MALANG- Pandemi Covid-19 tak mematikan semangat masyarakat Kota Malang untuk melestarikan budaya lokal sebagai peninggalan nenek moyang. Kampung Budaya Polowijen menggelar festival batik secara virtual untuk memperingati hari batik yang jatuh pada Sabtu (2/10/2021).
Wakil Ketua Kampung Budaya Polowijen, Titik Nur Fajriyah menjelaskan bahwa festival batik ini digelar dengan tema Batik Ken Dedes. Adapun acara itu dilakukan secara virtual dan live terbatas.
“Jadi kami mengadakan festival batik dalam rangka memperingati hari batik dengan tema Ken Dedes. Kita gelar secara virtual event, disini live nya membatik dari awal hingga akhir,” ujarnya.
Disebutkan, dalam acara itu melibatkan warga Kampung Budaya Polowijen sendiri dan juga beberapa anak anak untuk diberikan edukasi.
“Jadi budaya ini tidak putus dikami, generasi tua, anak anak mudanya juga bisa ikut. Sebenarnya banyak, lebih dari 40 orang, cuman ini yang bener bener aktif hanya 10 orang. Kebetulan juga ada anak anak SMK 5 yang juga kebetulan magang disini ada 4 anak,” jelasnya.

Dia berharap melalui kegiatan ini, budaya membatik di Kampung Budaya Polowijen bisa terus dilestarikan. Sehingga Kampung Budaya Polowijen yang dibangun untuk melestarikan budaya lokal ini bisa terus bertahan meski dalam masa pandemi.
“Kami juga berharap masyarakat luas semakin punya semangat untuk turut melestarikan batik entah bagaimana caranya, baik membatik sendiri, memasarkan atau memakainya,” harapnya.
Disebutkan, selama PPKM ini Kampung Budaya Polowijen juga sangat terdampak lantaran harus berhenti beroperasi sebagai destinasi wisata. Namun dikatakan, demi tetap bisa menjalankan roda perekonomian warga setempat, sejumlah pembatik setempat juga masih melakukan produksi batik.
“Selama ini kami masih produksi kain lembaran, jadi masih belum ke arah bentuk baju. Karena SDM nya terbatas, kami juga masih terkendala permodalan. Terlebih kita juga terimbas PPKM,” paparnya.
Menurutnya, para pembatik setempat masih memproduksi batik khas Polowijen demi berjaga jaga jika sewaktu waktu Kampung Budaya Polowijen beroperasi kembali.
“Kami membuat batik motif motif khas untuk stok persediaan. Karena sebelum pandemi dulu banyak kunjungan terutama dari manca negara yang sering tertarik membeli. Maka kita berjaga untuk itu,” ujarnya.
“Motif khasnya dari semua koleksi kita, yang sudah dipatenkan itu ada dua yaitu motif Windu Ken Dedes atau biasa disebut Ndedes dan motif Ken Dedes itu sendiri yang sebenarnya menggambarkan Polowijen ini juga atau profil Ken Dedes,” imbuhnya.
Selain motif khas Polowijen, pihaknya juga masih memproduksi batik bermotif terkait nama Polowijen sendiri. Seperti Batik Topeng, Polowijo, Watu Kenong dan motif kontemporer lainnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Soejatmiko