Tugumalang.id – Terus bertambahnya kasus COVID-19 di Kabupaten Malang membuat masyarakat banyak yang tak mendapat ruang di Rumah Sakit (RS). Atas permasalahan itu, seorang dokter di Karangploso Kabupaten Malang, dr Yosephine Pratiwi, menyediakan alternatif penyembuhan COVID-19 melalui terapi uap.
dr Pratiwi menyampaikan bahwa terapi uap itu telah dia lakukan sejak Desember 2020. “Kami menyediakan alternatif bagi pasien COVID-19 yang tidak mendapatkan RS. Tapi masalah sembuh tidaknya tergantung. Kalau saturasinya sekitar 81 hingga 82 itu biasanya sekitar 7 hari baru membaik,” ujarnya, pada Senin (9/8/2021).
Dalam terapi itu, dia menggunakan abroxol sebagai pereda dahak, kemudian ditambah dengan kortikosteroid sebagai obat peradangan, alergi, dan penyakit autoimun. Keduanya dilarutkan dengan natrium klorida dan sedikit minyak kayu putih.

Selanjutnya, dimasukkan dalam nebulizer atau alat bantu penguapan yang kemudian dihirupkan ke pasien. Sehingga masalah dahak pasien akan teratasi.
“Tingkat kesembuhannya sekitar 85 persen. Namun, kita harus tau saturasi oksigen pasien saat datang kesini. Kalau saturasinya sekitar 89 ke atas tingkat kesembuhannya 100 persen. Tapi kalau saturasi awalnya 80 sampai 88 tingkat kesembuhannya 75 persen. Kalau di bawah 80 saya belum bisa memastikan,” jelasnya.
Disebutkan, masyarakat banyak yang antusias untuk mendapatkan terapi itu. Dalam sehari dia bisa melayani sekitar 80 pasien COVID-19. Bahkan banyak pasien yang tak terlayani lantaran keterbatasan ruang di klinik.
Tingginya antusias masyarakat juga membuat kliniknya kewalahan hingga membeludak. Untuk itu, kini dia mulai beralih ke klinik baru yang lebih luas, sehingga masyarakat setempat tak merasa terganggu.
“Memang kesalahan saya juga di tempat yang lama itu parkirannya meluber dan pasien banyak sekali hingga gak tertampung,” ucapnya.
Dia berpesan, pasien COVID-19 tak perlu panik dengan kondisi yang ada. Disebutkan, hampir 90 persen pasien COVID-19 di Indonesia merupakan pasien tanpa gejala. “Kalau sudah diindikasi positif, pasien harus mengonsumsi vitamin yang memadai. Kalau sudah terindikasi juga harus lapor ke Satgas, gak boleh duduk isoman sendiri dan gak ada yang ngontrol,” pesannya.
Sementara itu, Edi Suprayitno (56), salah satu pasien, mengaku mulai merasa kondisinya membaik usai melakukan dua kali terapi uap. Bahkan, permasalahan pernafasannya juga mulai membaik usai menjalani terapi itu.
“Awalnya kepala saya itu sakit sekali, pernafasan terkendala, perut sakit. Saya sudah beberapa kali periksa ke dokter, tapi gak ada hasilnya. Setelah terapi di sini dua kali, perubahannya sangat drastis. Saya bisa tidur dan makan enak. Pernafasan sudah 90 persen membaik,” ucapnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Lizya Kristanti