Malang, tugumalang.id – Drh. H. Puguh Wiji Pamungkas,MM dan dr. Hj. Fitri Fajar Wati, M.Kes., tampak bersiap pagi itu, Selasa (22/8/2023). Menyambut ribuan anak-anak dari beberapa SD di Wajak dalam kegiatan gebyar minum susu. Puguh mengenakan setelan jas hitam, sedangkan Fitri berseragam jas putih.
Sebagai pendiri RSU Wajak Husada, Puguh pun memberi sambutan dan membuka acara. Usai sesi pembukaan dan sambutan, giliran dr. Fitri, selaku direktur RSU Wajak Husada ambil bagian dalam sesi edukasi. Keduanya begitu kompak.Begitu pula saat menjamu para pejabat yang juga turut hadir.
Kekompakan pasangan suami istri dokter ini selalu nampak dalam banyak kesempatan. Salah satu lainnya kala perayaan ulang tahun Nusantara Gilang Gemilang (NGG). Saat Puguh, sang suami yang juga menjabat sebagai presiden NGG,memberi pidato, dr Fitri pun ikut mendampingi. Dari sisi barat dengan podium, wajahnya berbinar. Nampak bangga kala suaminya menebar semangat pada hadirin yang datang.
BACA JUGA: Ribuan Siswa SD Ikuti Gebyar Minum Susu di RSU Wajak Husada
Sosok keduanya memang menginspirasi banyak orang. Sebagai couple preneur yang berjibaku dengan hidup hingga sukses mendirikan salah satu rumah sakit terbesar di Kabupaten Malang.
Berawal dari Kampus Udayana dan Takdir Jodoh
Puguh dan Fitri merupakan rekan satu kampus. “Saya kenal beliau pertama itu di Universitas Udayana saat sama-sama menjadi mahasiswa,” tutur Fitri dalam wawancara khusus bersama tugumalang,id.
Walau berbeda bidang kedokteran, keduanya merupakan rekan satu organisasi yang setelah saya lulus. Puguh mengambil studi kedokteran hewan sedangkan Fitriya sebagai mahasiswa kedokteran umum.
Usai menamatkan studi masing-masing, keduanya tak pernah lagi bertemu. Puguh yang telah lulus lebih dulu kemudian bekerja. Sedangkan Fitri fokus pada studinya kala itu.
Setelah sekian lama, takdir kembali mempertemukan mereka lewat seorang teman. Kala itu, Fitri yang telah lulus berencana menikah dan dikenalkan biodata seorang pria yang tak ia sangka adalah Puguh.
“Lama gak kontak dan mungkin karena sudah jodoh ya. Akhirnya kami bertemu kembali setelah sekian lama gak bertemu,” kisah Fitri diruang tamu RSU Wajak Husada.
Puguh dan Fitri Merintis Semuanya dari Nol
Usai menikah, kehidupan rumah tangga keduanya hampir sama seperti pasangan muda lainnya. Berjuang dan bekerja sama membangun ekonomi keluarga.
“Kalau perjuangan mungkin hampir sama seperti pasangan muda yang baru menikah dan mengawali segala sesuatunya dari nol,” tutur Fitri.
Kebetulan, latar belakang keluarga keduanya memang bukan dari kalangan konglomerat atau orang berada. Puguh adalah sosok anak petani di Wajak yang memiliki mimpi besar hingga akhirnya berkuliah di jurusan kedokteran hewan. Sedangkan orang tua Fitri bekerja sebagai TKI di negeri jiran, Malaysia.
“Dengan kendaraan butut warna kuning saat itu kami mengawali usaha toko obat. Kami riwa riwi. Setiap hari kami berboncengan, kulakan obat, sore kalau obatnya habis kami kulakan lagi. Itu kenangan paling indah berjuang berdua,” imbuhnya menerawang kenangan masa lalu bersama Puguh.
“Sehingga waktu itu dan hingga sekarang, untuk melakukan khitan anak yatim. Tradisi sunat bagi anak yatim dari awal beliau mengantarkan saya dari satu desa ke desa lain sampai desa yang paling pelosok” imbuhnya sambil menahan haru.
Fitri ingat, bagaimana saat itu Puguh dan dirinya yang tengah hamil tua masih menyempatkan waktu untuk pergi ke desa yang membutuhkan bantuan medis.
Namun kini keduanya tak melakukan semuanya berdua. Setelah RSU Wajak Husada berdiri, tim kesehatan dengan rutin mengadakan bakti sosial berupa pengobatan gratis, khitan anak yatim dan berbagai aktivitas lainnya di desa-desa dan berkolabari dengan banyak instansi.
Puguh di Mata Fitri, Sosok Penuh Inspirasi, Tauladan dan Pekerja Keras
Figur Puguh Wiji Pamungkas sebagai seorang suami dan ayah bagi anak-anaknya juga tak tergantikan dan menjadi panutan. Dengan kasih sayang dan rasa cinta, menurut Fitri, Puguh menjadi sosok yang penuh tauladan bagi keluarga.
“Kalau di mata saya, beliau, bagi kami di keluarga, jadi sosok yang menginpirasi. karena semangatnya daya juangnya, beliau itu selalu memberikan tauladan. jadi apa yang beliau sampaikan, nasihatkan, itu memang beliau lakukan,” jelas Fitri.
Dengan arahan dan contoh langsung dari Puguh, ia dan anak-anaknya bisa dengan mudah menerapkan arahan-arahan yang disampaikan Puguh sebagai kepala keluarga. Saat sedang berada di luar kota, Puguh senantiasa berkomunikasi dengan anak-anaknya. Apalagi dengan si bungsu. Sang anak tak bisa tidur jika belum berbincang dan berbagi kabar dengan ayahnya.
Kasih sayang dan kehangatan Puguh juga nampak saat anak-anak bersiap berangkat ke sekolah. Usai Fitri mempersiapkan bekal, Puguh mengantar anak-anak untuk berangkat ke sekolah. Ditengah-tengah perjalanan Puguh pun selalu mengajak anak-anak berdialog. Berbagi cerita keseharian mereka di sekolah.
“Jadi apapun kesibukannya, prioritas waktu untuk anak anak itu selalu menjadi nomer satu. Bahkan beliau hafal berapa nomer sepatu anaknya, riwayat kesehatannya, itu beliau catat dengan baik,” tutur Fitri.
Setelah beberapa tahun menikah, Fitri pun mengungkapkan jika tak ada yang berubah dari sosok Puguh.
“Saya pikir tidak ada prubahan ya, semua sama. begitu baik, low profile dan urusan anak anak selalu menjadi nomer satu bagi beliau,” imbuhnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Penulis: Imam A. Hanifah
editor: jatmiko