Abdul Adzim Irsad*
Imam Abu Bakar Al-Suyuthi ketika menerangkan QS Albaqarah (2): 222) yang artinya “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. Imam Al-Suyuhti berkata “ketika manusia sudah bertaubat, berarti dia sudah menjadi kekasih Allah SWT, sehingga tidak mungkin Allah SWT menyiksa kekasih-Nya”. Para kekasih Allah SWT adalah orang yang benar-benar mengharap rahmat-Nya yang begitu luas nan tidak terbatas.
Rasulullah SAW pernah ditanya tanda-tanda orang bertaubat itu apa? Rasulullah SAW menjawab “menyesal”. Sahabat Anas ibn Malik meriwayatkan sebuah hadis, bahwasannya Rasulullah SAW berkata “orang yang taubat dari dosa-dosa, dia seperti orang yang tidak punya dosa”. Jangan pernah menunda taubat dan ber-istigfar kepada Allah SWT, karena setiap malam Allah menanti taubat hamba-Nya.
Semua orang yang pernah melakukan kesalahan, pasti akan dimanfaakan, dan diampuni, kecuali orang yang “mujahirin”. Ada yang bertanya “siapa itu Mujahirin? Mujahirin adalah orang-orang yang menampakkan dosanya ke ruang publik.
Sebisa mungkin, orang yang pernah melakukan dosa, menutupi rapat-rapat, jangan sampai diceritakan kepada orang lain dalam kondisi apa-pun. Biarkan dosa-dosa itu menjadi rahasia pendosa dan Allah SWT. Manusia harus Haqqul Yakin, bahwa Allah SWT maha pengampun dan pemaaf. Ketika sudah bertaubat, dan menyesali atas dosa-dosa, maka jangan pernah mengatakan kepada siapa-pun dengan berkata “saya sekarang sudah bertuabat, dulu saya pernah melakukan minuman-minuman keras, mencuri dan sebagaianya”. Kalimat ini bisa di artikan dengan “Mujahirin”, karena akan meng-inspirasi kepada orang lain melakukan dosa.
Allah SWT maha pengampun dan pemaaf, sebanyak apa-pun dosa-dosa manusia akan diampuni, Allah SWT tidak perduli berapa banyaknya dosa manusia. Allah SWT hanya menunggu hamba-Nya bertaubat dan menyesali atas kelasalan-kesalahannya. Iman Nawawi di dalam kitab Al-Arbain Al-Nawawi mengutip salah satu hadis Qudsi Rasulullah SAW, bahwasannya Allah SWT berfirman “Hai Anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai ketinggian langit, kemudian kalian memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni semua dosa yang telah kalian lakukan tanpa Kupedulikan. Hai Anak Adam, seandainya kalian datang kepada-Ku dengan membawa dosa-dosa sepenuh bumi, kemudian kalian datang kepada-Ku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun, niscaya Aku akan datang dengan membawa ampunan sepenuh bumi.” (HR. At-Tirmidzi).
Allah SWT terus menanti dan menunggu hamba-Nya yang mau kembali kepada-Nya. Mencuri, berzina, adalah dosa besar, namun yang lebih besar bagi Allah adalah “tidak yakin jika Allah SWT maha pengampun”. Karena itulah, putus asa terhadap rahmat dan ampunan Allah menjadi dosa paling besar jauh lebih besar. Karena telah meniadakan sifat Allah SWT “Al-Ghaffar, Al-Tawaab, Al-Affuwu”.
Jika manusia yakin bahwa dosa-dosa yang pernah dikerjakan sangat besar, yakinlah bahwa Allah SWT maha besar, pengampun dan pemaaf. Tidak ada kata terlambat bertaubat kepada Allah SWT.
Bulan Puasa Bulan Taubat
Puasa, Qiyam Ramadhan, sedekah, membaca Alquran menjadi pelebur dosa-dosa masa lalu. Nilai ibadah di bulan suci Ramadhan dilipatgandakan. Khusus puasa, Allah SWT sendiri yang mebalasnya. Setiap malam, Allah SWT meminta kepada hamba-Nya “adakah orang yang meminta ampunan, maka akan aku ampuni”. Allah SWT hanya meminta manusia itu kembali bertaubat kepada Allah SWT. Tidak satu-pun dosa, kecuali Allah ampuni.
Imam Nawawi Al-Banati dalam kitab Taqihu Alqaul Al-Hasis mengutip salah satu hadis Rasulullah SAW yang isinya “Sesungguhnya barang siapa membaca kalimat Tauhid (La Ilahi Illa Allah) dan memanjangkannya, maka baginya akan dihapus empat ribu macam dosa besar”. Pada saat itu para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, lalu bagaimana apabila satupun dia tidak memiliki dosa besar? Rasulullah menjawab, Maka yang dihapuskan empat ribu macam dosa besar adalah keluarga dan para tetangganya”.
Ketika bulan Ramadhan, umat islam telah membaca beragam dzikir, mulai tahlil, tasbih, tahmid, takbir, istigfar, serta membaca shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, dengan niatan semata ibadah kepada Allah SWT. Dzikir yang dikerjakan baik bersifat sendiri, atau bersifat colektif, semua diniatkan karena perintah Allah SWT, bukan karena mendapatkan imbalan apa-pun. Ketika semua diniatkan karena melaksanakan perintah dan cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW, secara otomatis akan meraih rahmat Allah SWT yang begitu luas.
Bulan Ramadhan adalah moment paling mudah menjadi kekasih Allah SWT. Pastikan setiap hari beribadah Allah SWT, pastikan setiap hari bertarung melawan nafsunya sendiri, sehingga semua anggota tubuh manusia tidak bermanksiat. Menahan lapar dan dahaga sangat mudah, namun menahan lisan dan tangan dari maksiat, hoax, dan nyinyir sangatlah sulit. Jangan bangga dengan ibadah Ramadhan, sementara tangan dan lisan tidak pernah berghenti melakukan hoax dan nyiyir kepada sesama umat Rasulullah SAW.
Jika belum bisa menutupi aib sesama, maka diam itu jauh lebih baik. Ketika belum bisa berbagi kepada sesama, minimal tidak meminta-minta. Jadikan Ramadhan itu meniti jalan menuju kekasih Allah SWT. Pastikan tujuan ibadah itu bukan semata mendapatkan balasan surga atau neraka, tetapi pastikan ibadah itu karena taat dan cinta kepada perintah Allah SWT. Ibadah atas dasar cinta, sangat nikmat dan lezat, walaupun Lelah tetap terasa nyaman. Karena semua berlandaskan cinta.
Malang, 26/04/2021 M
*Dosen Universitas Negeri Malang (UM)