KOTA BATU, Tugumalang.id – Sosoknya masih segar bugar, meski sudah berusia 85 tahun. Muhammad Said namanya. Akrab disapa Pak Said. Dikenal sebagai penjual es campur paling lama di Kota Batu, Jawa Timur. Sudah berjualan sejak 1985 silam dan masih eksis hingga kini.
Bicara soal es campur buatan Psk Said cukup berbeda dengan es lainnya. Yakni pada kandungan gula cair yang dipakai apakah memakai gula asli atau buatan. Di tengah perkembangan zaman, Pak Said memilih tetap bertahan menggunakan gula asli racikannya sendiri.
Indikatornya bisa dilihat dari serangga lebah yang kerap mengerubungi toples berisi gula di rombong Pak Said. Semangkuk es campur Mbah Said sebenarnya sederhana saja, namun komplit dan segar.
Isiannya mulai agar-agar, tape, ketan hitam, kacang hijau, kolang-kaling, mutiara hingga roti. Es campur Pak Said lebih menggairahkan ketika ditumpuk dengan serutan es yang menggunung dan disiram gula sirup dan susu kental manisnya.
Es campur menjadi memori masa mudanya yang tak bisa dilupakan sepanjang sejarah hidup Pak Said. Dari semangkuk es campur itu, Pak Said berhasil bertahan hidup selama puluhan tahun bahkan menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi.
Pak Said mengisahkan jika dulu waktu masih usia 16 tahun jarang mendapat uang saku dari orang tuanya. Sementara, ketika pulang sekolah, teman-temannya selalu mengajak mampir untuk membeli jajan atau es.
”Teman-temanku beli es, tapi ya aku cuman bisa lihat mereka saja minum es campur. Aslinya ya haus, pengen sekali. Tapi apa daya, kan gak punya uang,” kisah pria kelahiran 1938 tersebut pada tugumalang.id, Senin (17/4/2023).
Dari memori masa sulit itulah kemudian membuat Pak Said muda membulatkan tekad berjualan es campur sendiri. Pak Said masih ingat pertama kali dia berjualan yaitu pada 7 Agustus 1954, saat dirinya masih berusia 16 tahun.
Awalnya, dia berjualan di pasar tradisional yang kini lokasinya sudah dibangun menjadi Alun-Alun Kota Batu. ”Dulu Alun-Alun itu pasar. Kemudian kebakaran dan akhirnya diubah jadi taman sampai sekarang,” ungkapnya.
Sejak itu pula, Pak Said sempat berdagang keliling sebelum kemudian menemukan tempat yang dipakainya berjualan sampai sekarang, di sebelah Masjid An Nuur Kota Batu atau Gang Kauman.
”Pindah kesini itu kira-kira tahun 1985. Dulu masih sepi. Tapi Alhamdulillah sejak Batu jadi kota wisata itu sekarang jadi ramai. Dagangan saya juga laris. Alhamdulillah bisa bertahan sampai sekarang,” ujar pria yang tinggal di Kampung Klebengan, Kelurahan Ngaglik itu.
Punya Banyak Pelanggan Setia, Termasuk Eddy Rumpoko
Pelanggan setianya datang dari beragam kalangan. Mulai anak kecil hingga mantan Wali Kota Batu Edy Rumpoko sering membeli es campurnya. Bahkan, pelanggannya yang dulu masih anak-anak, masih ingat kepadanya.
”Kadang mereka pas pulang dari luar negeri itu sampe nyempetin ke sini. Nanya kabar sambil cerita-cerita masa dulu. Ada langganan dulu masih SMP, sering saya kasih es. Sekarang udah kerja di Australia,” kata dia.
Pak Said juga punya kenangan membekas dengan eks Wali Kota Batu Edy Rumpoko yang kini masih menjalani masa tahanan akibat kasus korupsinya. Kata dia, pria yang akrab disapa ER itu dulunya juga sering nongkrong minum es campur bikinannya.
”Kalau dulu ke sini ya sembunyi mojok di kursi sini. Kadang sampai malam cangkruk sini. Ngobrol-ngobrol tanya apa yang perlu diperbaiki di Batu ini,” kisahnya.
Meski telah memasuki usia 85 tahun, Pak Said masih tampak cekatan melayani pengunjung. Mulai menyerut es hingga menyajikan bermangkuk-mangkuk es. Es Campur Pak Said ini buka setiap hari mulai pukul 09.00 WIB hingga 20.00 WIB.
”Saya memang gak bisa diem. Kalau capek ya sudah pasti. Tinggal bikin kopi, merokok, beres. Hilangbdeh capeknya,” ujarnya sambil terkekeh.
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko