Malang, Tugumalang.id-Melanjutkan studi ke luar negeri adalah impian bagi sebagaan besar mahasiswa Indonesia, tak terkecuali Zumrotul Faizah Alumni Unisma malang yang hari ini telah menyelesaikan pendidikan Master of STEM EDUCATION di National Pingtung University Taiwan (NPTU).
Faizah, begitu panggilan akrabnya, merupakan lulusan program studi pendidikan bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unisma Malang. Lulus saat pandemi COVID-19 membuatnya sedikit kesulitan mencari aktifitas pasca-kuliahnya. Hingga akhirnya ia mengabdikan diri pada Kantor Urusan Internasional (KUI) Unisma.
Bermodalkan kemampuan Bahasa Inggris yang dimiliki ia sering ditugaskan mendampingi mahasiswa asing Unisma. Hingga akhirnya ia memiliki ketertarikan lanjut studi ke luar negeri mengikuti jejak pimpinan KUI Dr. Imam Wahyudi Karimullah yang lulusan Amerika Serikat.
Gunjingan Tetangga Karena Belum Menikah
Selayaknya orang pedesaan pada umumnya menikah adalah kewajiban yang harus segera dilaksanakan setelah menamatkan pendidikannya. Begitupun Faizah, ia sering digunjing tetangganya karena belum juga menikah setelah menyelesaikan pendidikan sarjana. Hingga membuatnya tidak betah berlama-lama di kampung halamannya.
Karena nyinyiran itu pula Faizah berupaya keras untuk segera mendapatkan beasiswa study master ke luar negri.
“Saya itu setelah lulus pas pulang ke rumah sering banget digunjing karena belum menikah. Padahal ya usia saya kan masih muda, dan saya pun masih ingin lanjut sekolah masak harus terburu-buru menikah,” ujar perempuan dengan senyuman manis itu pada wartawan Tugu Malang saat diwawancarai virtual, karena ia masih di Taiwan.
Melamar Beasiswa ke NPTU Taiwan
Berkah dari pengabdiannya di KUI Unisma, akhirnya Faizah mendapatkan peluang beasiswa ke National Pingtung University (NPTU) Taiwan. Atas rekomendari dari pimpinan KUI ia memberanikan diri melamar beasiswa itu dan akhirnya diterima pada tahun 2021.
“Kalo ditanya siapa orang yang paling berjasa dalam perjanan S2 saya ini, jawabanya adalah pak Imam. Beliau sangat membantu saya dalam melakukan persiapan beasiswa saya,” kata Faizah.
Walau mengabdikan di KUI Faizah tidak serta merta dibantu sepenuhnya pihak KUI. Dalam mengurus semua pemberkasan ia mengurusnya secara mandiri.
“Waktu saya menyiapkan berkas seperti surat rekomendasi yang waktu itu saya hendak meminta rekomendasi ke Pak Rektor dan WR1 pak Imam itu ngomong. ”Berangkat sendiri ya ke atas, kamu bisa kok, dan alhamdulillah ternyata saya bisa,” kenang Faizah.
Negara Taiwan merupakan negara yang gencar memberikan beasiswa kepada mahasiswa asing dari seluruh dunia. Faisah melihat potensi besar untuk mendapatkan beasiswa di sana.
“Peluang beasiswa yang menjanjikan dan begitu besar pada saat itu,” ujar perempuan kelahiran Tuban ini.
Berangkat dan Hidup Mandiri di Negeri Orang
Perempuan dengan keberanian dan kemandirian yang tinggi, kalimat itu rasanya sangat cocok untuk menggambarkan Faizah. Saat ia hendak berangkat pertama kali ke Taiwan untuk studi S2 ia berangkat sendirian dari rumahnya.
”Entah ya saya itu apa apa sering melakukanya sendiri, kadang ya juga karena keadaan yang memaksa saya melakukanya sendiri. Saat saya mau berangkatpun keluarga saya itu hanya mengantarkan saya ke terminal Tuban saja. Tidak sampai ke bandara,” ujarnya.
Baca Juga: Lulus Tanpa Tesis, Alumni Unisma Raih Beasiswa LPDP dalam Negeri
Mahasiswa asing yang memberanikan diri menempuh pendidikan di negara orang memiliki tantangan tersendiri dalam menjalani kehidupannya di sana, tanpa terkecuali bagi Faizah.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di Taiwan ia tidak mengenal siapa-siapa di sana. “Taiwan salah satu negara yang muslim friendly. Ketika mereka tahu kalau saya berhijab pada saat membeli makanan dengan senang pasti akan diberi tahu mana makanan yang bisa kita makan atau tidak (mengandung babi), Taiwan juga termasuk salah satu negara teraman dari indeks kejahatan urutan ke 3 di dunia,” kenang Faizah mengingat awal berada di Taiwan.
Walaupun tidak begitu jauh, Indonesia dan Taiwan merupakan negara yang sangat berbeda baik dari bahasa, geografis juga budayanya. Saat pertama kali Faizah menjalani kehidupan di Taiwan ia mendapatkan shock culture. Misalnya, orang-orang di Taiwan memiliki kebiasaan tidak mandi di pagi hari.
“Awal-awal saya disini tuh merasa aneh gitu. Melihat orang-orang yang menjalani aktifitasnya tanpa mandi di pagi hari. Kalau kita di Indo kan malu ya untuk keluar rumah tanpa mandi dulu kan,” katanya.
Baca Juga: Kolaborasi Unisma dengan Shandong Foreign Trade Vocational College China
“Yang kedua itu adalah saya harus beradaptasi dengan masakan di sini yang menurut saya tidak seenak di Indo, di sini tuh saya jarang banget makan daging. Ya karena sulit untuk menemukan daging halal.”
Taiwan dengan populasi muslim kecil tentunya sangat sulit menemukan daging yang berlabel halal seperti di Indonesia, dan juga selera makan orang Indonesia yang berbeda dengan orang di Taiwan, membuatnya harus berdaptasi dengan masakan di sana.
“Pesan saya kepada seluruh adik-adik mahasiswa, agar tetap semangat belajar dan kalo bisa lanjutkan studinya ke luar negeri karena kuliah di luar negeri itu sangat enak, kita bisa memperkaya jaringan internasioanal juga bisa memiliki pengetahuan yang luas tidak hanya melulu soal negara kita,” pungkas Faizah.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Penulis: Jakfar Shodiq (Magang)
editor: jatmiko