MALANG, Tugumalang.id – Istilah ‘Mberot’ kini sedang viral di media sosial. Mberot dalam kesenian bantengan khas Jawa Timur menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen Malang akhir-akhir ini. Replika kepala banteng menjadi karakter utama dalam pertunjukan ini.
Berikut fakta unik istilah ‘Mberot’ dan kaitannya dengan kesenian bantengan.
1. Makna Kata Mberot
Mberot memiliki makna kemarahan, berontak, atau amukan yang berasal dari bahasa Jawa Timur. Dalam konteks kesenian bantengan, makna mberot mencerminkan ledakan kekuatan banteng yang marah dan berontak.
Baca Juga: Info Mberot Malang Raya, Pecinta Kesenian Bantengan Siap Ramaikan Gebyar Geden
2. Kesenian Bantengan di Malang
Kesenian bantengan yang sedang populer di Kabupaten Malang memiliki makna sejarah dan tujuan untuk melestarikan budaya leluhur.
Kesenian Bantengan dulunya merupakan seni pertunjukan rakyat yang sudah ada sejak zaman dahulu, dan diyakini kesenian bantengan sudah ada sejak kerajaan Singosari di masa Ken Arok.
Saat ini, kesenian bantengan menjadi hiburan masyarakat dalam acara besar seperti karnaval atau festival di wilayah Jawa Timur, khususnya di wilayah Malang.
Fenomena Mberot atau kesenian bantengan ini tidak hanya sekadar hiburan bagi masyarakat Malang. Kesenian bantengan juga menjadi bentuk penghormatan kepada leluhur untuk melestarikan kesenian yang kaya akan nilai sejarah. Hewan banteng juga sering diartikan sebagai simbol kemakmuran.
Kesenian bantengan menampilkan replika kepala banteng yang diperankan oleh dua orang penari, yang satu memegang replika kepala banteng di depan dan yang lainnya berperan sebagai badan banteng di belakang. Istilah “mberot” menjadi viral karena penari yang memegang replika kepala banteng terlihat seolah-olah mengamuk dan marah.
Fenomena Kesenian Bantengan juga tidak lepas dari unsur mistis dan magis. Hal ini memainkan peran penting dalam proses pertunjukan kesenian bantengan. Keberhasilan pertunjukan sering dikaitkan dengan kesurupan penari yang memegang replika banteng atau yang disebut “mberot,” yang menarik perhatian penonton.
Pemicu kesurupan diwakili dengan kehadiran karakter irengan dengan kostum serba hitam dan karakter abangan dengan kostum serba merah. Unsur mistis dan magis tetap menjadi bagian integral dari kesenian bantengan hingga saat ini.
Baca Juga: 34 Grup Meriahkan Festival Bantengan di Poncokusumo
3. Iringan Musik Bantengan
Fenomena kesenian bantengan juga terkait erat dengan musik tradisional yang menggunakan alat musik gamelan. Namun, saat ini kesenian bantengan menarik perhatian karena iringan musiknya yang dimodifikasi menggunakan lagu-lagu modern, sehingga mengikuti perkembangan zaman. Meskipun demikian, iringan musik tetap mempertahankan nuansa khas musik tradisional dengan tabuhan gamelan yang mencolok.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Penulis: Dandinakmal
editor: jatmiko