Tugumalang.id – Papan berisi protes kepada pabrik rokok yang diduga menimbulkan polusi udara, bau tak sedap, dan suara bising, terpasang di rumah-rumah warga RT 2 RW 4, Dusun Sawun, Desa Jedong, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.
Salah satu bunyi protes yang dipasang warga di rumahnya adalah “Dampak pabrik, bau menyengat, merusak tenggorokan dan paru-paru. Urip mengkis-mengkis, lur! (Hidup ngos-ngosan, saudara!)”
Warga setempat, Priyatno (54) mengatakan ketidaknyamanan ini telah dirasakan warga selama satu setengah tahun.
“Lama kelamaan kami tidak tahan. Saya sendiri ada rencana mau pindah rumah,” kata Priyatno, pada Selasa (21/6/2022).
Sejauh ini sudah ada upaya mediasi dengan pihak pabrik dibantu oleh camat dan kepala desa. Namun hingga kini, tidak ada tindak lanjut.
Menurut Priyatno, pabrik itu sudah cukup lama berdiri. Dulunya tidak ada bau menyengat yang keluar dari pabrik dan tidak ada suara bising, sehingga warga tidak terganggu. Tetapi setelah ganti kepemilikan, mulai muncul bau dan suara mesin yang keras.
“Sebelum diprotes, dia malah beroperasi sampai jam 12 malam dan limbahnya dibuang ke sungai,” bebernya.
Saat ini, pabrik beroperasi hingga sekitar pukul 19.00 WIB, namun bau masih terus menguar hingga 24 jam.
Bahkan di hari Minggu saat pabrik libur, bau menyengat masih muncul. “Silakan kalau mau membuktikan, datang ke sini di hari Minggu,” kata Prayitno.
Akibat bau ini, sekitar 60 warga di sekitar pabrik tersebut sering batuk-batuk, sakit tenggorokan, hingga sakit kepala. Karena dirasa sudah melebihi batas, warga memutuskan untuk melakukan protes.
“Kami di sini demonya juga nggak demo anarkis. Demonya santun. Masyarakatnya sebenarnya toleran. Tapi kalau lama-lama seperti ini apakah kuat?” kata Priyatno.
Kepala Desa Jedong, Tekat Wahyudi mengatakan bahwa pihaknya akan terus berusaha mencarikan solusi terbaik bagi permasalahan ini.
Ia juga telah melakukan mediasi dan mempertemukan perwakilan warga dan pihak pabrik pada Selasa (15/6/2022) lalu.
“Mediasi ini dilakukan agar mereka saling berdialog. Saya selaku kepala desa menghargai warga dan menghargai pihak pabrik. Silakan bermusyawarah. Yang satu untung tapi tidak merugikan orang lain,” katanya.
Dikarenakan mediasi tersebut belum membuahkan hasil, Tekat akan terus mengadakan dialog hingga tercapai kesepakatan.
“Ini demi ketenangan warga. Warga hidup tenang dan nyaman, pabrik juga tenang dan aman dalam beraktivitas,” pungkasnya.
Reporter: Aisyah Nawangsari
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id