MALANG, Tugumalang.id – Guna mewujudkan lingkungan sekolah bebas bullying, SMPIT Insan Permata Malang mengimplementasikan projek berjudul ‘Generasi Anti Perundungan, Peduli Kesehatan Mental’.
Mengusung tema ‘Bangunlah Jiwa dan Raganya’, program ini disusun dalam rangka menciptakan kesempatan belajar murid untuk membentuk diri sesuai Profil Pelajar Pancasila (P3).
Kegiatan ini berlangsung selama dua pekan, tepatnya 14 sampai 25 Agustus 2023 dan melibatkan seluruh siswa kelas 7, 8 dan 9 yang berjumlah 209 siswa.
Baca Juga: Puluhan Siswa PDBK Insan Permata Malang Jadi Koki Rayakan Prestasi
Kepala SMPIT Insan Permata, Anang Tri Wahyudi, S.Si., Gr, menuturkan bahwa projek ini dilatarbelakangi keprihatinan akan maraknya berita perundungan di lingkungan sekolah.

Disusul dengan adanya rapor pendidikan oleh Kemdikbud yang salah satu indikatornya adalah inklusivitas keamanan sekolah terkait perundungan.
Terlebih, perundungan di tingkat sekolah dapat memengaruhi kesehatan mental korban maupun pelaku. Seperti memicu timbulnya gangguan emosi, masalah mental, gangguan tidur, penurunan prestasi, dan lain sebagainya.
“Sehingga tahun ajaran ini kami fokus, salah satunya itu (perundungan) dengan menekankan pada penguatan profil pelajar pancasila. Tujuannya, agar siswa lebih sadar bahwa perundungan itu berbahaya dan bagaimana mengatasi perundungan, bagaimana mereka bisa saling menghormati teman dan guru,” ujarnya.
Baca Juga: Yayasan Insan Permata Malang Ajak Siswa, Guru dan Orang Tua Tetap Aktif dan Kreatif Selama Ramadan

Ditambahkan Anang, projek ini juga menjadi bentuk keterlibatan sekolah sebagai sarana mencegah perundungan yang terjadi antar peserta didik.
Sebab itu, kegiatan ini dikemas dengan berbagai kegiatan yang seru dan menyenangkan yang berlangsung di dalam maupun di luar sekolah selama dua pekan.
Beberapa rangkaian kegiatan yang dilakukan antara lain, permainan edukasi, menganalisa studi kasus melalui film, serta penambahan literasi tentang perundungan oleh narasumber guna menambah pemahaman para peserta didik.
Seluruh kegiatan mengacu pada alur terpadu yakni akronim dari Telaah, Eksplorasi, Rumuskan, Presentasikan, Aplikasikan, Duniawi, dan Ukhrawi yang sudah ditetapkan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT).

“Alur ini yang kami kolaborasikan dengan alur kurikulum merdeka jadi anak menelaah masalah, observasi lingkungan, pemaparan materi dan sebagainya sehingga siswa bisa mengeksplorasi perundungan,” bebernya.
Pada tahapan eksplorasi peserta didik diajak untuk mengikuti Perkemahan di Wisata Alam Coban Rais. Sedangkan di tahap telaah, seluruh siswa bersama-sama melihat video serta mendengarkan pemaparan dari pemateri, terkait perundungan.
Nantinya, melalu berbagai alur tersebut peserta didik akan membuat video bersama dengan pendamping tentang anti bullying untuk dikampanyekan melalui media sosial.

“Agenda kemah kemarin baru kami awali lagi setelah pandemi. Dan itu dirasakan luar biasa oleh siswa mupun guru, effort-nya cukup besar tapi manfaatnya juga besar,” terangnya.
Alhasil, imbuhnya, peserta didik mampu memahami konsep perundungan, mengasah kemandirian, tanggungjawab, hingga bersosialisasi tanpa adanya ketimpangan sosial.
“Saat kemah-pun mereka juga membantu satu sama lain, membantu antar kelompok, jadi memang menjadi momen untuk menumbuhkan empati, kepedulian terhadap lingkungan, sehingga ini bisa saling dikaitkan. Kami buat dinamika-dinamika dalam pembentukan kelompok-kelompok agar mereka bisa merasakan bahwasannya mereka tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan orang lain,” sambung kepala sekolah tersebut.
Dalam perkemahan itu, SMPIT Insan Permata juga melaksanakan upacara pengibaran bendera dalam rangka HUT RI ke-78 dan pengabdian masyarakat di sekitar Coban Rais dengan berjualan sembako murah.
Dengan begitu, ke depan, pihaknya berharap projek ‘Generasi Anti Perundungan, Peduli Kesehatan Mental’ ini dapat diimplementasikan secara berkelanjutan sehingga menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dan aman bebas perundungan.
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Herlianto. A