MALANG- Pengimplementasian kurikulum merdeka belajar memerlukan pemantapan dari segala lini kampus. Agar program terlaksana dengan maksimal, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Islam Malang (Unisma) menggelar Focus Group Discussion (FGD) untuk menyiapkan Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka Program Proyek Desa.
Kegiatan ini bertujuan membuat program inovasi desa untuk menyusun program entrepreneurship desa bagi mahasiswa yang memilih program merdeka belajar. Bahkan, dalam kegiatan ini menghadirkan Tokoh Sinau Desa , Iman Suwongso dan Dekan FEB Unisma, Nur Diana.
FGD yang diselenggarakan di Laboratorium Multimedia FEB Unisma 17 Juni lalu dihadiri dosen dan unit aktivitas mahasiswa FEB Unisma dengan tujuan untuk menumbuhkan inovasi yang mampu menggerakkan perekonomian desa berbasis potensi dan sumber daya yang dimiliki secara kreatif dan berkelanjutan, Program Wira Desa bertujuan untuk memvalidasi dan mengkonstruksi kompetensi mahasiswa melalui metode Project Based Learning (PBL) dalam kegiatanpertumbuhan dan perkembangan kewirausahaan menuju Desa Wirausaha.
Dalam paparannya, Nur Diana, menyampaikan bahwa kurikulum MBKM untuk 3 program studi Akuntansi, Manajemen dan Perbankan Syariah telah mencanangkan bahwa mahasiswa memiliki hak untuk belajar selama 3 ( tiga) semester di luar prodi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa agar memiliki multikecerdasan.
“Mahasiswa yang berkualitas harus memiliki kecerdasan intelektual, emosional,spiritual, adversial, finansial dan sosial.Untuk itulah salah satu program merdeka belajar yaitu proyek desa disusun dalam mengembangkan soft skills dan hard skills mahasiswa serta mampu membangkitkan, menumbuhkan, dan mengembangkan berbagai dimensi kecerdasan tersebut,” tutur Diana.
Selain itu, ia menjelaskan bahwa mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini bisa menambahkan empati, pola pikir, dan perilaku entrepreneuership dalam meembangun desa.
Sementara itu, Iman Suwongso , menyatakan bahwa desa butuh mahasiswa untuk membuat perubahan. Hal ini sebagaimana diamanatkan undang-undang bahwa desa sebagai subyek, masyarakatnya desa harus diperlakukan sebagai subyek dalam pembangunan baik secara hukum maupun secara sosial. Untuk itulah terkait peran perguruan tinggi dalam proyek desa atau program inovasi desa yang melibatkan mahasiswa dan dosen harus membuat pemetaan secara partisipatif dimana membawa mindset kita atau cara kita untuk mengetahui desa secara baik.
“ Banyak program yang bias dibangun dalam proyek inovasi desa, sebagaiman Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unisma tentunya memiliki misi Kewirausahaan ini bisa diterapkan di desa guna membangun dan menggerakkan perekonomian desa.
“ Saat ini Wirausaha Desa memiliki pola-pola yang baru. Disiliah kita sebagai PT harus mampu memetakannya. Kunci pertama desa adalah Sumber Daya Manusia. Jika tidak ada sumberdaya alamnya? Bagaimana menggerakkan perekonomian Masyarakat Desa ? Bercermin pada Desa yang ada di Jogjakarta yang punya industry minyak wangi, minyak obat-obatan tetapi tidak punya Sumber Daya Alam.Tapi punya SDM yang mengelola sehingga PADnya sampai 1 miliar. Dana desa yang diterima juga 1 miliar,” ungkap Iman.
Artinya Dengan Kekuatan SDM Desa yang mumpuni mampu menghasilkan PAD yang nilainya setara dengan Dana Desa. Selanjutnya Iman Suwongso yang merupakan aktivis desa ini memberikan beberapa contoh program, inovatif yang mengalir dari industry hulu ke hilir yang telah berjalan dengan sukses mampu menggerakkan perekonomian desa sehingga menjadi Desa mandiri.
Sembari mereview beberapa kelompok mahasiswa yang telah melakukan pemetaan potensi dan problem masyarakat desa di Kabupaten Malang, Iman menegaskan bahwa desain program yang harus mahasiswa susun harapan kedepannya harus ada luaran program yang harus ada tidak lanjutnya yang mana desa sudah ada wadah –wadah yang sudah menerima seperti BUMDes dan Koperasi.
“Buat desain program wirausaha dari industry hulu ke hilir yang saling berkaitan sehingga hal ini akan mempermudah dalam mendorong kemajuan perekonomin Desa berdasarkan potensi desa,” pungkasnya. (ads)