Tugumalang.id – Mantan Wartawan senior Kompas, M. Nasir berbagi pengalaman dan ilmu cara penulisan sosok atau profil seseorang yang dianggapa memiliki nilai pemberitaan. Materi itu disampaikannya dalam Pelatihan jurnalistik dan Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) 2021 Batch III yang digelar secara virtual.
Kali ini 15 peserta yang mengikuti program yang diselenggarakan oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) bekerja sama dengan PT Paragon Technology and Innovation, mendapatkan materi kiat dan cara penulisan sosok, Jumat (24/9/2021)
Menurut Nasir, penulisan sosok satu di antara cara mengarusutamakan isu pendidikan. Misal bisa mengangkat sosok perjuangan guru yang mangajar dikedalaman hutan atau suatu daerah terpencil. Bisa juga prestasi dan lain sebagainya.
Nasir mengatakan, dalam penulisan sosok ini, memang tidak semudah yang diingkan. Harus ada proses yang harus dilalui. Tentunnya dibutuhkan jam terbang dan sungguh-sungguh dalam berlatih.
“Pasti ada prosesnya. Jadi terulah berlatih (menulis,red) ,” ungkap pria yang kini menjabat Sekjen Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pusat ini.
Pria yang yang akrab disapa pak Haji ini mengungkapkan, jika penulisan sosok dipakai untuk media massa. Langkah awal yang dilakukan yakni, menentukan tema terlebih dulu. Apa yang ingin digali dari narsumber. Jika subyek ketika diwawancara berbicara di luar tema yang ditentukan, kembalikan ketema yang direncanakan.
“Bisa saja ketika diwawancarai soal pendidikan, subyek cerita soal ekonomi yang tidak berkait pendidikan. Silakan saja subyek berbicara di luar tema, tetapi itu tidak menjadi bagian materi yang akan ditulis,” ucap Pak Haji.
Wartawan yang memiliki segudang pengalaman ini menambahkan, penulisan sosok ini pada prinsipnya memangungkan subyek seseorang. Berarti tulisan ini memanggungkan orang, orang yang punya kiprah dan kepedulian yang luar biasa kepada kehidupan orang banyak, kepada manusia dan kemanusiaan, kepada bidang tertentu, atau kebaikan lainnya.
“Tujuan menulis sosok bukan untuk memamerkan perbuatan baik, tetapi menyebarluaskan supaya diteladani banyak orang. Apa yang ditampilkan?,” terangnya.
Tulis saja apa yang didapat dari hasil wawancara, dan catatan latar belakang yang sudah diuji kebenaranya, serta kesaksian orang lain kalau ada. Apa yang mau dituturkan terlebih dulu. Lead yang memancing minat membaca sampai tuntas, atau yang lainnya.
“Bikin pembaca penasaran. Menyusun cerita mengalir dari alinea ke alinea perlu latihan. Di antara alinea di atas dan yang di bawah ada jembatan berupa kata atau frase yang menghubungkan, sehingga pikiran tidak terputus,” tandasnya.
Yang paling utama, masih kata M. Nasir, Sampaikan dengan Jujur. Banyak subyek tidak sanggup diceritakan warna kehidupannya seperti apa adanya. Banyak yang “menyensor” cerita kehidupan sendiri. Kejujuran adalah tantangan terbesar bagi orang yang ditulis kehidupannya. Menulis kehidupan (live writing) berbeda dengan menulis novel yang mengutamakan creation, fiction.
“Menulis kehidupan bukan bertujuan untuk memamerkan kesuksesan, tetapi untuk menjadi teladan atau pelajaran bagi banyak orang yang sedang menapaki kehidupan yang penuh rintangan,”pungkasnya.
Reporter: Mochamad Aburrochim (tugujatim.id)
Editor: Soejatmiko