Stadion Kanjuruhan, seolah menjadi pemisah suami istri, Aremania dan Aremanita sejati asal Lowokwaru Kota Malang. Mereka adalah Ahmad Wahyudi dan Sulastri. Keduanya sempat bergenggaman tangan sangat erat sebelum akhirnya takdir memisahkan.
Sulastri tak kuasa menahan tangis saat wartawan tugumalang.id melayat ke rumah duka, di Kelurahan Ketawanggede Kecamatan Lowokwaru Kota Malang, Selasa (4/10/2022). Rumah duka masih berkabung atas kepergian Ahmad Wahyudi dalam Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022.
Sulastri sendiri, merupakan saksi hidup Tragedi Kanjuruhan. Dia bercerita, menonton pertandingan Arema FC versus Persebaya (1/10/2022) langsung di Stadion Kanjuruhan. Sulastri menonton bersama suami, menantu, cucu, dan 2 keponakannya.
Semua berjalan lancar hingga pluit panjang dibunyikan wasit, kata Sulastri. Dia juga melihat supporter Arema turun ke lapangan untuk memberikan dukungan kepada para pemain Arema FC.
“Supporter turun bukan mau mengacau, saya lihat sendiri mereka memeluk pemain Arema untuk memberikan semangat atau motivasi. Mereka itu mau peluk pemain Arema,” tuturnya.
Kemudian sebagian supporter kata Sulastri, ikut turun ke lapangan. Tentu karena melihat supporter bisa masuk lapangan untuk memberi semangat pemarin Arema FC.
“Tapi itu aparat nyuruh balik, hingga ada kejar-kejaran, dan akhirnya gas air mata ditembakkan,” imbuhnya.
Pada situasi tersebut, suaminya mengajak Sulastri dan keluarganya segera keluar dari stadion. Pada detik-detik itu, Sulastri juga melihat aparat keamanan menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton.
Sulastri dan keluarga mencoba menjauh dari maut dengan segera turun menuju pintu keluar. Sayangnya kata dia, banyak supporter yang berhamburan ingin segera bisa keluar. Pengaruh gas air mata yang ditembakkan, membuat supporter tak tahan mengambil nafas di tribun.
Sulastri masih ingat, dirinya dan keluarganya sudah dekat pintu keluar. Sekitar satu langkah ke tangga pintu keluar, kata dia. Tapi asap gas air mata sudah datang. Para supporter lalu berhamburan. Saat itu Sulastri bergenggaman erat dengan suaminya, Ahmad Wahyudi, dan keluarganya.
“Tiba-tiba dari belakang sudah berdesak-desakan, dan genggaman kami lepas. Saya hanya bisa pegangan pagar,” ucap Sulastri sambil menangis.
Saat genggaman tangannya dengan suami lepas, mata Sulastri mulai perih. Bahkan menurutnya tidak bisa melihat, batuk-batuk, sesak nafas, dan kemudian tak sadarkan diri. Sulastri pingsan.
Saat tersadar, Sulastri sudah berada di luar stadion dalam keadaan berbaring. Dia kehilangan suaminya. Sulastri mengaku ditolong oleh Aremania lainnya. Wajahnya diguyur air dan diberikan minum. Kemudian Sulastri dibantu petugas medis.
Meski bisa berdiri, Sulastri masih mencari-cari suaminya. Dia kalut karena melihat banyak supporter yang berbaring, entah pingsan atau sudah tiada. Sulastri kemudian pulang dengan rombongan lainnya. Saat itu dia masih mencari suaminya.
Sesampainya di rumah, Sulastri tak kuasa menahan emosi saat melihat jenazah Ahmad Wahyudi berbaring kaku.
Reporter: M. Sholeh
Editor: Fajrus Sidiq