencoba membudidayakan alpukat pameling.
Lilik Tri Setyawati, Kepala Desa Ngebruk menjelaskan bahwa program ini baru dilaksanakan dengan menggunakan APBDes tahun 2022 ini.
“Kami memilih alpukat pameling karena ini merupakan varietas unggulan di Kabupaten Malang dan juga nasional. Alpukat ini berbuah sepanjang tahun, tidak mengenal musim,” kata Lilik.
Untuk budidaya ini, Pemerintah Desa Ngebruk menjalin kerja sama dengan PT Pameling Agro Nusantara (PAMOR).
Tomie mengatakan bahwa desa dengan PADes yang kuat akan lebih mandiri dan tidak bergantung pada DD dan ADD dari Pemerintah Kabupaten Malang maupun Pemerintah Pusat.
“Manakala PADes sudah sangat kuat, kalau ada permasalahan atau kendala untuk transfer DD atau ADD, (desa tersebut) tetap kuat bersama dengan BUMDes (mereka),” ucap Tomie.
Reporter: Aisyah Nawangsari
editor:jatmiko
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id