MALANG – Grafik kasus COVID-19 di Kota Malang belum menunjukkan penurunan yang signifikan. Namun sejumlah pasien positif, sudah banyak yang sembuh. Berbagai cara diterapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang untuk terus menekan kasus COVID-19. Salah satunya dengan menyiapkan safe house.
Dari data COVID-19 Kota Malang di laman data covid-19, hingga pukul 20.00 WIB 20 Juli 2021, konfirmasi positif mencapai 9.147 kasus, dengan jumlah pasien sembuh 6.495, dan dalam pantauan 1.947 kasus. Pasien isolasi mandiri sebanyak 389 dan pasien isolasi di rumah sakit (RS) sebanyak 342. Data akumulatif Bed Occupancy Ratio (BOR) di seluruh RS rujukan COVID-19 Kota Malang mencapai 100 persen. Begitu juga safe house di Jalan Kawi, BOR mencapai 92 persen.
Untuk mengantisipasi lonjakan pasien yang dirawat di RS, Wali Kota Malang Sutiaji menyatakan, safe house bisa menjadi alternatif penangangan awal pasien COVID-19. Safe house rencanya memanfaatkan penginapan di Kota Malang, sehingga dapat menurunkan tingkat keterisian, atau Bed Occupancy Ratio (BOR) di rumah sakit rujukan, serta fasilitas layanan kesehatan. Sutiaji menyebut ada 11 RS rujukan COVID-19 dengan kisaran 1.012 bed. Sutiaji juga sudah meminta Sekkota Malang dan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang untuk memonitor safe house.
“Safe house sementara bertumpu di Balai Diklat Pemprov Jatim di Jalan Kawi dan ditopang RS Lapangan di Jalan Ijen. Sedangkan Rusunawa UB Malang belum bisa dioperasikan karena menunggu ketersediaan sarpras penunjang yang akan disuplay Pemprov jatim,” terangnya.
Hal senada disampaikan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Malang Muhammad Nur Widianto. Saat ini pihaknya terus melakukan koordinasi dengan sejumlah penginapan, termasuk melakukan pemetaan dan mekanisme pelaksanaan, serta jumlah tenaga kesehatan yang akan ditugaskan.
“Untuk sementara saat ini masih fokus satu safe house, meskipun ada beberapa sasaran. Dari banyak penyelenggara jasa penginapan, responnya positif dan konstruktif. Namun kami juga harus berkomunikasi dengan lingkungan sekitar,” imbuhnya.
Widianto menyebut, safe house di Kota Malang akan diperuntukkan untuk pasien yang tidak memiliki gejalan, atau orang tanpa gejala (OTG). Atau mereka yang dinyatakan selesai perawatannya di RS, namun perlu perawatan untuk fase transisi sebelum pulang ke rumah.
“Pertimbagan penentuan penginapan sebagai safe house ini di antaranya fasilitas kamar yang memadai, mobilitas kendaraan, penerapan prokes, dan tidak melayani umum. Sehingga benar-benar untuk layanan safe house,” jelasnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang Alie Mulyanto menambahkan, Pemkot Malang mengambil langkah kolaborasi pentahelix untuk penyediaan safe house. Jika yang sedang sakit dirawat di RS, kata dia, maka OTG perlu dipisah, yaitu dirawat di safe house.
“Masyarakat yang sehat ini bagaimana supaya tidak sakit (tertular COVID-19), maka harus taat protokol kesehatan. Yang sakit mari doakan supaya sembuh. Nah pemerintah dalam hal ini akan terus berupaya melakukan pemetaan ini, safe house menjadi transit bagi masyarakat yang belum betul-betul pulih,” pungkasnya. (Ads)
Reporter : Feny Yusnia.
Redaktur : Sujatmiko