Oleh: Rochim*
Diperbolehkannya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) bagi siswa dan guru dalam lembaga pendidikan, ibarat angin segar di tengah padang gersang,meskipun belum sepenuhnya seperti sediakala. Setidaknya itu sudah memberi moment kepada siswa dan guru untuk bertemu.
Hal itu yang dirasakan kawan saya, Muhamad Afifudin (32) yang mengajar di salah satu SD Negeri di Kecamatan Tuban. Di tengah perbincangan ngopi kami. Ia menceritakan, jika diperbolehkannya pembelajaran tatap muka disambut antusias luar biasa oleh siswa dan guru disekitarnya.
“Melihat wajah anak-anak di kelas nampak sekali kerinduan mereka untuk berkumpul dengan temannya dan guru-gurunya,” jelasnya.
Dengan sedikit cengegesan, Afif menuturkan dengan adanya kebijakan tersebut, orang tua pun merasakan sedikit lega dan banyak yang mengirim chat kepadanya.
“Bapak-ibu wali murid banyak yang curhat, senang anaknya bisa sekolah lagi,” tegasnya.
Meskipun saya pribadi bukan pendidik di lembaga resmi seperti dia, rerasanya saya memahami apa yang dirasakan kawan saya satu ini.
“Terus gimana mas terkait rotasi pembelajarannya?” Tanya saya dengan antusias.
Ia pun menceritakan, jika pihak sekolahnya membuat rotasi pembelajaran dengan memasukkan tidak keseluruhannya. Siswa dan semua guru sudah harus vaksin.
Sambil menyeruput kopi di depannya, ia mengurai satu kejadian yang menurutnya sangat mengharukan ketika awal siswa diperbolehkan masuk.
“Mereka selama seharian ndak berhenti ngobrol dengan temen-temennya, seperti reuninan gitu. Saya lihatnya sampek makdeg gitu. Saat diajarkan mereka kayak memperhatikan bener, pokoknya kayak gitudeh mas,” tegasnya.
Mendengar penuturannya, saya pun ikut tersentuh. Saya yang juga sebagai orang tua memiliki anak yang baru masuk sekolah turut merasa lega.
Mungkin pendidikan di mata semua orang tua sangat berharga. Sebab, yang mengantarkan putra-putrinya menuju kesuksesan ialah dengan pendidikan.
*Penulis merupakan wartawan Tugu Jatim ID