MALANG, Tugumalang.id – Berjualan makanan hingga puluhan tahun merupakan capaian yang perlu diapresiasi. Selama lebih dari 60 tahun, Satuni (85) telah berjualan nasi bhuk di sudut salah satu gang yang ada di Jalan Kyai Tamin, Kota Malang.
Ada alasan kuliner ini terus laris selama puluhan tahun. Selain rasanya enak, harganya juga terjangkau. Lauk yang ditawarkan pun beragam, mulai dari ayam goreng, empal, hingga jeroan.
Setiap porsi dengan lauk ayam atau empal dibanderol dengan harga Rp20 ribu. Harga ini tergolong murah jika dibandingkan dengan harga nasi buk di tempat lain.
Baca Juga: Rekomendasi 3 Kuliner Kaki Lima di Kota Malang, Rasanya Maknyus Bikin Ketagihan!
Apabila pelanggan memesan satu porsi nasi buk dengan lauk jeroan, maka harga yang ditetapkan adalah Rp30 ribu. Sementara jika memesan dua lauk, maka harga per porsi menjadi Rp40 ribu.

Satu porsi nasi buk terdiri dari nasi putih atau nasi jagung, sayur lodeh nangka muda, serundeng, dendeng kelapa, lauk yang dipilih oleh pelanggan, dan sambal. Pelanggan juga bisa menambah tempe atau perkedel jika merasa lauknya dirasa kurang.
Tuni memiliki resep rahasia yang membuat lauk jeroannya tidak bau. Rasanya pun gurih dengan bumbu yang meresap sempurna. Sementara sayurnya sedikit manis dan sambalnya pun tak terlalu pedas.
Baca Juga: Menikmati Nasi Jagung Bu Sumiati sebagai Salah Satu Kuliner di Pasar Oro-Oro Dowo Malang, Buka Sejak 1987
Biasanya nasi buk memiliki rasa yang tajam dan pedas. Namun, masakan Bu Tuni ini masih cocok bagi yang tak menyukai makanan dengan rasa tajam.
Kepada Tugu Malang ID, Tuni mengatakan resep sayur dan lauk yang dijual merupakan resepnya sendiri. Sejak dulu ia selalu menjaga agar cita rasa makanannya tetap terjaga.
“Resep kulo piyambak (resep saya sendiri),” kata Tuni.
Sejak awal berjualan, Tuni telah menempati sudut gang yang letaknya tak jauh dari pertigaan lonceng. Namun, ia tak ingat sejak tahun berapa tepatnya ia mulai berjualan.
“Sampun dangu (sudah lama). Kulo mboten sekolah (saya dulu tidak sekolah),” ujar perempuan asli Kota Malang ini.
Salah seorang pelangga, Desy Ari Sandi mengatakan dirinya cocok dengan Nasi Buk Bu Tuni karena jeroannya yang tidak bau sama sekali. Di tempat lain, menurutnya, masih ada bau khas jeroan meski hanya sedikit.
“Kalau di sini jeroannya nggak bau sama sekali. Lodehnya juga enak,” kata Desy.
Nasi Buk Bu Tuni buka setiap hari pada pukul 06.00. Begitu buka, pelanggan langsung berdatangan agar tak kehabisan lauk yang mereka inginkan. Biasanya pada pukul 10.00, semua pilihan lauk sudah habis.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor: Herlianto. A