Malang, Tugumalang.id – Penelitian menarik datang dari Prof. Dr. Dra. Sri Rahayu, M.Kes yang baru dikukuhkan menjadi profesor ke-24 di Universitas Brawijaya (UB) Malang. Prof Sri Rahayu meneliti tentang potensi daun semanggi yang bermanfaat memperbaiki kualitas sperma.
Kualitas sperma rata-rata manusia hari ini memang terjadi penurunan karena radikal bebas. Prof Sri Rahayu menuturkan, radikal bebas dengan kadar tinggi berpotensi merusak membran sel sehingga menyebabkan fragmentasi DNA dan membuat sel spermatozoa mati.
Selain radikal bebas, MSG alias vetsin juga punya peranan terhadap penurunan kualitas sperma. Prof Sri Rahayu telah melakukan penelitian pada hewan yang diberi makan MSG dan daun semanggi ait. Hasilnya, ada perbedaan signifikan.
Dalam suatu kajian laboratoriumnya, ia menemukan potensi lain dari Semanggi Air sebagai Medical Plant For Improving Sperm Quality. Ternyata, daun ini memiliki banyak antioksidan yang berpotensi dapat memperbaiki kualitas sperma.
“Keunggulan tanaman semanggi air ini karena tidak ada eugenol bersifat toksik pada spermatozoa,” ungkap Prof Sri Rahayu.
BACA JUGA: Teliti Manfaat Gunung Meletus hingga Tungau, Fakultas Pertanian UB Malang Cetak 2 Profesor Baru
Penelitian ini berpotensi mematahkan anggapan masyarakat yang selama ini mempercayai kemangi untuk meningkatkan kualitas sperma. Padahal, tidak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kemangi dapat meningkatkan parameter berkaitan dengan kualitas sperma, antara lain motilitas sperma sebesar 65 persen. Namun, pada dosis 200 mg/kg BB, kemangi dapat menurunkan motilitas sperma.
Berbeda dengan tanaman semanggi air yang sering digunakan masyarakat Indonesia untuk sayuran pecel juga, ternyata memiliki potensi untuk digunakan sebagai MPISQ.
Menariknya, tanaman endemik Indonesia ini banyak sekali dijumpai tumbuh di daerah rawa. Namun, kelemahan penggunaan tanaman semanggi air ini hingga saat ini belum terdapat kajian terhadap fungsi sel Leydig sebagai penghasil utama hormon-hormon reproduksi, yang berperan di dalam libido hewan coba.
Sehingga ia berharap ada penelitian lanjutan yang menganalisis pengaruh tanaman semanggi air sebagai MPISQ terhadap kadar hormon reproduksi, analisa kualitas sperma melalui pendekatan DNA dan protein, dan fungsi sel Leydig.
Selain Prof Sri Rahayu, juga ada Prof. Dr. Eng. Fitri Utaminingrum, ST, MT yang baru saja dikukuhkan sebagai profesor di bidang Visi Komputer. Prof Fitri menciptakan teknologi kursi roda pintar multi-feature yang sangat membantu aktivitas para penyandang disabilitas fisik.
Fitri menjelaskan, alat ini merupakan inovasi dari kursi roda yang telah beredar luas di pasaran. Kursi roda pada umumnya masih memerlukan kekuatan tangan sebagai pusat kendali pergerakan. Sehingga akan menjadi tantangan bagi mereka yang memiliki disfungsi tangan.
“Kursi roda pintar ini memiliki beberapa fitur kendali yaitu manual, remote, pengenalan suara, human tracking, pergerakan kepala, dan pergerakan bola mata, “ tuturnya.
Selain itu juga dilengkapi dengan sistem pengenalan papan nama ruangan, objek halangan hingga bisa klasifikasi tipe permukaan jalan. Fitur lain yang disediakan kursi roda ini adalah fitur mengikuti gerak pemandu atau human follower.
Untuk mendukung dan meningkatkan keamanan saat dioperasikan, kursi roda ini juga dilengkapi dengan sistem keamanan berupa deteksi halangan berupa tangga turunan, tangga naik, pilar dan lain sebagainya.
Fitur ini disediakan untuk memberikan rasa aman kepenggunanya. Fitur ini memfasilitasi keamanan penggunanya saat terjadi respons dari pengguna yang lambat dalam menghindari adanya halangan, maka kursi roda dapat dihentikan secara otomatis.
Selain itu terdapat juga fitur meningkatkan kenyamanan pengguna dengan melakukan deteksi permukaan jalan baik berupa jalan lantai, aspal, berbatu, berpasir, berlubang dan lain sebagainya. Tipe permukaan jalan tersebut diintegrasikan dengan kecepatan putaran motor dari kursi roda.
Keunggulan kursi roda pintar ini punya kemampuan manuver yang baik. Fitur pada kursi roda pintar ini papar Fitri menerapkan algoritma Deep Learning untuk mendapatkan hasil akurasi maksimal dan waktu komputasi yang cepat.
“Namun memang ada kelemahannya, memerlukan jumlah data yang besar dan bervariasi untuk melatih model secara efektif. konstruksi yang masih relatif berat. Kelemahan lainnya adalah sistem vision akan terganggu kinerjanya jika kursi roda pintar ini dioperasikan pada kondisi lingkungan dengan pencahayaan yang gelap,” pungkasnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko