Tugumalang.id – Baru sepekan penggunaan gas air mata oleh polisi yang menyebabkan 131 orang meninggal dunia di Tragedi Kanjuruhan, kini peristiwa serupa juga terjadi di Liga Argentina pada Kamis (6/10/22). Namun alih-alih berlarut-larut, gubernur setempat langsung meminta kepala operasi keamanan dicopot dan segera dilakukan investigasi.
Diketahui, insiden maut itu terjadi di Stadion Juan Carmelo Zerillo, La Plata dalam laga antara Gimnasia La Plata kontra Boca Juniors.
Peristiwa itu bermula saat penggemar Gimnasia La Plata yang berada di luar stadion memaksa masuk. Sedangkan dalam stadion sudah penuh terisi penuh penonton. Polisi setempat akhirnya menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk memaksa penonton mundur.
Tak disangka justru tembakan ini juga mengarah ke dalam stadion sehingga membuat semua penonton panik. Para penonton mengalami sesak nafas.
“Putra saya yang berusia dua tahun tidak bisa bernapas,” kata pemain Gimnasia, Leonardo Morales seperti dikutip ESPN.
Penonton akhirnya mencoba merangsek dan melewati pagar pembatas hingga akhirnya membanjiri lapangan pertandingan. Mereka berusaha menyelamatkan diri dari gas air mata. “Kami merasa putus asa dan khawatir tentang semua orang di tribun,” ungkap Leonardo Morales, salah satu pentonton.
Wasit Herman Mastrangelo terpaksa menghentikan pertandingan yang baru berjalan 9 menit. Para pemain yang mencoba menutupi muka agar tak terkena gas air mata pun segera dievakuasi menuju ruang ganti karena kondisi lapangan yang makin tidak kondusif.
“Gubernur (setempat) langsung memberi respon dengan menginstruksikan Menteri Keamanan agar kepala operasi keamanan segera dicopot dan semua bukti dikirimkan pada jaksa,” jelas Sergio Berni, Menteri Keamanan Provinsi Buenos Aires Argentina pada Reuters.
Sergio Berni menjelaskan bahwa kejadian tersebut menyebabkan seorang penonton meninggal karena masalah jantung saat dievakuasi meninggalkan stadion. Atas kejadian ini, Pemerintah Argentina akan melakukan investigasi penyebab membeludaknya penonton dan penjualan tiket.
Reporter: Imam A Hambali
Editor: Herlianto. A