Tugumalang.id – Meski di masa pandemi COVID-19, Komplek Pesarean Ki Ageng Gribig tidak pernah sepi dari kunjungan. Dengan pembatasan jam kunjungan dan protokol kesehatan ketat, makam ini telah menjadi tempat bagi para peziarah yang selalu ingin napak tilas dan belajar sejarah tentang awal mula Malang.
Pada Jumat siang (22/10/2021), selepas Jumatan, rame dikunjungi para peziarah dari komunitas seni budaya nusantara yang ternyata datang turut memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di makam-makamnya Bupati Malang. Mereka hadir mengikuti prosesi kegiatan Rumat Ramut Wulan Mulud, kegiatan tahunan Kampung Gribig Religi.
Acara ini merupakan rangkaian 27 virtual event kampung tematik se-Kota Malang dengan kemasan Sambang Kampung bangkitnya wisata kembali di Kota Malang. Gelaran kegiatannya termasuk event wisata budaya dengan kemasan kirab pusaka dan tumpengan robyong.

Acara ini diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisata religi. “Wisatawan tidak hanya berziarah saja, tapi ke depan bisa terlibat dalam event di gribig ini,” harap Ketua Pokdarwis Kampung Gribig Religi, Devi Arif Nurhadyanto.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya, Ki Demang menyampaikan bahwa kegiatan tradisi Bulan Maulud di Pesarean Ki Ageng Gribig merupakan upaya pemanfaatan cagar budaya di komplek makam-makam Bupati Malang.
Kata dia, di Kompleks Makam Ki Ageng Gribig terdapat dua bangunan yang ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya yakni Bangunan Makam Bupati Malang tahun 2018.
“Rumat Ramut Wulan Mulud diharapkan mampu merumat lingkungan pesarean dan Bangunan Cagar Budaya Makam Bupati Malang. Ramut Ramut berati melestarikan tradisi yang masih ada dan terjaga oleh warga,” jelasnya.
“Kegiatan pelestarian tradisi maulud juga termasuk upaya melestarikan objek pemajuan kebudayaan nasional. Acara peringatan dan ritual ini juga menjadi wisata edukasi berbasis budaya yang bersinergi dengan pemanfaatan cagar budaya,” imbuh pria yang bernama asli Isa Wahyudi yang hadir sebagai Ketua Forkom Pokdarwis Kampung Tematiik Kota Malang ini.
Ki Haryo Seto yang memimpin rombongan kirab tumpeng robyong keliling tiga kali area kompleks Pesarean Ki Ageng Gribig menyampaikan bahwa orang Jawa kalau menyampaikan sesuatu dengan simbol seperti yang dikirab nanti.
“Makna songsong/payung simbol keimanan, bendera merah putih simbol bersatunya manusia laki-laki dan perempuan, prapen bara api simbol semangat, kendi artinya tempat wadahnya air sumber kehidupan dan tumpeng robyong bentuk syukur dinikmati bersama dan gunungan buah artinya puncak suka cita perayaan maulid nabi,” jelasnya.
Dalam sambutannya, Kadisporapar Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni menyampaikan bahwa Kota Malang sedang mengajukan QR Code (PeduliLindungi) Kampung-kampung Tematik. “Agar bisa dibuka kembali untuk dikunjungi,” jelasnya.
Reporter: Lizya Kristanti
Editor: Lizya Kristanti