MALANG – Perkembangan Pondok Pesantren Sabilurrosyad, Kota Malang tak lepas dari sosok tegas dengan karunia lautan ilmu. Yakni KH. Marzuqi Mustamar, pria kelahiran Blitar, 22 September 1966 yang kini menjabat sebagai Ketua PWNU Jatim periode 2018-2023.
Sejak belia, Marzuqi telah didik di lingkungan pesantren yang disiplin ilmu agama, mandiri dan beretos kerja tinggi. Tak heran jika Marzuqi kecil sudah mengajar Al quran untuk anak anak tetangganya, tepatnya saat dia duduk di bangku SMP.
Memasuki masa kuliah, Marzuqi muda menimba ilmu di IAIN yang kini menjadi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Selain itu, dia juga nyantri ke Kyai Masduqi Machfudz di Ponpes Nurul Huda, Kota Malang.
Di usianya yang kala itu masih 19 tahun, kecerdasan dan keilmuan Marzuqi muda begitu menonjol hingga membuatnya dipercaya untuk mengajar pesantren. Tak hanya itu, adik adik juniornya juga banyak belajar soal nahwu dan sejumlah kitab kepada Marzuqi muda.
Dia kemudian mendapat kesempatan belajar di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta. Marzuqi kemudian melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Islam Lamongan dan S3 di Universitas Islam Malang.
Dalam upaya memupuk kemandirian, Marzuqi mencoba peruntungan dengan mengontrak rumah bersama istrinya di wilayah Gasek, Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Sejumlah murid yang pernah dia ajar kemudian membantunya membawakan barang barang hingga buku buku kitab saat pindah rumah itu.
Tak disangka usai kontrakan itu sudah bisa ditinggali, para murid yang pernah dia ajar itu setiap hari datang ke kontrakan untuk belajar ngaji dan kitab.
Kemudian kala itu di wilayah Gasek ada sebuah yayasan bernama Sabillurrosyad berdiri sekitar tahun 1994. Yayasan itu memiliki pondok pesantren namun tak memiliki santri. Melihat potensi besar pada diri Marzuqi, Yayasan Sabilurrosyad kemudian mengajak Marzuqi untuk menjadi pengasuh Ponpes Sabilurrosyad.
“Dulu awalnya yayasan ini gak ada santrinya. Sudah ada musola dan asrama tapi gak ada santrinya. Setelah Kyai Marzuqi menjadi pengasuh, baru akhirnya berkembang,” ujar Ust. Chamim Chabibi, Lurah Ponpes Sabilurrosyad.
Chamim mengatakan bahwa usai KH. Marzuqi Mustamar menjadi pengasuh Ponpes Sabilurrosyad, semua murid muridnya yang belajar ngaji dikontrakan sebelumnya juga ikut diboyong menjadi santrinya.
Kini Ponpes Sabilurrosyad dibawah asuhan KH. Marzuqi, sudah lebih dari 1.000 santri menimba ilmu disana. Bahkan Ponpes Sabilurrosyad juga mengembangkan sayap dengan mendirikan sekolah formal mulai SMP dan SMA.
Tak hanya itu, Sabilurrosyad kini juga memiliki 7 pondok pesantren yang tersebar di berbagai wilayah dengan berpusat di Gasek, Kota Malang. Tujuh ponpes itu diantaranya, di Gasek, Betek (Kota Malang), Dau, Ammpelgading (Kabupaten Malang), Wiyung (Surabaya), Banyuwangi hingga Magetan.
“Kami fokusnya ngaji kitab kuning sama Al quran. Kyai Marzuqi selalu menekankan santrinya untuk menjaga akidah. Belajar quran nya yang baik, benar dan sesuai tuntunan Kanjeng Nabi,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Foto: KH. Marzuqi Mustamar, Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad, Kota Malang (Ponpes Sabilurrrosyad)