Tugumalang.id – Masyarakat Jawa sudah dikenal luas sebagai salah satu suku asli nusantara yang sarat akan adat dan tradisi, tak terkecuali pada adat dan tradisi pernikahan.
Saat temu manten yang merupakan salah satu rangkaian dari tradisi pernikahan, kembar mayang merupakan uba rampe atau piranti yang wajib ada.
Kembar Mayang dalam wujudnya berbentuk bunga imitasi hasil anyaman janur atau daun kelapa muda yang dianyam menyerupai mahkota bunga dengan batangnya dibuat dari debog atau batang pohon pisang. Di atas kelopak tersebut ditancapkan daun panca warna seperti seperti daun beringin, daun andong, daun puring, dan beberapa bunga hiasan lainnya.
Dalam kembar mayang terdapat banyak janur kuning yang dibentuk menyerupai bentuk simbol peralatan dan hewan. Ada sekitar 10 atau lebih bentuk janur yang wajib ada dalam setiap kembar mayang untuk pernikahan.
Kesepuluh bentuk tersebut di antaranya keris-kerisan, cemeti, pecut atau cambuk, uler-uleran, manuk atau burung, tugu, kitiran, payung, tangan-tanganan, walang atau belalang, dan beberapa bentuk lain yang biasanya disesuaikan dengan adat masyarakat sekitar.
Bukan tanpa alasan orang Jawa jaman dulu menciptakan kembar mayang sebagai salah satu elemen perlengkapan ritual pengantin Jawa. Di setiap bahan yang digunakan untuk membuat kembar mayang adalah simbol doa dan harapan keluarga terhadap jalannya sebuah prosesi perkawinan adat Jawa. Jadi, dari setiap bahan dan bentuk yang ada di kembar mayang, tersirat makna yang mendalam.
Berikut beberapa arti dari lambang bentuk janur yang dilansir dari jurnal penelitian:
1. Janur yang dianyam menyerupai bentuk keris bermakna melindungi dari marabahaya. Hal ini dimaksudkan agar kedua mempelai berhati-hati dalam mengarungi kehidupan keluarga. Adapula yang mengaitkan bentuk keris ini sebagai simbol dari keris “sarutomo” yang berati keris saru tapi utomo jika diterjemahkan keris yang tabu atau saru jika diucapkan namun utama.
2. Janur yang dianyam seperti bentuk belalang memiliki makna agar tidak terjadi halangan dalam berkeluarga.
3. Janur yang berbentuk payung bermakna pengayoman,
4. Janur yang berbentuk burung melambangkan kerukunan dan kesetiaan sebagaimana burung merpati dan berati kebebasan.
5. Bentuk pecut atau cambuk melambangkan agar saat sudah berkeluarga pengantin tersebut bisa bergerak lincah dan adaptif akan segala situasi.
6. Janur bentuk tangan-tanganan yang berarti agar kedua pasangan bisa bergandengan tangan dan bekerja sama dalam menjalani kehidupan. Adapula yang mengaitkan bentuk tangan ini sebagai bentuk perwujudan pitutur bagi perempuan harus bisa menerima apapun yang telah diberikan oleh suaminya.
7. Janur bentuk kitiran melambangkan kehidupan panjang yang akan terus berjalan.
8. Janur bentuk cemeti melambangkan senjata yang berarti seorang suami harus mampu melindungi keluarganya.
9. Janur bentuk uler atau ulat pada ujung lidi melingkar yang menyiratkan perjalanan hidup yang terus berputar dan agar bisa berkembang layaknya ulat yang berubah jadi kupu harus disertai tirakat puasa.
10. Janur bentuk tugu yang dibentuk dari dua janur menyiratkan dalam kehidupan berkeluarga harus saling melengkapi, berjuang dari awal bersama untuk menggapai derajat yang tinggi dan apa yang diimipkan
Sedangkan makna yang terkandung dalam kembang panca warna di antaranya beringin berarti agar kedua mempelai bisa saling mengayomi, daun puring supaya dalam keluarga tidak terjadi uring-uringan atau dapat menahan amarah, daun andong untuk menjaga sopan santun terhadap sesama, dan daun lancur bermakna agar kedua mempelai hendaknya mampu berpikir panjang dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup.
Seperti namanya, kembar berarti dua samapersis dan mayang yang berarti bunga. Maka, kembar mayang dibuat dua buah, ditempatkan di atas baki tembaga.
Kedua kembar mayang tersebut memiliki nama. Masing-masing dinamakan Dewandaru dan Kalpandaru. Penamaan didasarkan atas sejarah Kembar mayang yang telah dipercaya sejak dahulu sebagai pinjaman dari para dewa, sehingga setelah upacara selesai harus dikembalikan dengan membuang di perempatan jalan atau dilabuh atau dihanyutkan di sungai atau laut.
Reporter: Muhammad Shofi
Editor: Lizya Kristanti