Oleh: M Ariful Huda*
Sejak Maret 2020 lalu sampai sekarang istilah ‘pandemi’ menjadi familiar. Mulai kalangan anak-anak, remaja, dewasa sampai orangtua termasuk laki-laki dan perempuan, bukan hanya mengenal tapi juga merasakannya baik langsung maupun tidak langsung. Begitu pula, istilah ‘silaturahim’ juga menjadi hal penting di masa kini. Kedua istilah itu memiliki korelasi yang sangat erat dan penting sekali.
Selama pandemi Covid-19 ini terasa sekali manfaat dari rajinnya melaksanakan silaturahim tanpa pamrih. Meniatkan aktivitas mulia itu sebagai ibadah. Kini masa “memanennya” bagi mereka yang secara konsisten melakukannya sejak lama.
Saat banyak orang merasa kesulitan termasuk dalam menjalani hidupnya, mereka yang senang silaturahim tanpa pamrih mengalami kondisi sebaliknya. Banyak mendapatkan berbagai kemudahan.
Ketika membutuhkan pertolongan baik buat dirinya, keluarga, maupun orang lain, banyak yang dengan sukarela membantu. Jangan pernah iri pada mereka. Terbaik mencontoh kebiasaan positif tersebut.
Berbagai kemudahan itu adalah “buah’ dari silaturahim tanpa pamrih yang mereka lakukan. Ini juga sesuai dengan janji TUHAN: mereka yang rajin silaturahim dilapangkan rezekinya dan memperpanjang umur.
Konsisten Silaturahim Tanpa Pamrih
Pakar Komunikasi dan Motivator handal Dr Aqua Dwipayana, di setiap pertemuan baik formal maupun informal selalu –dan selalu- mengkampanyekan pentingnya melakukan silaturahim tanpa pamrih. Tujuannya –menurut hemat saya- adalah membangun sinergi untuk menguatkan energi positif dalam diri agar tetap bertahan di tengah persoalan yang dihadapi termasuk saat ini.
Tidak hanya rajin kampanye silaturahim. Namun selama puluhan tahun sampai sekarang beliau tetap konsisten melakukan silaturahim tanpa pamrih. Aktivitas mulia itu sudah mendarah daging dan menjadi kebutuhan utamanya dalam sehari-hari.
Saya terinspirasi dengan kampanye yang konsisten dilakukan Abang Aqua Dwipayana, mantan wartawan di banyak media besar yang memiliki beragam pengalaman hidup. Setiap kali bertemu, secara tersirat maupun tersurat, beliau selalu menyampaikan pesan untuk memperkokoh silaturahmi dengan siapapun dan dimanapun. Minimal menebar senyum sebagai magnet kesetiakawanan.
Dengan memperbanyak silaturahim tanpa pamrih, kita merasa tidak sendiri. Tapi banyak di luar sana orang yang masih menebarkan benih rasa kasih, rasa cinta, rasa sayang yang sangat luar biasa. Meski hanya sekedar menyapa, ‘hey, apa kabar, selamat pagi, selamat siang, selamat malam’ namun ini semua sangat berarti. Kita pun merasa masih ada orang yang peduli.
Kita tidak tahu ‘sapaan sederhana’ dapat mengisi kekosongan diri dari teman, kerabat atau orang lain yang selama ini hanya sekedar kita kenal. ‘Sapaan sederhana’ mungkin bagi orang lain sangat berharga.
Dilandasi Hati Bersih
Silaturahim tidak membutuhkan banyak energi, tapi hanya sebuah niat yang kuat dilandasi hati yang bersih untuk menggerakkan raga dan jiwa kita untuk saling menyapa. Meski ‘sapaan sederhana’ dan sekadarnya, tapi hal ini sangat berarti. Terlebih di masa pandemi.
Patut kita bersyukur, kemajuan teknologi telah memudahkan untuk menjaga silaturahim. Mulai pagi, siang, sore, malam dan pagi lagi. Kita cukup menggerakkan jari di depan gadget dengan pengendali pikiran dan hati.
Pandemi Covid-19 telah memberikan pelajaran hidup yang berarti. Begitu pentingnya orang lain untuk diri kita. Dan mungkin, keberadaan kita juga dibutuhkan atau bahkan sangat berarti untuk orang lain.
Hubungan timbal balik inilah yang membuat kita sama-sama memiliki arti dan bermakna untuk orang dan lingkungan di sekitar kita. Menguatkan silaturahim telah menguatkan diri di tengah pandemi.
Yang perlu diyakini, yang terjadi saat ini adalah kenyataan yang terbaik yang harus dihadapi, bukan untuk dihindari apalagi diratapi. Terus berikhtiar menjaga diri dan bergerak mewujudkan sebuah mimpi. Selanjutnya, yang tak kalah pentingnya secara total berserah diri pada TUHAn Yang Maha Kuasa.
Tahun 2020 dan 2021 ini, diksi ‘pandemi’ dan diksi ‘silaturahim’ tak hanya menjadi goresan alfabet dalam kamus. Tapi, telah jadi bagian dari kehidupan manusia di bumi. Ini mungkin menjadikan titik tolak untuk bersama membangun kesadaran pentingnya saling menyayangi dan mengasihi seisi bumi.
Untuk itu konsistenlah menjaga, memelihara, mengembangkan, dan meningkatkan silaturahim tanpa pamrih. Banyak manfaatnya tidak hanya buat diri sendiri tetapi yang utama pasti dirasakan banyak orang yang diajak berkomunikasi.(*)
*Penulis adalah wartawan Madya di Malang, Jawa Timur.