Tugumalang.id – Mantan juru bicara Abdurrachman Wahid atau Gus Dur, Ngatawi Al-Zastrow, mengibaratkan sosok mantan presiden keempat itu seperti seorang tukang jahit. Ini tidak terlepas dari kiprah Gus Dur dalam membangun kerukunan umat.
“Gus Dur itu seperti seorang tukang jahit yang merajut berbagai macam keberagaman, berbagai macam perbedaan,” kata Ki Zastrow, sapaannya di Haul Gus Dur ke-13, Kamis (12/1/2023).
Selayaknya tukang jahit, pemikiran Gus Dur merajut sekaligus mengaitkan serpihan kain perca yang berserakan, meski terkadang kembali dirusak oleh orang lain. “Gus Dur itu ya tukang jahit, yang dijahit adalah bangsa, yang dijahit adalah masyarakat dan berbagai macam perbedaan,” sambungnya.
Budayawan di kalangan Nahdliyin ini juga mengimajinasikan Gus Dur sebagai oase, menjadi titik temu berbagai macam sumber mata air jernih. “Mata air jernih Islam, Kristen, Konghucu, tradisi, peradaban barat dan sebagainya. Itu sumber mata air yang kemudian menyatu dalam oase Gus Dur,” terang dia.
Di dalamnya, setiap orang bisa mengambil air dan menggunakannya untuk sekedar membasuh muka atau pun bersuci. Bahkan air itu turut dialirkan dalam kehidupan melalui gorong-gorong kebudayaan sehingga menimbulkan kehidupan baru.
“Menurut saya secara paradigma, Gus Dur tidak memilah antara ilmu dan laku. Terutama ilmu humaniora, ilmu yang dipahami Gus Dur dipahami sebagai ilmu laku. Ini beda dengan ilmu sains. Ketika belajar agama, itu ilmu laku, Gus Dur mengambil sumber mata air (dari) itu,” imbuhnya.
Dari situ, Zastrow lantas banyak belajar. Baginya, Gus Dur adalah sosok yang berwawasan luas, dan memiliki kesabaran tinggi. Melayani umat dengan penuh kesabaran dan konsisten dalam memperjuangkan pluralisme.
“Kenapa Gus Dur mendapat atensi banyak orang. Ini dampak ilmu laku. Seorang penjahit yang bisa mengintegrasikan ilmu laku dan dikontekstualisasi ulang kemudian dimanifestasikan sebagai ilmu yang tidak bisa dipisahkan,” tukasnya.
Diketahui, peringatan 13 tahun meninggalnya sosok KH Abdurrachman Wahid itu bertempat di Gedung Balai Pertiwi Universitas Ma Chung. Diselenggarakan Tugu Media Group (Tugu Malang ID dan Tugu Jatim ID) bersama Universitas Ma Chung dengan tema ’13 Tahun Gus Dur Pulang, Bukan Pergi’.
Kegiatan ini turut dihadiri Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, diwakili Asisten Administrasi Umum Setdaprov Jatim, Akhmad Jazuli; Wali Kota Malang diwakili Kadiskominfo Kota Malang, M Nur Widianto; jajaran forkopimda, jaringan Gusdurian, hingga mahasiswa.
Haul Gus Dur dikemas sederhana namun bermakna. Selain diisi dialog dan diskusi, penampilan stand up comedy, penampilan bakat mahasiswa, serta ditutup dengan doa bersama lintas agama.
Dalam dialog itu, menghadirkan Rektor IAI Al Qolam,Dr Muhammad Adib MAg; Pastor Paroki, Rm Hendrikus Suwaji OCarm; serta seorang budayawan dari kalangan Nahdliyin, Ngatawi Al-Zastrow sebagai narasumber.
Kegiatan ini juga turut didukung oleh beberapa pihak terkait. Yakni, Pegadaian Kanwil XII Surabaya, Kopi Studio 24, Malang Studel, Grand Mercure Malang Mirama, Climate Change Frontier (CCF), Jatimpark Group, Countblok, dan sebagainya.
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Herlianto. A