Malang, tugumalang.id -SMKN 2 Malang menjadi salah satu penerima program Nihongo Partner. Program Nihongo Partners memiliki misi mengenalkan budaya dan Bahasa Jepang kepada peserta didik di tingkat SMA dan SMK dengan didampingi pendidik Bahasa Jepang di sekolah.
Sekolah penerima program Nihongo Partners ditetapkan atas persetujuan bersama The Japan Foundation di Jakarta dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui proses seleksi terlebih dahulu.
Dengan tujuan untuk mempererat hubungan kerjasama dalam bidang pendidikan, khususnya pengembangan pengajaran Bahasa Jepang melalui pengenalan budaya Jepang, serta sarana praktik berbahasa Jepang yang dilakukan oleh penutur asli Bahasa Jepang.
Dalam kerja sama dengan The Japan Foundation. SMK Negeri 2 Malang kedatangan relawan penutur asli Bahasa Jepang. Yaitu Okamura Chinami. Relawan tersebut bertugas sebagai asisten pendidik Bahasa Jepang di SMK Negeri 2 Malang.
Baca Juga: Keren, SMKN 2 Malang Dipercaya Lakukan Screening Kesehatan pada Siswa
Lusi Asmara Ningtias selaku Guru Bahasa Jepang menjelaskan, sebelumnya ada tawaran dari program NIHONGO Partners. Kemudian pihak sekolah melamar dan lamaran diterima. Keikutsertaan SMKN 2 Malang sejak tahun 2015. Sampai dengan saat ini sudah empat kali mendapatkan orang jepang dari program NIHONGO Partners.
”Jadi kehadiran Chinami itu sangat membantu siswa untuk lebih meningkatkan minat mereka.Karena belajar Bahasa Jepang itu tidak mudah. Tapi dengan kehadiran orang jepang asli ini, siswa dapat termotivasi lebih, dan rasa keingintauan siswa bisa langsung terjawab oleh sumbernya,” kata Lusi.
Di Malang ada 2 orang relawan dari jepang untuk membantu program Nihongo Partners. Yaitu Chinami yang bertugas di SMK 2 dan SMA 3. Sedangkan seorang lagi bertugas di SMA 2 dan SMA 8.
Program ini bisa mendukung program lain dari SMK 2 yang bekerja sama dengan pihak-pihak pemagangan yang mengirimkan tenaga kerja ke Jepang.
”Kebetulan kami itu untuk tahun ini ada sekitar tiga orang yang berangkat ke Jepang tahun ini. Insya Allah, kalau enggak tahun ini berarti mungkin tahun depan karena tinggal hanya nunggu visa aja. untuk berkerja di bidang medical,” kata Lusi Asmara menambahkan.
SMK 2 sendiri sudah berkerja sama dengan sejumlah perusahaan di Jepang. Di antaranya Koba Mirai Japan, Zenken Corporation dan yang terbaru itu dengan Fuji Academy Bali. Dan sekolah ini memiliki guru bahasa Jepang, yaitu saya sendiri Lusi Asmara Ningtias dan Hafsah Indah Pratiwi.
Sekolah ini memiliki 6 program keahlian, yakni Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi, Layanan Kesehatan atau Asisten Keperawatan dan Caregiver (AKC), Pekerjaan Sosial, Usaha Layanan Pariwisata, Perhotelan serta Kuliner.
Untuk bahasa asing yang aktif disekolah ini ada Bahasa Jepang, Bahasa Mandarin, dan tambahannya Bahasa Arab.
”Ke depannya kami juga menyasar ke Bahasa Jerman. Pembelajaran bahasa asing dimulai dari kelas 11. Untuk bahasa Jepang sendiri diperuntukkan pada jururasan Pekerjaan Sosial, Usaha Layanan Pariwisata, Perhotelan dan Layanan Kesehatan atau Asisten Keperawatan dan Caregiver (AKC). Sedangkan untuk bahasa mandarin diperuntukan pada jururasan Teknik Jaringan Komputer dan Usaha Layanan Pariwisata,” jelas Lusi Asmara.
Baca Juga: SMKN 2 Malang Raih Juara 2 Lomba Tari Kreasi Tradisi di Singhasari Tour Fair 2023
Okamura Chinami sebagai asisten atau menjadi mitra partner Guru Bahasa Jepang ini berasal dari Kota Chiba, 30 menit dari Tokyo, Jepang. “ Biasanya saya di kelas memberikan contoh saat latihan pengucapan kata bahasa Jepang dan membantu latihan percakapan siswa, selain itu juga mengenalkan budaya dan makanan khas Jepang,” ujar Lusi Asmara.
Ketika ditanya apakah ada kesulitan dari para relawan saat berkomunikasi dengan siswa? “Sebenarnya tidak ada kesusahan karena sebetulnya kalau dari Chinami sendiri susahnya adalah di bahasa siswa tidak bisa bahasa Jepang dia sendiri juga tidak bisa bahasa Indonesia. Tetapi kan ada saya di tengah-tengahnya jadi dia merasa kesulitan itu sudah langsung terselesaikan jadi artinya mudah-mudahan di situ positifnya kolaborasi antara guru dan asisten berjalan dengan baik,”
Sementara itu melalui terjemahan Lusi Asmara, penulis sempat menanyakan pada Chinami, apa ada perbedaan signifikan setelah tinggal di Malang 3 bulan.
”Iya ketika saya datang kesini itu bulan Agustus di Tokyo lebih panas dari pada disini, saya merasa sejuk sekali dan dingin saat turun hujan. Makanan di sini enak-enak tapi saya tidak bisa makan, makanan pedas. Ehh disini berangkat sekolah pagi –pagi jam 7, biasaya saya di Jepang mulai dari jam 9 tapi disini jam 7, dan Salim (berjabat tangan) karena di sana tidak ada sentuhan fisik guru dengan siswa,” kata Chinami.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Penulis : Alif Puji Utomo (magang)
editor: jatmiko