MALANG – Ketua Panpel Arema, Abdul Haris buka suara usai dirinya ditetapkan sebagai salah satu tersangka atas Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) lalu. Didampingi kuasa hukumnya, ia mengaku pasrah atas keputusan yang telah dijatuhkan.
“Kalau saya jadi tersangka, saya ikhlas. Tanggung jawab ini saya pikul atas kemanusiaan. Tidak apa-apa kalau ini memang takdir saya,” ujarnya di Kantor Arema FC, Jumat (7/10/2022).
Menurut Abdul Haris, menjadi Ketua Panpel merupakan tanggungjawab besar yang harus diemban. Meski sebelumnya ia sempat beberapa kali ingin meninggalkan posisi itu karena berat. Meski demikian, ia tetap akan bertanggungjawab.
“Saya mohon maaf kepada keluarga korban dan kepada seluruh Aremania. Sekali lagi, saya ketua Panpel mohon maaf karena tidak bisa menyelematkan dan melindungi mereka (suporter). Saya mohon maaf,” kata dia.
Ia kemudian membeberkan bahwa ia sudah melakukan yang terbaik bagi para penonton dengan berkoordinasi dengan semua pihak dan memastikan semuanya berjalan dengan baik.
“Proses untuk suatu pertandingan saya lengkapi sesuai ketentuan. Mulai surat izin Satgas COVID-19, surat izin penggunaan stadion, surat izin Polres untuk rekomendasi bantuan keamanan dan Polda. Semua kami lengkapi,” ujarnya.
Namun pada kenyataannya insiden terjadi dan ia tidak bisa mencegah itu. Ia kemudian menceritakan pengalamannya mencoba mengevakuasi para pemain Arema FC dan Aremania pada Sabtu (1/10/2022).
Haris juga mengenang insiden serupa di tahun 2018 yang menyebabkan para Aremania mengalami sesak napas dan satu orang meninggal.
“Saya tidak menyalahkan apapun dari lubuk hati yang terdalam. Saya minta diperiksa gas air mata itu seperti apa. Yang saya rasakan tanggal 1 (Oktober 2022) tidak sama dengan 2018,” ujar Haris.
Terakhir, ia meminta kasus ini diusut tuntas karena ia merasa penggunaan gas air mata kali ini sudah kelewatan.
“Tolong yang punya kewenangan, masalah ini diusut. Keponakan (saya) sendiri jadi korban,” pinta Haris.
Ia juga mengajak Aremania untuk mengawal kasus ini agar keadilan bisa ditegakkan.
“Tolong Aremania, para suporter (sepak bola) Indonesia, mari kita bersama-sama menegakkan keadilan,” ajak Haris.
Reporter: Feni Yusnia dan Aisyah Nawangsari
Editor: Herlianto. A