Tugumalang.id – Baru-baru ini, penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Blood berjudul Missense mutations in PIEZO1, encoding the Piezo1 mechanosensor protein, define the Er red blood cell antigens, memublikasikan bahwa 25 ilmuwan telah menemukan satu set golongan darah baru yang disebut dengan golongan darah Er.
Lima antigen golongan darah Er yang dikenali dengan antigen Era, Erb dan Er3 dan dua antigen Er insiden tinggi baru, yang dijelaskan di sini sebagai Er4 dan Er5, membentuk sistem golongan darah baru.
Awal mula penemuan
Pada dasarnya, antigen sel darah merah Er telah teridentifikasi sejak kurang lebih 40 tahun yang lalu, namun belum dapat dijelaskan pada masa itu.
Kemudian, terdapat kasus dua orang ibu yang kehilangan bayi mereka secara misterius akibat penyakit hemolitik parah pada janin dan bayi yang baru lahir. Penyakit ini berkembang ketika sistem kekebalan ibu menyerang darah anaknya yang belum lahir.
Dilansir dari Interesting Engineering, para ilmuwan dari NHS Blood and Transplant (NHSBT), Universitas Bristol, mempelajari sampel darah salah seorang ibu terhadap beberapa sampel lainnya untuk mengungkap secara tepat apa yang membuat darahnya berbeda.
Dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan di era kini, mereka menemukan tiga antigen golongan darah (molekul pada permukaan sel darah merah yang dapat menyebabkan serangan sistem kekebalan) yang tidak cocok dengan sistem golongan darah manapun.
Dalam proses penelitian pada ibu tersebut, para ilmuwan mengonfirmasi satu set pengelompokan darah baru, sistem Er. Sistem pengelompokan darah Er terikat pada protein tertentu yang ditemukan di permukaan sel darah merah yang disebut Piezo1.
Penyebab bayi meninggal
Menurut Science Alert, ketika sel darah muncul dengan antigen yang tubuh kita tidak dapat diklasifikasikan sebagai darah kita sendiri, sistem kekebalan tubuh akan mengaktifkan dan mengirimkan antibodi untuk menandai sel-sel pembawa antigen yang dicurigai berbahaya bagi tubuh kita untuk dihancurkan.
Dalam beberapa kasus ketidakcocokan antara janin atau jabang bayi dengan golongan darah Er milik ibu mereka dapat menyebabkan masalah jika sistem kekebalan ibu menjadi peka terhadap antigen si bayi yang asing. Antibodi yang dihasilkan sebagai respons kemudian dapat melewati plasenta yang menyebabkan penyakit hemolitik parah pada si bayi dan berujung kematian.
Dengan penemuan baru ini, dokter dapat mengidentifikasi dan mengobati kondisi komplikasi golongan darah ibu dan jabang bayi secara dini dan akurat sebelum nyawa bayi dalam bahaya, jika berkaitan dengan golongan darah Er.
Metode seperti memberi suntikan pada ibu hamil dan transfusi darah untuk bayi di dalam kandungan dapat mencegah bahkan mengobati penyakit hemolitik. Para peneliti juga menemukan prevalensi tinggi varian antigen E5 dapat memberikan keuntungan untuk mengobati malaria.
Reporter: Nurukhfi Mega Hapsari
Editor: Herlianto. A