MALANG, tugumalang.id – Situs yang berada di kawasan Dusun Nanasan, Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang ini memiliki sumber air yang berasal dari Sungai Kemanten. Seperti halnya petirtaan lain, petirtaan Ngawonggo dipercaya sebagai tempat pemandian suci dari zaman kerajaan.
Namun tak hanya itu, kawasan yang telah diketahui oleh warga sekitar sejak 1970-an ini juga difungsikan sebagai aliran irigasi untuk lahan-lahan masyarakat sekitar, yang telah ada sejak zaman kolonial Belanda sekitar tahun 1908.

Melansir dari Mongbay sejarah dari petirtaan ini ada beberapa macam, versi pertama menyebutkan jika Mbah Surayuda atau Mbah Jalaludin yang merupakan murid Sunan Bayat dari Klaten dan diberi nama Awonggo pada tahun 1476 Masehi.
Versi kedua merupakan pendapat dari Dwi Cahyono sejarawan dan arkeolog dari Universitas Negeri Malang. Ia mengatakan jika situs ini merupakan peninggalan dari masa Mpu Sindok dari Mataram Kuno yang didasari dari Prasasti Wurandungan
Dalam Petirtaan Ngawonggo terdapat beberapa kolam dengan berbagai macam ukuran. Selain itu ada juga pancuran yang air yang melintasi relief yang sudah berusia sangat tua. Dalam dinding kolam juga bisa ditemui berbagai macam ukiran arca yang kebanyakan berbentuk tokoh dan simbol, namun sayangnya banyak yang sudah mulai aus. Karena itulah beberapa titik dipasangi tali untuk mencegah tangan-tangan nakal merusak peninggalan sejarah tersebut.
Melihat adanya potensi dari kawasan tersebut yang bisa memutarkan roda ekonomi, khususnya bagi masyarakat sekitar, melalui Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) kawasan ini mulai ditata kembali. Mulai dari dibersihkan setiap hari hingga melengkapi fasilitas yang ada di kawasan petirtaan tersebut.

Selain menyajikan adanya bukti sejarah, kawasan ini kini menyediakan tempat bersantai semacam cafe yang diberi nama Kedai Tomboan. Menyajikan berbagai macam hidangan dengan teknik tradisional adalah salah satu yang menjadi daya tarik dari kedai ini.
Baca Juga: Mecaru di Patirtaan Jolotundo sebagai Bentuk Penghormatan pada Leluhur
Dikelilingi pohon bambu yang rindang, kita akan disambut dengan gubuk ‘lawas’ yang difungsikan sebagai dapur dari Kedai Tomboan. Kesan sejuk dan nyaman semakin terasa dengan bahan kayu yang dipakai sebagai bahan kursi dan meja yang digunakan untuk menikamati beragam menu di Kedai Tomboan.
Dikelolanya kawasan ini diharapkan akan bisa membuat generasi muda lebih melek dengan sejarah yang asli Indonesia. Karena di Petirtaan Ngawonggo kita bisa belajar sejarah dan juga melepaskan beban pikiran dengan melihat kawasan yang asri dan ditemani dengan jajanan di Kedai Tomboan.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Penulis : Baharudin Yusuf Achmada (Magang)