MALANG – Di tengah peliknya pengusutan tragedi di Stadion Kanjuruhan yang menggugurkan setidaknya 125 korban jiwa, mulai terjadi banyak perang opini di media sosial. Salah satunya yang viral adalah beredarnya rekaman suara seorang ibu-ibu yang menuturkan kesaksiannya pada malam 1 Oktober 2022 itu.
Audio rekaman itu diunggah oleh sebuah media sosial. Rekaman itu berisi kesaksian ibu-ibu yang mengaku berjualan dawet di depan pintu gate 3 Stadion Kanjuruhan. Pengakuan ini kemudian viral di masyarakat.
Dalam pengakuannya, ia menuturkan sejumlah pengakuan berbeda dari kebanyakan informasi yang beredar dan diberitakan media.
Sosok ibu-ibu tidak dikenal ini diketahui tiba-tiba mengirim pesan lewat voice note kepada seseorang yang juga tidak mengenalnya. Isinya pun bahkan menyimpulkan bahwa suporter yang meninggal bukan karena gas air mata, namun karena minuman keras.
Baca Juga: Kompolnas Usut Instruksi Penembakan Gas Air Mata ke Tribun Penonton
“Suporter-suporternya sebelumnya udah pada minum (mabuk) semua, yang meninggal pun itu banyak yang mulutnya bau alkohol. Bahkan suporter yang saya tolong itu ternyata pemabuk,” begitu isi rekaman suara tersebut.
Menurut dia, kondisi mabuk itulah yang kemudian menjadikan suporter bertindak anarkis dan merusak sekelilingnya, termasuk dagangannya. ”Saya kan juga ikut selamatin polisi waktu itu, malah dawet-dawet jualanku juga hancur. Sudah saya bilang jangan-jangan,” kisahnya.
“Di pintu 3 sebelah kiri warung saya itu ada anak kecil terjepit, lalu ditolong sama polisi, Pak Arif namanya, dari Batu. Terus si Pak Arif ini maunya melindungi, tapi malah dipukuli kepalanya sama suporter,” tambah dia lagi.
Ibu-ibu penjual dawet ini mengaku sehari-hari berjualan di sebelah pintu gate 3. Dia mengaku juga menjual kopi. Namun reporter tugumalang.id berusaha mencari keberadaan toko atau gerobak penjual dawet ini di sekitar pintu gate 3 pada Selasa (4/10/2022).
Namun yang dijumpai di sisi kiri dan kanan pintu gate 3 hanya dijumpai toko-toko mebel yang menjual barang furnitur. Tidak ada sama sekali penampakan penjual dawet di sana sejak pagi hingga sore hari.
Salah seorang pemilik toko mebel di sana, Joko (52) menuturkan sejak dirinya buka toko mebel di sana, tidak pernah sekalipun menjumpai penjual dawet. ”Kalau ada pun yang gerobak saja, hanya lewat. Itu juga laki-laki, bukan ibu-ibu. Setahu saya gak ada,” ujarnya.
Dari pengamatan reporter juga tidak memjumpai ada gerobak dawet satupun di sekitar pintu gate 3, maupun di sekeliling stadion. ”Gak ada, Mas. Gak pernah ada liat ibu-ibu jualan dawet di sini,” imbuh Joko setelah kami pastikan lagi.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A