MALANG – Menanggapi fenomena kurangnya kecakapan akademisi maupun peneliti dalam menjalankan peran utamanya, sejak 2019, Prof Mudjia Raharjo Msi bersama Dr Sakban Rosidi MSi sepakat merintis Garis Maya School of Research yang merupakan sekolah bagi peneliti berbagai bidang ilmu, dan kalangan profesi.
“Sebagai dosen, saya merasa bahwa apa yang saya sampaikan di perguruan tinggi dan di kelas perkuliahan itu belum selesai dan ternyata hal ini juga dirasakan oleh perguruan tinggi lain, padahal metode penelitian itu sangat penting,” ujar Prof Mudjia, akademisi yang juga Guru Besar Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang itu.
Pasalnya, lanjut dia, metode penelitian itu penting bagi kelahiran para peneliti muda. Sebab, metodologi membuat seseorang menjadi berpikir kritis, sistematik, mendasar dan proporsional. Di samping itu, metode penelitian juga menjadi alat mendasar untuk menuju tatanan masyarakat dan negara maju.

“Saya ingin memasyarakatkan metode penelitian sebagai hal yang sangat penting bagi masyarakat untuk menuju bangsa dengan tatanan negara maju. Masyarakat berkembang yang menuju masyarakat maju salah satunya disumbang oleh karya penelitian,” jelasnya.
Hingga kini, sekolah penelitian yang berlokasi di Jalan Sigura-Gura V No 12C, Kota Malang ini telah mendidik dua angkatan. Kelas sekolah penelitian dibatasi, paling banyak 15 orang setiap angkatan. Mereka ini berasal dari berbagai daerah dan universitas. “Angkatan kedua ini mengupas lagi tentang metode penelitian kuantitatif untuk bidang pendidikan, ilmu sosial dan sport science,” sambungnya.
Sementara itu, Dr Sakban Rosidi, pendiri yang juga merupakan Direktur Program Pascasarjana IBU (IKIP Budi Utomo) Malang menambahkan jika di Garis Maya terdapat tiga kualifikasi angkatan dari tingkat Pratama yang disyaratkan bagi akademisi maupun peneliti dengan pendidikan sekurang-kurangnya mahasiswa S2. Kemudian, Madya untuk akademisi dengan jenjang S3 dan Utama bagi akademisi dengan jenjang pendidikan postdoctoral.
Pengembangan sekolah pendidikan ini juga tidak seperti lembaga kebanyakan. Garis Maya yang juga lembaga independen ini memilih untuk mengedepankan kompetensi para peserta.
Mereka dibimbing satu per satu untuk mulai merumuskan masalah, membuat hipotesis, menggali data, memasukkan data, analisis data, membuat kesimpulan hingga penulisan manuskrip akademik. Sehingga karya yang dihasilkanpun orisinal dan otentik.
“Ini juga termasuk melawan plagiasi. Karena semua peserta dituntut untuk menghasilkan penelitiannya masing-masing yang orisinal artinya belum ada yang membuat atau belum dipatenkan dan otentik alias dikerjakan sendiri. Jadi ini merupakan prakarsa mandiri dari masyarakat akademik untuk menguatkan masyarakat akademik dan profesi,” tukas pria yang juga Master Trainer Garis Maya tersebut.
Salah seorang Trainer Garis Maya, Dr Rofiqah Rosidi MPd, megatakan jika para peserta difasilitasi Assessmen Psikologis untuk mengetahui kecerdasan terbaik mereka baik penalaran verbal, numerik maupun abstrak. Asesmen Psikologis ini menggunakan perangkat Differential Aptitude Test (DAT).
“Dengan tes ini, mereka bisa tahu diri, terutama mengetahui kecerdasan terbaiknya. Sayaaya selalu tekankan, percaya diri itu penting, tapi tahu diri itu lebih penting. Karena dengan tes ini (DAT) mereka bisa tahu kekuatannya dimana, apakah numerik, verbal atau abstrak. Kalau sudah tahu, mereka akan lebih mudah mengoptimalkan potensi itu,” bebernya.
Salah satu siswa, Suprapto yang berlatar sosiologi, mengaku tertarik dengan sekolah penelitian ini karena keinginan untuk lebih cakap saat melakukan riset khususnya dalam penelitian kuantitatif.
“Saya menganggap, tidak cukup hanya belajar statistik dan penelitian kuantitatif yang mungkin saja terbatas. Selama ini, saya merasa ketika belajar kuantitatif, teoritisnya masih kurang karena kebanyakan langsung praktik,” kata pria yang tengah menempuh pendidikan doktor (S3) di Universitas Brawijaya itu.
Ke depan, ia berharap program ini dapat terus dilaksanakan. Bila perlu tidak hanya metode penelitian kuantitatif namun juga kualitatif dan pengembangan riset lainnya.
“Sekolah ini sangat bagus dan perlu dikembangkan. Karena setiap peserta dibimbing satu per satu. Apalagi ditambah dengan Assessmen psikologis yang bermanfaat untuk kita bisa menilai mana sebenarnya bakat akademik kita selama ini,” pungkasnya.
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Jatmiko