Tugumalang.id – Suasana riang menyelimuti Sekolah Dasar Negeri Sengguruh, Kepanjen, Malang. Selama dua pekan ini hingga 19 September 2023, para siswa dan guru SDN Sengguruh disibukkan dengan kegiatan memproduksi batik buatan mereka sendiri.
Didampingi para guru, siswa dan siswi ikut terlibat dalam proses membatik yang nanti akan dijadikan seragam. Mulai mengikat kain, pewarnaan dengan mencelup kain hingga pelorotan (finishing). Motif batiknya sendiri merupakan kombinasi ‘Garudeya’, ikon baru Kabupaten Malang dan juga ikon batik khas Desa Sengguruh sendiri.
Baca Juga: Inilah 25 SMA Terbaik di Malang Raya Berdasarkan Nilai UTBK 2022, Sekolahmu Nomer Berapa?
Batik ini dibuat dengan teknik Shibori. Batik Shibori adalah salah satu jenis batik khas Indonesia yang paling banyak digemari. Shibori merupakan istilah teknik pewarnaan kain dengan cara ikatan dan celupan. Teknik ini cukup populer di Jepang dan Indonesia.

Nantinya, batik buatan para siswa ini akan dijadikan seragam sekolah mereka. Dengan begitu, SDN Sengguruh akan menjadi sekolah pertama yang membuat ikon Garudeya dan juga ikon Batik Seng khas Sengguruh menjadi seragam sekolah.
Menariknya lagi, warna dari batik ini dibuat dari pewarna alami yang dibuat dari tumbuhan yang ada di sekitar sekolah. Seperti serabut kepala muda hingga daun mangga. Artinya, siswa juga dikenalkan untuk memaksimalkan semua potensi desa.
Baca Juga: Berhasil, Upaya Sutiaji Entaskan Angka Putus Sekolah di Kota Malang, Berikut Data dan Faktanya!
Kepala SDN Sengguruh Ursula Lita Justina menjelaskan, kegiatan membatik ini dilakukan dalam rangka implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Tujuannya membangun karakter kemandirian siswa (entrepreneurship). Lita tidak ingin anak didiknya terjebak dalam arus konsumerisme.

“Dari kegiatan ini diharapkan dapat mengenalkan lingkungan yang produktif bagi siswa. Jadi, siswa ini tidak sekedar mengonsumsi saja,” jelas Lita pada tugumalang.id, Jumat (15/9/2023).
Selain itu, sambung Lita, siswa juga dapat mengenal semua potensi seni dan budaya desa. Seperti batik khas Sengguruh, topeng malangan dan lainnya. Dari situ diharapkan tumbuh kecintaan siswa terhadap kearifan lokal desanya sehingga kebudayaan itu tetap akan lestari di masa depan.
Tak hanya berhenti sebagai kegiatan P5 saja, Lita menerangkan kedepannnya. program ini akan dikembangkan lagi. Lita berharap SDN Sengguruh juga dapat menjadi salah satu sentra batik khas Sengguruh yang dibuat dari tangan para anak-anak sekolah.
“Insya Allah dalam waktu dekat sudah terealisasi. Nanti SDN Sengguruh akan menjadi sentra kelima yang ada di desa ini. Tapi kedepannya, batik kita akan memakai teknik canting, bukan shibori lagi,” pungkasnya.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A