Kota Batu, Tugumalang.id – Solusi daur ulang limbah minyak jelantah menjadi bioavtur perlu terus digaungkan. Salah satunya datang dari Amartha (perusahaan fintech) yang berkolaborasi dengan Green Energi Utama dan masyarakat melalui ‘Gerakan Konversi Minyak Jelantah untuk Bioavtur’.
Gerakan ini juga kemudian digaungkan di Kota Batu dan wilayah Malang Raya melibatkan emak-emak atau ibu nasabah Amartha. Lebih dari 1 juta orang nasabah berkomitmen menyukseskan gerakan mendaur ulang limbah minyak goreng ini untuk kelestarian lingkungan.
Edukasi dan peluncuran gerakan ini berlangsung di Kota Batu, Jawa Timur, Jumat (26/7/2024). Dalam kegiatan itu juga dilangsungkan diskusi dengan menghadirkan Head of Impact and Sustainability Amartha, Katrina Inandia, CEO – Green TechSolusi Utama Amrullah Tahad dan Operation Manager – Green Energi Utama Lenny Rochmawati.
Salah satu ibu-ibu nasabah, Ipah (54), warga Lesti, Kota Batu mengaku terbantu dengan program ini. Selain dapat menambah penghasilan, ia mendapat wawasan bahwa ternyata membuang jelantah ke tanah atau ke selokan berdampak bagi lingkungan ke depannya.
Baca Juga: Mahasiswa Unisri Kenalkan Lilin Aromaterapi Berbahan Minyak Jelantah ke UMKM
”Sebelumnya sudah tahu kalau merusak lingkungan, tapi saat ikut program ini saya jadi paham betul tingkat kerusakannya gimana. Selain itu, gerakan ini juga solutif karena juga bisa nambah penghasilan. Daripada dibuang kan mending cuan,” ujar pedagang nasi goreng ini.
Head of Impact and Sustainability Amartha, Katrina Inandia menuturkan jika perusahaan yang baik tidak hanya mementingkan sisi bisnis saja. Namun juga komitmen mengimplementasikan bisnis secara holistik dan berkelanjutan berbasis Environmental Social Governance (ESG).

Dalam hal ini, selain berfokus pada kesejahteraan nasabah lewat pendampingan dan akses modal usaha, mereka berupaya menumbuhkan kesadaran lingkungan pada ibu-ibu nasabah. Salah satunya dengan tidak membuang limbah jelantah ke selokan atau tanah yang berpotensi merusak ekosistem.
Tak hanya itu saja, solusi ini juga masih membawa dampak ekonomis tambahan sehingga terwujudlah ekonomi sirkular. Limbah yang dikumpulkan ini nanti akan diolah menjadi bahan bakar ramah lingkungan biosehingga terwujudlah ekonomi sirkular bioavtur.
”Dari dapur menjadi bioavtur. Ini akan terus kita gaungkan. Kami menargetkan bisa mengumpulkan 1 juta liter minyak jelantah pada kumpulan nasabah kami di Jatim dan Bali hingga 2025 nanti,” ungkap Katrina pada tugumalang.id
Baca Juga: Jangan Dibuang Dulu, Ini Manfaat Minyak Goreng Bekas
Sebenarnya, lanjut dia, inisiatif ESG ini bukan kali pertama bagi Amartha. Sebelumnya, mereka juga sudah menyukseskan program lain seperti program penanaman bibit mangrove untuk mencegah abrasi dan pohon produktif untuk mencegah erosi tanah yang berujung longsor dan banjir bandang.
”Ini sudah komitmen kita sejak awal. Kami selalu boost bisnis dan juga pelestarian lingkungan. Bagi saya, gak ada gunanya kita boost ekonomi terus tapi lingkungannya berantakan. Ujung-ujungnya ekonomi mandek juga kan kalau lingkungan rusak,” jelas dia.
Seperti diketahui, gerakan ini didasarkan dari dari peningkatan konsumsi minyak goreng rata-rata 11,34 liter per minggu. Unit usaha ultra mikro turut menyumbang signifikan potensi minyak jelantah yang mencapai hingga 1.509,64 kiloliter/bulan.
Kondisi ini turut dipengaruhi perilaku masyarakat dalam pengolahan minyak jelantah. Mayoritas masyarakat sebesar 64,3 persen tidak mengolah minyak jelantah sehingga hampir sebagian besar limbah ini tidak terkonversi alias dibuang.
CEO – Green TechSolusi Utama Amrullah Tahad membenarkan berdasarkan perkiraannya, ada sekitar 2 juta ton limbah minyak jelantah tersebar di indonesia setiap tahunnya. Namun yang berhasil dia kumpulkan hanya berkisar di angka 200-300 ribu ton.
”Itu saja hanya didapat dari hotel, restoran kafe dan tempat-tempat usaha. Jumlah itu belum di tingkat rumah tangga. Artinya, hampir 80 persen sisanya diperkirakan berakhir di dibuang di selokan maupun wastafel dan mencemari air dan tanah,” bebernya.
Sebab itulah, kesadaran ini harus dipupuk semasif mungkin. Apa yang dilakukan oleh Amartha kepada lebih dari 2 juta nasabah yang mayoritas ibu rumah tangga, baginya merupakan kontribusi yang nyata bagi keberlanjutan lingkungan.
“Dalam sebuah perusahaan saya kira itu gestur yang sangat baik dalam kontribusi perusahaan menjaga lingkungan yang berkelanjutan sekaligus membawa manfaat ekonomis,” ungkapnya.
Di sisi lain, gerakan ini juga dapat berkontribusi luas terhadap industri penerbangan Indonesia yang berkelanjutan. Dengan target 1 juta liter pengumpulan minyak jelantah dan tingkat konversi mencapai 85 persen, 1 liter minyak jelantah dapat menghasilkan 0,85 liter bioavtur.
”Program ini akan menghasilkan dampak signifikan dalam menekan jejak emisi karbon industri aviasi karena dapat menghemat 1 kg emisi karbon dari setiap uraian 1 liter minyak jelantah,” bebernya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter : M Ulul Azmy
editor: jatmiko