MALANG, Tugumalang.id – Mahasiswa Magister Fakultas Peternakan Unisma (Universitas Islam Malang ), Muhammad Nuruddin melakukan pendampingan kepada para petani kopi dampit.
Melalui program kandidat mahasiswa mengabdi (KSM) Unisma, pendampingan itu ia beri judul Pemberdayaan Petani Dampit Melalui Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik dari Limbah Ternak dan Tanaman Kopi di Lahan Perkebunan Kopi.
Dengan menyasar Kelompok Tani Tunas Baru di Dusun Purwosari, Desa Srimulyo, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pendampingan dilaksanakan selama bulan Oktober – Desember 2023.
Baca Juga: PT Bursa Efek Indonesia Kanwil Jatim Siap Dukung FEB Unisma Implementasikan Entrepeneur University
Nuruddin menyampaikan, pendampingan ini diltarbelakangi minimnya ketersediaan pupuk organik, khususnya di wilayah tersebut. Kalaupun ada, harganya melambung tinggi dan meresahkan petani.
“Permasalahan yang dihadapi oleh petani kopi adalah dalam mencukupi ketersediaan sarana produksi, salah satunya adalah ketersedian pupuk organik padat,” kata dia.
Selain itu, praktik budidaya pertanian dewasa ini juga semakin didominasi oleh pupuk-pupuk kimia dan penggunaan pestisida kimia secara berlebihan yang tentu akan mengakibatkan terjadinya degradasi lahan pertanian.
Padahal, degradasi lahan pertanian dalam jangka waktu tertentu akan menimbulkan dampak pada ketahanan lingkungan setempat. Seperti tergangggunya ekosistem rantai makanan alam dan berkurangnya unsur hara tanah.
Baca Juga: Diundang Secara Khusus, Unisma Malang MoU Dengan Sejumlah Perguruan Tinggi Rusia
Dikatakan Nuruddin, pupuk organik yang selama ini diproduksi kelompok tani tersebut masih dalam skala sangat kecil dan belum mampu mencukupi kebutuhan pupuk para petani anggota.
Padahal, kecamatan Dampit memiliki peluang kemandirian dalam produksi pupuk organik untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik dilahan produksi.
Banyaknya limbah dedaunan dan kulit kopi sebagai tambahan bahan baku pakan sapi di sekitar wilayah Kelompok Tani Tunas Baru menjadi potensi yang bagus untuk digalakkan dalam membut pupuk organik dengan kualitas yang maksimal.
“Solusi untuk memenuhi kebutuhan pupuk organiik padat adalah kelompok tani harus membuat sendiri pupuk organik padat yang memenuhi standar yang dipersyaratkan oleh regulasi yang ada,” jelasnya.
Untuk membantu mengatasi persoalan tersebut, Nuruddin menginisiasi pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik bersama Poktan Tunas Baru. Unit ini dikelola bersama dengan penanggung jawab manajemen oleh Heryanto; sekretaris bernama Sutriono; dan operator oleh Wagimin dan Narno.
Tujuannya, untuk menekan biaya pengadaan pupuk dan resiko-resiko dari penggunaan pupuk kimia terhadap lahan pertanian.
Kemudian, menambah lapangan pekerjaan baru bagi anggota poktan Tunas Baru sebagai pengelola Unit Pengolah Pupuk Organik, mendukung tercapainya hasil produksi pertanian kopi secara maksimal. Serta meningkatkan kesejahteraan anggota Poktan Tunas Baru karena peningkatan produksi usaha pertaniannya.
Adapun, lahan pengelolaan dari Poktan Tunas Baru melingkupi sekitar 56 hektar dengan potensi produksi kopi basah (ose) 24,7 Ton per tahun.
Luas lahan pengelolaan tersebut dikelola oleh 29 orang petani yang tergabung didalam Poktan Tunas Baru. Keseluruhan lahan yang dikelola oleh Poktan Tunas Baru ini ditanami kopi jenis java robusta dan diselingi dengan tanaman seperti pisang, rumput gajah, cengkeh, dan tanaman jenis buah lainnya.
Selain bercocok tanam, Poktan Tunas Baru juga melakukan pemeliharaan dan pembudidayaan ternak kambing dimana rata-rata kepemilikan 5-7 ekor kambing local per rumah tangga dan memiliki ternak Sapi Betina yang dikelola secara berkelompok berjumlah 6 ekor.
Kegiatan utama selain budidaya tanaman kopi, pisang dan cengkeh dan buah buahan lainya, juga melakukan pembuatan pupuk menggunakan dari bahan baku kotoran kambing dengan kapasitas skala kecil ditingkat kelompok.
Dengan begitu, pemberdayaan petani melalui pengembangan unit pengolahan pupuk organik ini diharapkan mampu mendorong produksi pupuk organik padat untuk seluruh anggota kelompok dan petani non anggota, sehingga kelompok tani menjadi mandiri dalam menuhi kebutuhan pupuk.
Baca Juga Berita tugumalang.id di Google News
Reporter : Feni Yusnia
Editor: Herlianto. A