Tugumalang.id – Masjid Al Mukhlisin yang berlokasi di Jalan Lahor, Dusun Macari merupakan masjid tertua di Kota Batu, Jawa Timur. Konon, masjid ini dibangun di masa Perang Diponegoro pada 1831 masehi. Artinya, pada 2023 ini usianya genap 192 tahun.
Banyak yang meyakini bahwa Dusun Macari menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam pertama di Kota Batu. Masjid Al-Mukhlisin menjadi salah satu jejak peninggalan peradaban Islam di sana yang masih ada hingga kini.
Namun, jika melihat penampakannya kini memang tampak seperti masjid pada umumnya. Dulunya, masjid ini masih berbentuk joglo sebagaimana rupa masjid-masjid yang ada di Demak.

Masjid ini menurut keterangan Ketua Takmir Masjid Al-Mukhlisin, Choirul Anam, telah mengalami renovasi sebanyak empat kali. Diketahui, renovasi kali pertama dilakukan pada 1950, lalu 1975, 1996 hingga terakhir pada 2014 dan bertahan sampai sekarang.
Menurut Choirul, renovasi total dilakukan pada tahap ketiga (1996). Meski begitu, masih tetap ada yang dipertahankan. Seperti bangunan pilar hingga cekungan mihrab kuno (ruangan imam, red). Meski takmir masjid telah membuat mihrab baru yang lebih luas.
Choirul menuturkan sejumlah kisah menarik pada saat renovasi tahun 1996 itu. Di mana saat warga memotong salah satu kayu jati yang digunakan sebagai pilar bangunan, terdapat seikat batang lidi ditanam di dalamnya.

Tidak ada yang tahu maksud dan tujuan batang lidi itu ditanam. Namun warga percaya penanaman batang lidi itu memiliki makna filosofis dan spiritual tersendiri.
”Meski begitu, kami sepakat tiang penyangga dari kayu jati semula itu diganti dengan pilar cor. Namun batang lidi itu kami kembalikan, ditanam lagi,” kisah Choirul pada Tugumalang.id ditemui, Minggu (9/4/2023).
Selain itu, jejak masa lampau yang bisa dijumpai di Masjid Al-Mukhkisin adalah roda tank. Peninggalan roda tank ini juga tak lepas dari sejarah panjang penjajahan Belanda yang juga merambah di Kota Batu.
Di Dusun Macari inilah, diyakini menjadi salah satu basis komando pasukan santri saat Agresi Militer ke-2. Pasalnya, Pangeran Diponegoro telah mengutus para muridnya untuk menyebar ke seluruh penjuru Jawa untuk menyebarkan agama Islam.

Dibangun oleh KH Zakaria, Murid Pangeran Diponegoro
Ketua Takmir Masjid Al Mukhlisin, Choirul Anam mengisahkan, masjid ini ini dibangun oleh Mbah Matsari, salah satu tokoh bedah kerawang di Dusun Macari. Selain masjid, dia juga mendirikan sebuah pondok pesantren untuk pendidikan agama.
Seiring waktu, Mbah Matsari lebih dikenal dengan nama KH Zakaria. Sebelumnya, KH Zakaria ternyata adalah pejuang kemerdekaan, murid dari Pangeran Diponegoro.
Konon, Pangeran Diponegoro mengutus muridnya untuk menyebar ke seluruh penjuru Jawa. Titah itu ditujukan untuk syiar dakwah. Dusun Macari di Kota Batu menjadi daerah yang dipilih KH Zakaria untuk membangun masjid dan pesantren.
Lokasi yang dipilih KH Zakaria strategis, terletak tak jauh dari kolam kuno yang kini dikenal dengan nama Blumbang Macari. Disinilah, para murid KH Zakaria mensucikan diri sebelum beribadah. Hingga kini, kolam alami yang terbentuk dari sumber air ini masih terjaga kelestarian ekologisnya.
Dulu, selain berdakwah, sehari-hari KH Zakaria juga dikenal sebagai petani kopi. Kebunnya sangat luas meliputi wilayah Lesti, Klebengan, Alun-Alun Kota Batu hingga Kelurahan Ngaglik (Museum Angkut). Termasuk di wilayah Dusun Macari.
Selama berdakwah, KH Zakaria membangun pondok pesantren, dimana memang sebelumnya mayoritas warga disana memeluk Hindu. Hal ini dibuktikan dari penemuan Patung Bramancari, tak jauh dari lokasi masjid.
Demikian kisah dari sebuah masjid tertua di Kota Batu. Adapun, masjid tertua kedua yakni Masjid An-Nuur yang berlokasi di dekat Alun-Alun Kota Batu. Informasi dihimpun, pendirinya juga merupakan anak dari KH Zakaria.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A