Kota Batu, Tugumalang.id – Hadirnya Coban Lanang sebagai wana wisata baru semakin menahbiskan diri Kota Batu, Jawa Timur menjadi daerah dengan potensi wisata yang tak habis-habis. Namun siapa sangka, jika dulunya di kawasan tersebut sama sekali tidak punya prospek menjadi destinasi wisata.
Dulu, kawasan Coban Lanang yang berlokasi di Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji itu merupakan area yang sulit dijangkau. Masyarakat sekitar hanya bisa memanfaatkan kawasan di sana untuk bertani dan bercocok tanam.
Hampir tidak pernah ada masyarakat yang terbersit menjadikan terjunan air setinggi kurang lebih 20 meter di sana menjadi destinasi wisata menarik sekaligus affordable (terjangkau). Hingga kemudian datanglah sosok Mukhlas Rofiq.
Sosok putra daerah kota apel itu bukanlah sosok yang asing. Mr Roo, begitu dia akrab disapa ialah penggagas Kaliwatu Rafting, sebuah objek wisata petualangan dengan konsep learning center (pusat pembelajaran) yang sudah ada sejak 2018.
Selain menyuguhkan aktivitas arung jeram (rafting), Kaliwatu juga memberikan sejumlah pelatihan motivasi, outbound program, managerial success, leadership hingga hypnomotivation. Nyatanya, gagasan mengawinkan konsep wisata dan learning center itu berhasil.
Hingga kemudian berlanjut mendirikan Apple Sun Learning Center sebagai penyedia jasa layanan outbound yang cukup ternama. Tak berhenti di situ saja, Mr Roo juga melebarkan sayap membuka learning center di Lumajang , Situbondo Madiun dan terbaru Coban Lanang.
Menariknya, gagasan Coban Lanang ini berangkat dari inisiatif masyarakat menyerahkan lahan sawah miliknya untuk dijadikan sesuatu yang punya nilai lebih dalam jangka waktu panjang. ”Sudah saya percaya Pak Rofiq saja. Pasti bisa jadi sesuatu ini,” kisah Mr Roo menirukan perkataan warga desa dulu.
Butuh waktu lama bagi Mr Roo mengendapkan ide tersebut sebelum direalisasikan tanpa merusak nilai ekologi kawasan di sana. Akhirnya pada 2022, Mr Roo bersama masyarakat desa mulai menggarap kawasan wisata yang berdiri di atas lahan seluas 2 hektar tersebut.
Mulanya, Mr Roo hanya berpikir bahwa kawasan di sekitar air terjun itu harus kembali dihijaukan seperti awalnya dulu. Bicara potensi wisata berupa air terjun itu memang sudah ada. Tapi menurut dia hanya bonus.
”Di sini, dulu semua sawah. Akhirnya, saya kembalikan dulu kawasan ini jadi hutan lagi, saya tanami Pakis, Pinus dan lain-lain, Sembari perlahan ditata biar jadi tempat yang nyaman untuk berteduh,” kisahnya.
Selang waktu lama, Mr Roo mulai serius melihat air terjun itu memiliki potensi wisata yang menarik. Hingga jadilah destinasi wisata alam yang cantik dan nyaman untuk dikunjungi seperti sekarang.
Jika dibandingkan dengan wisata coban lain, hanya di Coban Lanang itulah wisatawan tidak perlu berbecek ria untuk melihat air terjun itu. Pihaknya sudah menata sedemikian rupa akses pengunjung ke air terjun bahkan tanpa harus melepas sepatu atau ganti baju.
”Bisa dibilang ini satu-satunya air terjun di tengah kota. Yang bisa dikunjungi tanpa anda harus lepas sepatu. Gak perlu takut kotor,” kata dia.
Sejak dibuka pada Desember 2022 lalu, meski masih dalam tahap penataan I, tingkat kunjungannya terus meningkat. Banyak pengunjung dari luar daerah seperti Jakarta, Sumatera, Kalimantan bahkan sudah mulai ada wisatawan mancanegara yang singgah.
Saking ramainya, pihaknya bahkan sempat menolak wisatawan karena saking penuhnya. ”Di kawasan ini kami batasi 300 orang di dalam. Jadi terpaksa kalau wisatawan masih mau berkunjung, ya harus antre, nunggu dulu ada yang keluar,” ujar Mr Roo.
Ke depan, Mr Roo masih punya seabrek cetak biru pengembangan Coban Lanang kedepannya. Seperti perluasan lokasi parkir, pengembangan potensi desa sekitar hingga sejumlah paket wisata edukasi atsiri (bahan pembuat parfum).
”Selain itu juga akan kita kembangkan wisata tubing, petik strawberry hingga outbond training seperti usaha Learning Center lainnya. Terus terang, Coban Lanang ini juga di luar ekspektasi saya,” katanya.
Tak Hanya Bangun Wisata, Tapi juga Mindset
Mr Roo sendiri bahkan tak terpikir bahwa gagasan mengombinasikan kegiatan adventure, wisata dan pengembangan SDM itu bakal sukses. Menurut dia, kegiatan wisata hari inu selain kegiatan bersifat pleasure, juga tetap mengusung misi pendidikan.
”Kalau destinasi wisata ini tidak berkonsep learning center, kemungkinan bertahan lamanya itu kecil. Banyak juga kan wisata lain yang akhirnya mati kutu karena hanya menawarkan spot foto,” kata alumnus SMAN 1 Kota Batu ini.
Menariknya lagi, 30 karyawan yang ada di sana juga adalah putra daerah yang lahir dan berkembang dari metode pengembangan SDM hasil racikannya sendiri. ”Mereka itu ya anak muda desa ini, kami didik mulai dari nol sampai jadi seorang trainer atau motivator,” bebernya.
Jadi, bisa dikatakan bahwa tidak semua pariwisata dibangun hanya melalui perspektif ekonomis melulu, namun ternyata prinsip ekonomi juga bisa berdiri berdampingan dengan nilai-nilai pendidikan dan juga lingkungan. Dan, Mr Roo telah berulang kali membuktikannya.
”Berbagai hal yang kami lakukan itulah yang ternyata dapat membuat perusahaan terus bertumbuh dan berkembang. Karena itu tadi, kami mengutamakan kesejahteraan sesama kerabat kerja dan masyarakat secara berkesinambungan,” pungkas Mr Roo.
Reporter: ulul azmy
editor: jatmiko