Sri Fadiyatul Amaliyah*
Pendidikan merupakan masalah penting dalam kehidupan seseorang. Ini adalah kunci sukses di masa depan, dan memiliki banyak peluang dalam hidup kita. Pendidikan memiliki banyak manfaat bagi manusia. Misalnya, menerangi pikiran dan pemikiran seseorang. Ini membantu siswa untuk merencanakan pekerjaan, atau mengejar pendidikan tinggi dengan lulus dari universitas.
Pendidikan penting di dalam sebuah daerah, hal tersebut akan membantu orang berpikir, merasakan, dan berperilaku dengan semestinya sebagai kontrubusi di kesuksesan mereka. Pada akhirnya akan menimbulkan kepuasan pribadi dan juga komunitas. Selain itu, pendidikan mengembangkan kepribadian, pikiran, dan keterampilan sosial manusia. Ini juga mempersiapkan orang untuk pengalaman hidup. Itu membuat orang memiliki status khusus dalam masyarakat mereka sendiri dan di mana pun mereka tinggal.
Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan ”dari buaian sampai liang lahat”. Ada berbagai manfaat memiliki pendidikan, seperti memiliki karir yang baik, memiliki status yang baik di masyarakat, dan memiliki kepercayaan diri. Pertama-tama, pendidikan membuka jalan bagi setiap orang untuk memiliki karir yang baik. Menimbulkan banyak kesempatan untuk bekerja di tempat kerja mana pun yang diinginkan. Ini meningkatkan peluang untuk pekerjaan yang lebih baik dan lebih mudah. Semakin tinggi pendidikan, semakin baik peluang hidup yang dapatkan.
Selain itu, pendidikan memoles, memperkuat pikiran, karakter dan perilaku terhadap orang lain. Pendidikan membekali setiap orang dengan informasi di berbagai bidang pada umumnya dan spesialisasi pada khususnya, terutama apa yang perlu dikuasai dalam karir pekerjaan. Oleh karena itu, tanpa pendidikan kita tidak dapat bertahan hidup dengan baik, juga tidak memiliki profesi yang layak.
Lebih jauh lagi, pendidikan memberikan setiap orang status yang baik di masyarakat. Sebagai orang yang berpendidikan, dianggap sebagai sumber pengetahuan yang berharga bagi masyarakat. Memiliki pendidikan membantu orang satu mengajari orang lain moral yang diperlukan, sopan santun dan etika yang bijaksana. Selain itu, orang yang mempunyai Pendidikan dijadikan panutan dalam masyarakat, ketika masyarakat sekitar membutuhkan pemikiran orang yang berpendidikan untuk mengetahui jalan yang benar dan yang bijaksana.
Selain itu, memiliki kepercayaan diri biasanya didasarkan pada pendidikan yang layak membuka jalan bagi setiap orang untuk sukses. Dengan demikian, kepercayaan diri membuat sadar seberapa baik dalam melakukan tugas atau berbagai tindakan. Singkatnya, berpendidikan tidak diragukan lagi menjadi percaya diri dan sukses dalam hidup.
Secara keseluruhan, pendidikan adalah proses memperoleh pengetahuan dan informasi yang mengarah ke masa depan yang sukses. Ada banyak sifat positif dari memiliki pendidikan, seperti memiliki karir yang baik, memiliki status yang baik di masyarakat dan memiliki kepercayaan diri. Pendidikan membuat sudut pandang bahwa rintangan sebagai tantangan untuk diatasi tanpa rasa takut; menghadapi hal-hal baru. Ini adalah faktor utama di balik orang-orang sukses dan keunggulan negara-negara maju. Oleh karena itu, pendidikan dianggap sebagai kesuksesan nyata di balik kesuksesan masa depan. Maka perlu untuk memupuk Pendidikan dari usia dini.
Pendidikan anak usia dini yang berisiko, dimana dianggap sebagai faktor penting dalam menentukan keberhasilan sekolah di masa depan. Tinjauan sebelumnya tentang program untuk anak-anak pada umumr 3-5 tahun, atau sebelum mereka memulai penerimaan atau taman kanak-kanak, menunjukkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah investasi yang berharga.[1]
Penelitian terbaru mengenai perkembangan otak dan kognitif dari anak-anak semakin memperkuat bukti bahwasannya Pendidikan anak usia dini mempunyai kepentingan untuk membawa anak-anak menuju awal yang lebih baik di dalam hidup. [2]
Berdasarkan sebagian dari penelitian ini, pembuat kebijakan lokal dan nasional sedang membuat program anak usia dini yang baru, dan berusaha meningkatkan kualitas yang sudah ada. Selain efek jangka pendek pada prestasi akademik, efek jangka panjang dari beberapa program termasuk penangkapan lebih sedikit, kehamilan remaja lebih sedikit, dan pekerjaan yang lebih tinggi.[3]
Evaluasi terbaru dari Sure Start telah menunjukkan temuan yang beragam. Meskipun ada dampak positif pada perkembangan sosial dan hasil kesehatan, tidak ada dampak signifikan pada perkembangan bahasa lisan, pendahulu penting untuk sukses di sekolah.[4]
Hari ini, pertanyaan penting dihadapan para peneliti dan pembuat kebijakan adalah prasekolah atau pembibitan seperti apa yang paling efektif untuk anak kecil? Program tertentu mana yang memiliki hasil positif dan elemen apa dari program ini yang berkontribusi pada efektivitasnya?
Terdapat teori yang melatar belakangi sistem Pendidikan anak usia dini, salah satunya adalah teori yang diungkapkan oleh John Locke yang menyatakan: “anak seperti kertas putih, baik buruknya anak dipengaruhi oleh lingkungan”. Namun pada teori yang dikemukakan oleh Schopenheur memberikan sanggahan sebagai berikut: “Anak sangat dipengaruhi oleh faktor pembawaan yang bersifat kodrati dan tidak dapat diubah oleh lingkungan”. Pernyataan yang dikemukan oleh kedua ahli tersebut disanggah oleh Stern, dimana menurut Stern anak dipengaruhi keduanya, baik itu lingkungan dan faktor bawaan.
Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Piaget, yang berpendapat bahwa “anak memiliki sifat aktif dan penuh rasa ingin tahu sehingga membentuk pengetahuan dan pemahaman melalui proses pengalaman beradaptasi dengan lingkungan”.[5]
Dalam Montessori mengatakan hal yang sama dimana setiap anak mempunyai kemampuan, bawaan, dan perkembangannya masing-masing sehingga dalam setiap proses perlu dipahami perhatian yang diberikan dari anak satu dan anak lainnya perlu dibedakan. Sehingga dapat disimpulkan jika anak mempunyai kemampuan dan sifat bawaan yang berbeda-beda, hal tersebut disebabkan oleh kondisi lingkungan untuk dapat memunculkannya dan untuk mengembangkan kemampuan tersebut. [6]
Pendidikan anak usia dini yang berada di Indonesia berdasarkan kebebasan telah digagas oleh Ki Hajar Dewantara dengan semboyannya “tut wuri handayani” bermakna adanya pemberian kebebasan terhadap anak-anak selama tidak menimbulkan bahaya. Selain itu, dasar dari Pendidikan usian dini menurut Ki Hajar Dewantara adalah adanya pengasuhan (asuh: memimpin, membimbing, dan mengelola), sehingga perlu adanya percontohan yang teladan, mendorong perkembangan anak dengan pemberian semangat.[7]
Seperti yang dikemukakan oleh bandura, anak akan melakukan observasi terhadap apa apa saja yang dilakukan oleh orang dewasa. Hal tersebut sesuai dengan pendapatnya jika dalam perkembangan seseorang dapat dipengaruhi oleh perilaku, orang, lingkungan atau kognisi di sekitarnya. Maka adanya contoh teladan di sekitar anak sangat diperlukan sesuai dengan semboyan Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa Sung Tulada”.
Dalam Pendidikan anak usia dini menurut Ki Hajar Dewantara seorang anak belum dapat menangkap pengetahuan hanya dengan penjelasan dari orang dewasa karena belum sempurna rasa pikirannya, namun perlu adanya perilaku percontohan yang dapat ditiru oleh anak-anak untuk mempengaruhi batinnya. Dimana batin akan mempengaruhi tingkat laku dari lahiriyahnya. Sehingga perlu adanya perantara antara pengetahuan lahir ke batin dengan menggunakan panca indera.
Proses pembelajaran yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara mengusung pendekatan budaya dari lingkungan masing-masing anak. Hal tersebut untuk mendukung penyempurnaan budi pekerti dan nasionalisme anak “Bhineka Tunggal Ika”. Dimana dengan pengetahuan anak mengenai budaya masing-masing setiap anak akan merasakan bahwa budaya mereka penting dengan segala unsur di dalamnya. Sehingga memunculkan persatuan dan kesatuan di dalam diri setiap anak sesuai dengan perkembangan zaman.
Menurut Ki Hajar Dewantara sistem Pendidikan yang berdasarkan kebudayaan dan kepercayaan atas diri sendiri akan berdampak pada pertumbuhan kekuatan diri pribadi menjadi meningkat. Salah satu kegiatan yang merupakan implementasi dari Pendidikan dengan pendekatan budaya adalah melalui permainan, nyanyian, dongeng, olaraga, sandiwara, bahasa, seni, agama dan lingkungan alam.
Konsep Pendidikan anak usia dini diterapkan pada sekolah yang didirikan Ki Hajar Dewantara. Yaitu tamansiswa. Memiliki nilai-nilai luhur yang menitikberatkan pada bagaimana masyarakat berperan langsung secara langsung dalam dunia pendidikan. Perlu memperhatikan langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi pengaruh negatif budaya asing yang menimbulkan permasalahan dalam dunia pendidikan nasional. Bekerja sama dengan tokoh Tamansiswa lainnya, Ki Hadjar Dewantara mempertahankan konsep pendidikan tinggi dengan memperkenalkan platform kearifan lokal untuk memperkuat karakter bangsa dan ajaran luhur Tamansiswa.
Sistem pendidikan bertumpu pada kebangsaan, Pancasila dan prinsip-prinsip Pancadharma Tamansiswa. Bangsa Indonesia yang cerdas, berwawasan, dan berkarakter kuat telah menjadi bagian integral dari akhlak mulia dalam suatu bangsa yang agamis (dimana warganya beriman kepada Tuhan).[8]
Ki Mangunsarkoro menyatakan, pendidikan Tamansiswa bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang mandiri, terampil, dan cerdas, serta mempunyai iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai anggota masyarakat anak-anak dapat menjadi pribadi yang sehat baik jasmani maupun rohaninya.
Bangsa Indonesia bertanggung jawab secara mandiri atas kesejahteraan bangsa, tanah air, dan manusia seutuhnya. Pandangan-pandangan Ki Hadjar Dewantara merupakan ciri-ciri pendidikan meskipun pandangan-pandangan seperti itu muncul dalam organisasi kalimat dan diksi yang berbeda, dan ciri-ciri pendidikan nasional tersebut saat ini dan secara luas diadopsi.
Di Barat, konsep pendidikan “Theory Domain” diperkenalkan Benjamin S. Bloom yang membahas tiga kategori, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Di Perguruan Tamansiswa, Ki Hadjar Dewantara menciptakan “Konsep Tringa” yang terdiri dari paham (mengetahui), ngrasa (mengerti) dan nglakoni (melakukan) dan konsep Tri sakti jiwa (Cipta, Rasa, dan Karsa) yang memiliki esensi yang sama. makna. Namun, konsep pendidikan nasional dalam suatu sistem pendidikan diintegrasikan melalui sistem antar yang mengedepankan semangat mengasah, mengayomi dan membina.[9]
Ki Hajar Dewantara memilki pemikiran bahwa proses pembelajaran perlu dijalankan secara alamiah dan bebas. Namun kebebasan tersebut meliputi pembinaan dan bimbingan pendidik bagi anak dari budaya lingkungan, nilai pribadi, nilai seni, nilai budaya, kecerdasan, keterampilan dan agama merupakan kekuatan anak untuk tumbuh kembangnya. Hal tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan panca indera dengan mengacu pada budaya sehari-hari yang melingkupi kehidupan anak, seperti lagu, permainan, dongeng, dan lingkungan alam.
Konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara menganai Pendidikan perlu diterapkan dan dikembangkan sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Para anak-anak bangsa bukan hanya diberi pengetahuan intelektual tetapi perlu juga diberi pengetahuan mengenai nasionalisme dan kebangsaan agar anak-anak mempunyai dan merasakan jiwa yang merdeka dan pada akhirnya akan menimbulkan persatuan dan kesatuan untuk mencintai tanah air.
Dampak dari hal tersebut adalah anak-anak akan mempunyai pikiran dan sikap yang mandiri untuk memajukan negaranya. Selain itu keunikan yang mucul dari pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah Pendidikan yang dipadu padankan dengan budaya sehingga panca indera anak akan terlatih dengan baik disamping pemberian pengetahuan dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya.
Sudah saatnya bangsa ini mengapresiasi dan meneruskan kembali konsep Ki Hadjar Dewantara yang bertujuan untuk memajukan harkat dan martabat bangsa tanpa membedakan agama, suku, budaya, adat istiadat, kebiasaan, status sosial ekonomi dan nilai-nilai kemerdekaan yang mendasar. Pendidikan di Barat tidak sesuai dengan proses mendidik generasi muda Indonesia dan pada dasarnya bertentangan dengan karakteristik budaya bangsa karena pendidikan Barat penuh dengan regering, tucht, order (perintah, hukuman, dan ketertiban).
Pendidikan semacam ini tentu saja memberi tekanan pada kehidupan batin anak-anak dan perjuangan pendidik untuk membebaskan jiwa mereka, dan berdampak pada karakter dan pertumbuhan anak-anak karena mereka hidup di bawah tekanan dengan tidak nyaman. Menurut Ki Hadjar Dewantara, cara mendidik yang demikian tidak akan membentuk seseorang menjadi pribadi yang diinginkan. Sebaliknya, anak akan menjadi subjek yang mereproduksi keinginan dan ‘kepribadian’ orang dewasa, baik pendidik maupun orang tuanya.
Pentingnya Pendidikan anak usia dini diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan budi pekerti, pikiran, dan jasmani dari anak-anak supaya mencapai kesempurnaan hidup dan keselarasan dunia. Pendidikan membentuk manusia yang berakhlak mulia, berakal, cerdas dan sehat.
*Mahasiswa IAI Al Qolam, Malang
Referensi
[1] Reynolds, Temple, Robertson, & Man, Long-term effects of an early childhood intervention on educational achievement and juvenile arrest: A 15-year follow-up of low-income children in public schoolsJournal of the American Medical Association, 285(18),2001) hal 2339-2346
[2] Bowman, Donovan, & Burns, Eager to learn: Educating our preschoolers. (Washington, DC: National Research Council, 2001)
[3] Gilliam & Zigler, ). A critical meta-analysis of all evaluations of state funded preschool from 1977 to 1998: Implications for policy, service delivery and program evaluations. Early Childhood Research Quarterly, 15, 2000, 441-473.
[4] Belsky & Melhuish, Impact of Sure Start Local Programmes on children and families. In J. Belsky, J. Barnes, & E. Melhuish, (Eds.). The National Evaluation of Sure Start: Does Area-Based Early Intervention Work? (pp. 133-154). Bristol, UK: The Policy Press.2007
[5] Mcdevitt, Child Development, Educating and Working with Children and Adolescents. New Jersey: Pearson Education. 2004
[6] Montessori .The Absorbent Mind. (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008)
[7] Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta: Indeks. 2009)
[8] Ki Hajar Dewantara, The Absorbent Mind. (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1977)
[9] Mangunsarkoro, Ki Sarmidi. Pendidikan Baru di Indonesia. (Yogyakarta: Anonim. 1947)
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id