Tugumalang.id – Media itu seperti wayang berwajah sepuluh atau bahkan mempunyai seribu wajah. Hal ini karena ia bisa mewakili siapa saja. Demikian ulasan HM Nasir, wartawan senior, dalam acara diskusi publik dengan tema Peran Media dalam Mencerdaskan Anak Bangsa dan Ikut Menjaga Persatuan Kesatuan Bangsa di Tahun Politik 2023-2024.
Acara yang gelar oleh Danakirti Media News (DMN) itu dilaksanakan di Amaris Hotel Padjajaran Bogor, Kamis (30/03/2023).
Sebanyak delapan pembicara hadir dalam diskusi publik secara online dan offline tersebut. Di antaranya: wartawan senior, HM Nasir; mantan komisioner KPK sekaligus Praktisi Hukum, Dr H Bambang Wijayanto; penggiat media, Jodhi Yudhono.
Kemudian, Direktur Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan, Nurcholis MA Basyari; Pimpinan Perusahan Danakirti Media Group, Aninggelldivita; akademisi, Dr Fitra Deni; Ketua Umum PATOMAS, Dr Ahmad Baeti Firdaus, dan Pengamat politik, Dr (Cand) Beddy Iriawan Maksudi.
HM Nasir sebagai pembicara pertama mengulas bagaimana posisi dan peran pers di masyarakat saat ini. “Saya pikir media itu seperti wayang atau seperti berwajah sepuluh, dan kalau saya lihat pers adalah mempunyai seribu wajah. Mengapa seribu wajah, karena dia bisa mewakili siapa saja dan kelompok mana saja,” kata dia.
Namun demikian, meski media dapat mewakili siapa saja, kata pria kelahiran Lamongan itu, jangan lupa bahwa pers harus tetap mengacu pada Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dan Undang-Undang Pers. Ia mengingatkan bahwa media tidak boleh memiliki niat buruk saat memberikan sesuatu. Bahkan saat wartawan melakukan wawancara hatinya harus dalam keadaan bersih.
“Dalam kerja tetap mengacu pada Kode Etik Jurnalistik dan Undang-Undang Pers. Kita tidak boleh punya niat buruk ketika kita melakukan pemberitaan atau wawancara,” katanya.
Sementara Nurcholis MA Basyari, Direktur Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan, mengungkapkan bahwa dirinya sangat bersyukur bekerja di media. Karena media sebagai penyampai informasi bagi publik dan itu sangat penting.
“Kita bersyukur bekerja di media, karena media adalah pengirim pesan yang mengkanalisasi antara komunikan dengan komunikator,” kata dia.
Menurut Nurcholis bisa dibayangkan kalau tidak ada kanalisasi media komunikasi, maka bisa terjadi informasi yang mampet. Jika komunikasi mampet bisa terjadi keos. Sebagai wartawan, kata dia, punya tugas yang mulia untuk menyampaikan pesan yang baik agar komunikasinya lancar dan mudah dipahami.
Dia juga menjelaskan tiga fungsi pers mulai dari fungsi informasi, edukasi dan ekspektasi. Fungsi informasi untuk memberikan berbagai kabar dan data pada publik, fungsi edukasi untuk mendidik para pembacanya.
“Sementara fungsi ekspetasi untuk menumbuhkan harapan. Jadi berita-berita yang kita munculkan harus berita-berita yang memberi inspirasi dan harapan bukan membuat orang putus asa,” katanya.
Nurcholis juga tidak lupa mengingatkan bahwa jika berpatokan pada UU No 40 tentang Pers, kegiatan wartawan akan mencakupi 6 M yaitu mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan mempublikasi.
“Ketika sudah memiliki, menyimpan, lalu mengolah atau membuat sebuah naskah atau berita dalam video misalnya atau audio visual baru publikasi,” jelasnya
Diakhir pemaparan materinya, pria yang juga jurnalis senior ini mengatakan, bahwa pilihan model liputan ada kaitannya dengan tahun politik yang hubungannya dengan fungsi wartawan untuk mengedukasi publik.
“Demi menjaga kemerdekaan pers, maka peran pers tidak lain adalah wujud dari demokrasi kedaulatan rakyat. Akan tetapi hal ini harus diperhatikan bahwa kedaulatan rakyat berdasarkan asas keadilan dan demokrasi,” pungkasnya.
Reporter: M-6
Editor: Herlianto. A