MALANG, Tugumalang.id – Kain perca atau kain sisa membuat baju bisa dikreasikan kembali menjadi produk yang tak kalah cantik. Melalui kreativitas, sesuatu yang awalnya terlihat seperti tak berguna ternyata bisa memberikan manfaat yang luar biasa.
Menyulap kain perca menjadi produk-produk baru sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Eva Maria Yuli Astuti sejak tahun 2017 lalu. Di tangannya, kain perca bisa berubah menjadi sarung bantal, tas, daster, tempat tisu, dan lain sebagainya.
Selama delapan tahun terakhir ini, ia membangun bisnis yang produknya banyak memanfaatkan kain perca. Usaha tersebut ia beri nama Rumah Ceria dengan harapan produk-produknya bisa menciptakan keceriaan di rumah pelanggannya.
Baca Juga: LinkUMKM BRI Bantu UMKM Malang Selatan Jangkau Pelanggan Luar Kota
Seperti kebanyakan usaha kecil, Rumah Ceria diawali dengan niat yang sangat sederhana. Eva, yang saat itu sedang mencari cara untuk memanfaatkan sisa kain perca, mulai menciptakan berbagai kerajinan tangan.

“Awalnya bikin kerajinan seperti sarung bantal, tutup kulkas, tutup magic com, taplak meja, semua memang orientasinya dari bahan perca,” ujar Eva saat ditemui di galerinya yang berada di Desa Pakisjajar, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, beberapa waktu lalu.
Seiring berjalannya waktu, Eva mulai bereksperimen dengan produk baru. Ia mulai membuat daster malang dengan ciri khas bordir. Dari produksi daster tersebut, kain perca pun semakin menumpuk. Dari kain perca itu, Eva mengolahnya menjadi berbagai produk baru.
Baca Juga: Griya Madukara, UMKM Malang yang Mendunia dengan Ecoprint
Saat ini, Rumah Ceria sudah memberdayakan empat ibu-ibu muda untuk menjahit. Dengan cara ini, Eva tidak hanya menciptakan produk berkualitas, tetapi juga memberikan kesempatan bagi ibu rumah tangga untuk menambah penghasilan.

Eva yang juga berprofesi sebagai pengajar tersebut kini lebih banyak menghabiskan waktu untuk mendesain produk saja. Desain yang sudah rampung kemudian dikerjakan menjadi produk oleh para mitra di rumah mereka masing-masing.
“Kebanyakan di sini ibu-ibu yang dikerjakan di rumah. Jadi saya tetap memberdayakan ibu rumah tangga yang muda-muda, tapi dibawa pulang,”
Setiap produk Rumah Ceria tak hanya memikat mata, tapi juga penuh dengan sentuhan etnik yang kental. Salah satu keunikan rumah produksi ini adalah menggunakan motif batik dan aksen bordir.
“Ada yang tanpa bordir, tapi berbentuk patchwork. Ada yang menggabungkan antara bordir dan patchwork,” kata Eva.
Seperti banyak usaha lainnya, perjalanan Rumah Ceria juga sempat terhambat oleh pandemi COVID-19. Namun, Eva tidak menyerah. Ia berinovasi dengan memproduksi masker yang memiliki aksen bordir.
Rupanya, produk tersebut sangat laris. Daster malang yang ia produksi juga banyak diminati saat pandemi COVID-19 karena masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu mereka di rumah.
Rumah Ceria tidak hanya mengandalkan penjualan di galeri lokal, tetapi juga memanfaatkan platform online seperti media sosial dan e-commerce untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Meski demikian, Eva mengakui bahwa karena kesibukan lain, pemasaran melalui platform digital belum bisa maksimal.
Namun, ia memiliki harapan besar untuk mengembangkan jaringan dan membangun pemasaran ke luar kota. Saat ini, reseller Rumah Ceria sudah tersebar di beberapa kota besar, seperti Surabaya, Jakarta, dan tentunya Malang Raya.
Di saat Eva memikirkan bagaimana cara mengembangkan bisnis, ia menemukan informasi tentang program BRIncubator. Tanpa pikir panjang, ia langsung mendaftar agar bisa mendapatkan pelatihan pengembangan bisnis secara gratis.
Eva mengikuti BRIncubator yang digelar di tahun 2024. Ia berhasil masuk ke 30 besar dari seluruh UMKM di Indonesia yang mendaftar dan berhak mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan intensif selama beberapa bulan.
Ia mengaku mendapatkan banyak insight baru terkait pengembangan bisnis, khususnya di bidang pemasaran. Sebelumnya, Eva tak banyak tahu mengenai marketing online. Namun, setelah mengikuti BRIncubator, ia paham langkah apa saja yang harus ia kerjakan.
“Setelah mengikuti BRIncubator, saya menyadari ada banyak yang harus saya lakukan supaya usaha saya bisa lebih besar lagi,” kata Eva.
Salah satu langkah yang ia lakukan saat ini adalah menggunakan story telling dan story board dalam memasarkan produknya secara online. Sebelumnya, ia tak pernah terpikir untuk melakukan hal tersebut.
BRIncubator merupakan program yang dicanangkan oleh BRI untuk membantu UMKM naik kelas. Saat ini program BRIncubator 2025 tengah dibuka pendaftarannya hingga 31 Mei 2025.
Program ini bisa diikuti oleh UMKM yang masuk dalam kategori food and beverages, fashion and beauty, serta home décor and craft.
Beberapa syarat lainnya adalah usaha milik sendiri dan telah berdiri minimal enam bulan, anggota aktif Rumah BUMN BRI, aktif dalam penjualan di e-commerce, memiliki legalitas usaha NIB, merupakan nasabah BRI, serta berkomitmen mengikuti rangkaian program. Bagi UMKM yang tertarik untuk bergabung, bisa mendaftar di linkumkm.id/brincubator.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor: Herlianto. A