MALANG, Tugumalang.id – Di era zaman yang terus bergerak maju, pengetahuan terus dikembangkan termasuk pengetahuan tentang pola asuh orang tua yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pada tahun 1960-an, seorang psikolog bernama Diana Baumrind mengenalkan tiga gaya utama pengasuhan anak, yang diantara yaitu authoritarian parenting, authoritative parenting, dan permissive parenting. Kemudian, ilmu parenting terus dikembangkan hingga pada 2015 istilah gentle parenting dipopulerkan oleh Sarah Ockwell-Smith
Banyak orang salah paham bahwa gentle parenting atau pola asuh yang lembut ini disamakan dengan permissive parenting. Padahal, dampak dari penerapan masing-masing pola asuh ini berbeda pada anak.
Perbedaan permissive dan gentle parenting
Istilah permissive parenting populer lebih dulu dibandingkan istilah gentle parenting, sehingga pola asuh dengan permissive sudah banyak diterapkan oleh orang tua zaman dulu, sedangkan gentle parenting masih asing di telinga sebagian orang.
Permissive parenting adalah pola asuh yang cenderung memanjakan, dan memberikan kelonggaran untuk anak. Orang tua dengan permissive parenting tidak atau jarang memiliki ekspektasi tertentu pada anak, jarang mendisiplinkan dan lebih responsif terhadap hal- hal yang dialami anak. Intinya, pelaku permissive parenting lebih mengutamakan kenyamanan anak sehingga anak sulit tumbuh mandiri, tidak disiplin dan tanggung jawab.
Sedangkan, gentle parenting adalah pola asuh yang lembut dengan menumbuhkan rasa empati, pengertian dan rasa hormat, namun dengan tetap menerapkan batasan, tanggung jawab, dan kedisiplinan. Gentle parenting cenderung memperhatikan perasaan serta memberikan pola asuh yang sesuai berdasarkan psikologi setiap usianya.
Baca Juga: Dosen UM Gelar Deteksi Dini dan Seminar Parenting di PAUD Terpadu Miracle Kids Malang
Kelemahan dan Kelebihan permissive dan gentle parenting
Di dunia ini tidak ada yang sempurna, begitu juga pola asuh permissive parenting dan gentle parenting tentu memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
– Permissive parenting
Kelebihan
1. Meningkatkan kepercayaan anak kepada orang tuanya.
Permissive parenting dengan kecenderungan responsif terhadap apa yang dialami anak akan meningkatkan rasa kepercayaan anak kepada orang tua. Sehingga hubungan emosional akan lebih dekat dan anak lebih bebas mengekspresikan dirinya tanpa takut di hukum. Sikap orang tua dengan permissive parenting ini juga akan menjadi garda terdepan jika anak terlibat konflik yang mana seharusnya konflik tersebut harus diselesaikan anaknya sendiri, seperti bertengkar dengan teman.
2. Anak tidak gampang stres
Pengasuhan yang lebih longgar dan kecenderungan memanjakan menyebabkan anak merasa santai, rileks, dan tidak akan terbebani dengan tuntutan yang sebenarnya harus ia lakukan.
Kekurangan
1. Kurangnya batasan yang jelas
Orang tua dengan pola asuh permissive parenting tidak menetapkan aturan yang jelas sehingga anak kesulitan memahami konsekuensi dari tindakan mereka. Tidak adanya batasan dan aturan, dapat menyebabkan perilaku anak yang tidak terkendali atau tidak sopan.
2. Kecenderungan menjadi manja
Anak yang dibesarkan dengan cara permisif sering kali tidak diajarkan untuk menghadapi masalah dan tanggung jawab. Anak terbiasa bahwa masalah akan diselesaikan orang tuanya. Sehingga, anak tidak merasa terbebani dan menjadi manja.
3. Ketergantungan pada orang tua
Kurangnya pembelajaran mengenai batasan dan konsekuensi, anak bisa tumbuh menjadi kurang mandiri dan terlalu bergantung pada orang tua dalam mengambil keputusan.
Gentle parenting
Kelebihan
1. Mengajarkan empati dan pengelolaan emosi
Gentle parenting menggunakan pendekatan berbasis komunikasi dengan empati, sehingga anak akan belajar memahami perasaan orang lain. Selain itu, dengan gentle parenting anak akan belajar untuk memahami emosinya, bagaimana respon yang benar apabila anak sedang sedih, marah, atau kecewa.
2. Membangun hubungan antara orang tua dan anak
Gentle parenting yang melibatkan pengertian, kasih sayang, dan rasa hormat dalam komunikasi mereka, akan menciptakan hubungan yang lebih sehat antara orang tua dan anak.
3. Membangun keterampilan sosial
Gentle parenting melibatkan komunikasi dua arah antara orang tua dan anak. Dengan hal ini orang tua akan mengetahui apa yang diinginkan dan apa yang menjadi keputusan si anak, begitupun sebaliknya. Dari sinilah anak akan terlatih dalam bernegosiasi dan bekerjasama yang mana dapat memperkuat keterampilan sosial mereka.
Kekurangan
1. Membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak
Tidak selalu anak mengerti dan paham apa yang kita ucapkan dan inginkan. Seringkali anak perlu dipahamkan beberapa kali agar teringat dan mengerti. Oleh karena itu, penerapan gentle parenting membutuhkan energi dan waktu lebih banyak. Selain itu gentle parenting juga membutuhkan kesabaran yang ekstra, khususnya apabila anak tetap melanggar dan butuh dinasehati berulang.
2. Tantangan menentukan batasan anak
Seringkali anak menolak mengikuti aturan yang diberikan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua yang menerapkan gentle parenting. Orang tua harus tetap konsisten sambil bersabar dan tidak menggunakan ancaman atau hukuman yang keras
3. Tantangan menghadapi perilaku buruk anak
Seiring bertambahnya usia anak, mungkin anak dapat berpikir ketika dia melanggar aturan orang tua mereka tidak akan menggunakan hukuman yang keras, pemikiran anak seperti ini akan beresiko pada perilaku yang lebih tidak terkendali jika orang tua tidak segera mendisiplinkannya. Meskipun dengan pola asuh yang lembut, orang tua harus tetap bijak dan tegas pada perilaku anak.
Penerapan gentle parenting dan permissive parenting
Agar lebih mantap melihat perbedaan antara permissive parenting dan gentle parenting, mari kita lihat contoh dibawah ini dan bagaimana penerapan masing-masing dari pola asuh.
– Ketika anak berantem
Ketika anak berantem di sekolah, pola asuh dengan permissive parenting cenderung untuk membela anak dan menyalahkan pihak lain, bisa sekolah ataupun anak lain. Orang tua dengan permissive parenting tidak menerima fakta jika anaknya yang pertama kali mengajak berantem. Dengan respon ini, anak merasa aman dan akan mengulangi kesalahannya.
Alih-alih melaporkan kepada pihak sekolah, gentle parenting akan mencari tahu terlebih dahulu kronologinya dan mengapresiasi apabila anak bercerita secara jujur. Kemudian orang tua akan menasehati tanpa ada sikap menghakimi anak. Dengan gentle parenting, anak akan mengerti hal-hal yang baik dan buruk serta lebih bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan
Baca Juga: Pengabdian Kepada Masyarakat, STIE Malangkucecwara Sharing Ilmu Parenting dengan Lazis Sabilillah Malang
– Ketika anak tidak mau membereskan mainannya
Terkadang, anak akan merasa capek atau malas ketika waktu membereskan mainan. Orang tua dengan pola asuh permissive cenderung memaklumi dan mengambil alih tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawab anak. Misalnya ketika anak mengatakan “aku capek,aku nggak mau beresin mainannya”, orang tua dengan permissive parenting akan memberikan respon seperti “baiklah, biarkan ibu yang bereskan ya, tapi lain kali kamu harus beresin sendiri”. Akibatnya anak akan terus menghindari tanggung jawabnya karena merasa orang tua akan membantunya.
Berbeda dengan orang tua dengan gentle parenting. Respon yang mungkin dapat diberikan orang tua yakni “ibu tau kamu capek, tapi mainan ini harus tetap dibersihkan supaya tidak rusak dan dapat dimainkan lagi. Yuk, kita bereskan bersama-sama. Kamu bisa bereskan dari boneka, ibu akan bereskan yang lain ya”. Dengan gentle parenting, anak akan memahami pentingnya tanggung jawab tanpa merasa dipaksa atau dimarahi.
Demikian penjelasan mengenai perbedaan antara permissive parenting dan gentle parenting. Tentunya, kedua pola asuh ini memberikan dampak yang berbeda pada anak. Sebagai orang tua, bijaklah dalam memilih pola asuh agar anak memiliki karakter yang kuat dan mandiri.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis : Arievka Najma Muchreyza (magang)
Redaktur: jatmiko